happy reading~
"Anjir!" Teriak Jevan kaget ketika melihat Aileen yang datang dengan keadaan bau dan baju serta muka yang terkena air parit.
Jevan dengan cepat menutup hidung nya dengan erat, lalu lari terbirit-birit sambil berteriak. "Lo bau banget kak!!"
Aileen menatap datar jevan yang sudah lari, karena penasaran Aileen pun mencoba untuk mencium badan nya. Mengernyitkan dahi saat mencium bau badan nya, sebenarnya gadis itu tidak mencium apa-apa karena hidung nya tersumbat.
Lalu terdengar suara seseorang tertawa dengan menggelegar di rumah itu. "Gila nih jevan, bisa-bisanya dia ketawa kaya setan." Sinis Aileen
Sedangkan disana ada beberapa pelayan yang sedang menatap Aileen dengan tangan yang menutup mulut dan hidung, mungkin karena terlalu bau atau sedang menahan tawa.
Aileen pergi ke kamarnya dengan wajah lempeng dan telinga yang memerah menahan malu. "Gila, ga mau lagi dah gue nolong kucing, kalau tau kaya gini mending tadi beli seblak aja. Selain kenyang juga ga bakalan nahan malu kaya gini." Dumel nya
"HAHAHAHA!!" Tawa sistem ketika melihat gadis itu menderita
"Diem! Ini semua gara-gara lo tau! Udah lah ngga dapet kucing nya, ehh malah masuk parit!" Ketus Aileen
"Siap salah, nona!"
***
Berjalan dengan menggosokkan rambut panjang nya yang basah menggunakan handuk. Aileen mendengar sebuah melodi indah yang berasal dari ruangan yang tak jauh beberapa langkah dari kamar nya.
Mendekati suara itu, mengetok pintu nya, lalu masuk untuk melihat siapa yang membuat suara itu. Sayang nya, tepat setelah Aileen membuka pintu nya, melodi indah itu berhenti. Aileen terlihat kecewa, seharusnya ia tidak udah mengetok pintu itu. Tapi jika dia tidak mengetok pintu, lalu menyelonong masuk itu sangat tidak sopan.
"Kenapa nggak di lanjutin?" Tanya Aileen
"Kak, lo ga marah kan karena tadi gue bilang lo bau terus ngetawain lo?" Tanya Jevan khawatir dengan pandangan yang menatap tangan nya yang berada di antara keyboard piano.
"Gue bakalan marah kalau lo gak lanjutin main piano nya." Alibi Aileen agar anak itu mau memainkan piano nya sekali lagi. Aileen tidak marah sebenarnya, candaan itu tidak ia bawa serius. Aileen berkata seperti itu agar dapat mendengar Jevan bermain piano lagi.
Masih dengan handuk yang ia samping kan di pundaknya, gadis itu menarik kursi yang ada di ruangan itu. Menariknya untuk berada di dekat Jevan, tapi tidak terlalu dekat. Masih ada beberapa jarak lagi.
Jevan yang mendengar itu, sesegera mungkin melanjutkan permainan nya tadi. Dan menyelesaikan lagu itu, hingga waktu makan malam sudah datang. Sepertinya Aileen perlu merecord suara piano yang di mainkan oleh Jevan, karena piano yang ia mainkan begitu menenangkan. Mungkin itu dapat membantu diri nya yang sering kali sulit tidur semenjak berada di sini.
Selama makan malam berlangsung, semua nya berjalan seperti biasanya. Selesai makan, ayah meminta Aileen dan Jevan untuk pergi ke ruang keluarga dan menunggu nya datang kesana. Ada yang ingin di bicarakan oleh ayah.
Aileen dan Jevan duduk menunggu, ketika ayah nya datang, suasana ruangan yang semulanya biasa saja mendadak suram.
"Beberapa bulan lagi sudah mau ujian. Saya mau kalian berdua harus bisa mendapatkan rangking yang bagus. Dan disaat ada olimpiade, kalian juga harus mengikuti nya! Saya ga mau tau."
'waduhh, semoga ga susah deh!' batin Aileen
Jevan hanya mengangguk, seakan-akan sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi. Sedangkan Aileen bingung, apakah ini pernah muncul di novel? Sepertinya tidak. Yah lagian, belum tentu hal-hal yang disini berjalan sesuai dengan yang ada di novel. Pasti akan ada beberapa yang berbeda dari alur cerita aslinya.
"Berusaha lah sebisa mungkin, jangan membuat saya malu mempunyai anak seperti kalian berdua. Paham?!"
"Paham!"
Pria itu terlihat puas, dan membolehkan mereka kembali ke kamar masing-masing. Mereka berdua harus lebih hebat darinya, apapun itu. Ia mau yang terbaik, meskipun kadang terlihat kejam.
***
"Hei! Ayah emang sering kaya gitu ya? Gue liat, lo kayak nya udah terbiasa dengan sikap beliau?" Tanya Aileen penasaran
Jevan hanya melengos pergi tanpa mau menjawab pertanyaan Aileen, jangan kan menjawab, meliriknya saja tidak mau.
"Benar-benar minta di gampar kepala nya! Nyebelin banget anying, bisa-bisanya gue punya saudara kaya dia!" keluh Aileen yang sudah lelah melihat sikap Jevan. Aileen melangkah dengan tubuh yang seperti tidak punya semangat hidup, kasian.
terimakasih buat yang udah bacaa
KAMU SEDANG MEMBACA
About dream Aileen's (?)
AcakNaeva Ayyara Nazeera Seorang gadis yang ber-transmigrasi ke sebuah novel bergenre dark romance. Di sana bukannya memasuki tubuh protagonis, ia justru memasuki tubuh sang figuran yang mati dengan mengenaskan. Figuran itu mati akibat dari perbuatan i...