Mo melangkah bergegas, merasa khawatir dengan Jian Yi dan Zheng Xi yang sudah menunggu. Shit! Jika bukan karena ulah she Li, dia tidak akan terlambat. Alasan apa yang harus dikatakan agar tidak curiga? Sebisa mungkin tidak ingin menyeret sahabatnya dalam masalah.
Jian Yi...., memanggil dalam hati.
Baru juga membatin, ketika membelok masuk ke dalam gedung, menemukan sosok tak asing, pemuda berambut abu-abu terang. Ah, sesuai perkiraan....wajah itu tampak tegang. Pasti berpikir bahwa sudah terjadi apa-apa padanya.
"Hei...!" Mencoba tersenyum seraya berpikir cepat. Berusaha terlihat santai.
Jian Yi berlari mendekat dan menangkap kuat kedua pundak. Menatap gusar, nampak jelas emosi yang tertahan. Dia benar-benar khawatir.
"Kemana saja? Apa yang terjadi?" Menghentak kasar dua kali, Mo bisa merasakan sakit akibat cengkeraman.
"Apa She Li....," ekspresi jauh lebih cemas.
"Ah, bukan....aku hanya ingin beli minuman tapi ternyata mesinnya rusak. Hehe, sepertinya kalian belum beruntung."
"Mo....!" Kembali menghentak, kali ini lebih kuat. "Aku serius....!"
"........aku sudah menjawab Jian Yi."
".........." Masih memandang tajam, menelisik kebenaran ucapan.
"Ck, apa yang kau lakukan? Bel sudah berbunyi," berusaha melepaskan diri. "Kita bisa terlambat...."
Menahan gerakan, ekspresi masih belum berubah. "Fuck, Mo....apa yang sebenarnya terjadi?"
"Sudah kukatakan aku pergi membeli minuman untuk kalian....salahkan vending machinenya terlalu jauh...."
"Apa aku memintanya?"
".........."
"Apa aku menyuruhmu melakukannya?" Menghentak bahu kembali.
Shit....!! Apa Jian Yi tidak sadar kekuatannya? "Aku hanya ingin melakukannya...."
"Aku tidak menginginkannya dan tidak perlu."
Terdiam saat suara Jian Yi meninggi.
"Kau tahu....betapa khawatirnya aku....kupikir....She Li...."
".........."
"Fuck....!!" Melepas cengkeraman.
Perasaan bersalah muncul karena sudah membuat Jian Yi sampai seperti ini. "Maaf....tidak akan kulakukan lagi."
Menghela nafas panjang, berusaha menekan emosi. "Mo....dengar....pahami hal ini, aku hanya mengatakan sekali!" Menatap tajam.
Jujur Mo bergidik karenanya, ekspresi Jian Yi berbeda dari biasa.
"Aku tidak perlu apa pun....tidak perlu bersusah payah kecuali aku yang meminta langsung." Mengelus perlahan sebelah pipi Mo dengan punggung tangan. "Kau hanya perlu....berada di sampingku."
Terdiam....ada yang salah dengan ucapan itu atau hanya dia saja yang merasa demikian?
"........mengerti....?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Hate You
FanfictionJust another side story of 19 Days He Tian sangat terobsesi pada Mo Guan Shan, cowok bermulut kasar dan ringan tangan. Kakak kelasnya itu sangat menarik, membuatnya ingin lebih banyak menggoda. Ada kalanya Mo menunjukkan sisi lembut dan He Tian meny...