Bab 05. Bloody Princess

550 96 74
                                    

Sirit Uncuing sudah lama tidak terlihat, tak ada kabar buruk yang harus ia sampaikan. Biarlah Sirit Uncuing terbang bebas dengan tujuannya. Sebuah dampak dari mati rasa adalah sulitnya untuk menimbulkan kepercayaan, ucapan orang lain yang terasa seperti angin lalu saja, bahkan ketika mereka berucap serius, itu terdengar seperti candaan.

Dua tahun rasanya tidak cukup untuk mengenal seseorang lalu menaruh kepercayaan pada orang itu, tidak. Semua tentang kepercayaan, rasa yang timbul karena mati rasa begitu sulit untuk kembali dihadirkan. Semua tentang hati, raga bisa apa jika hati tidak menyetujui?

"Menikah denganku?"

"Aku tidak salah dengar?" Masih dengan acara membersihkan kukunya, Audrey berbicara tanpa menoleh pada Arche, sementara pria di sampingnya tampak begitu berharap. Berawal dari pertemuan pertama ia menemukan Audrey di hutan, membawanya pada kediaman, bersama dan dekat dua tahun terakhir, sungguh membuat Arche tampaknya telah jatuh hati.

Audrey juga tahu bahwa pria memang pandai berkata manis, dulu Ratu Zaura juga pernah menceritakan pada Audrey jika Nellaf begitu pandai berkata manis sampai akhirnya mereka menikah. Tapi siapa sangka? Bahkan Nellaf sama sekali tidak peduli dengan nyawa Ratu Zaura dan malah lebih memilih bersama selingkuhannya.

"Apa yang kau dengar?" tanya Arche.

"Menikah denganku."

"Ya, aku mau."

Mendengar itu Audrey menghentikan aktivitasnya sejenak dan beralih pada Arche, lantas melemparkan benda kecil yang tak lain alat untuk membersihkan kuku. Audrey berkata, "Aku hanya mengulang ucapanmu!"
Puas dengan tawanya, Arche kembali tampak serius, ia menatap mata Audrey lekat dan Audrey membalasnya dengan tatapan yang sama.

Tidak, sungguh Audrey tidak boleh jatuh hati. Entah mengapa sebuah mindset yang tertanam dalam pikiran Audrey adalah semua laki-laki sama jahatnya seperti sang ayah, pandai berkata manis di awal namun beracun pada akhirnya.

"Jangan menatapku begitu, kau benar-benar ingin menikahiku?" Audrey melempar pertanyaan tapi Arche belum juga memberikan jawaban, entah sampai kapan Audrey harus menunggu sampai laki-laki di depannya ini puas menatap wajahnya.

Rasa benci itu mulai pudar setelah ia bertemu dengan Arche, Arche berhasil membuktikan bahwa tidak semua laki-laki hanya bisa menyakiti. Masih belum menjawab apa pun Arche meraih kedua tangan Audrey kemudian ia letakkan menangkup dagunya, selang beberapa menit menyadari, Audrey segera menarik tangannya tapi nihil karena Arche menggenggamnya dengan erat.

"Lepaskan, Tuan." Mendengar itu Arche melonggarkan genggamannya, ini menjadi kesempatan untuk Audrey menarik tangannya kembali.

"Apa maksudnya dengan Tuan? Mengapa kau memanggilku seperti berbicara dengan orang asing." Arche terlihat marah, ia tidak menyukai ucapan Audrey saat gadis itu memanggilnya demikian.

Dua tahun sudah, tapi mengapa sepertinya Audrey tidak merasakan hal yang sama seperti yang Arche rasakan, satu tahun Arche berusaha untuk mencairkan suasana, satu tahun pertama itu Audrey sama sekali tidak tersentuh dan sifatnya begitu dingin, ditambah dengan keras kepala.

BLOODY PRINCESS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang