BAB IV. 2

90 8 2
                                    





He Cheng menengadah dan tersenyum puas. Menggerakkan pinggul seraya menahan kepala Qiu. "Do it, Baby....suck it....!"




Gerakan semakin intens, Qiu merasakan penis menusuk pangkal tenggorokan. Fuck....! Jika tersedak, He Cheng tidak akan suka. Dia harus bertahan agar mood He Cheng tetap stabil.




"Haahh....yes....harder!"




Tanpa perasaan menahan kepala Qiu semakin dalam sedangkan pinggul bergerak kasar. Kepuasan....dia ingin klimaks.




"Umm....hukh....hghk....!" Mulut Qiu bekerja keras menuntaskan hasrat sang dominan.




Mengamati penisnya keluar masuk, bagaimana bibir dan pipi Qiu mengembang dan menyusut seiring kuluman. "Mulut atasmu tidak kalah hebatnya dengan mulut bagian bawah. So fucking hot!"




Entahlah, itu pujian atau hinaan. Sudah tidak peduli, hanya ingin cepat berakhir.




"Fuuucckk....!!"
He Cheng menarik cepat kepala Qiu dan menumpahkan sperma. Membasahi wajah....melakukan dengan sengaja. Merasa puas sudah melakukan.




Qiu menjilat cairan di sekitar bibir....menatap sensual seolah menantang.




"Haahh....aku berniat mengakhiri tapi kau yang meminta, Qiu."




Qiu mengangkang lebar, menunjukkan hole berkedut. Menarik ke samping bongkahan pantat untuk lebih mengekspos bagian dalam. Cairan tumpah semakin banyak, bahkan menekan perut bagian bawah untuk mengeluarkan. Memasukkan dua jari, terasa longgar karena baru saja dibobol. Suara becek mengudara disertai desahan manja.




He Cheng menelan air liur....begitu luar biasa. Dia akan merekam jika mereka bercinta lagi. Koleksi pribadi berisi hole Qiu yang becek berkedut....tidak buruk juga (maakkk). Membawa penis yang kembali ereksi menuju puting coklat yang menegang. Menggesek sensual, mengakibatkan keduanya mendesah bersamaan.




"Fuck me again!" Berbisik pelan seraya mengalungkan kedua tangan di leher. Membawa He Cheng mendekat dan melumat bibir. Menatap sayu sebagai pelengkap permintaan.




"As you wish, Baby!" Menautkan bibir dan memasukkan penis pada lubang hangat. Membuat Qiu mendesah panjang.




Buka matamu, Brengsek! Sesakit apa pun kebebasan yang kau berikan, aku tetap bertahan. Apa masih belum cukup? Sampai sejauh mana baru menyadari....bahwa aku mencintaimu? Sahabatku....




Qiu memeluk semakin erat seiring rasa sakit di dada. He Tian....atau siapa pun....hanya kau satu-satunya yang membuatku sampai seperti ini. Dasar bodoh!




***




Manik amber menatap diam sekumpulan remaja yang sibuk berebut bola. Seolah benda itu sama pentingnya dengan bocoran soal ujian. Dia ingin ikut bermain tapi yang lain belum tentu menerima.




Pelajaran Olah Raga hari ini adalah bermain sesuka hati. Terserah melakukan apa, selama masih di lingkungan sekolah dan bukan olah raga ngesex (catat). Mo duduk di bangku penonton, menatap intens. Tim Jian Yi menang jauh, cowok itu memang tidak suka dikalahkan.




Apa mereka juga akan melakukan hal yang sama padaku? Mempertanyakan diri sendiri. Setiap bola yang berhasil masuk, Jian Yi selalu mendapat sorakan dan peluk bahagia.




I Don't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang