BAB VII

60 4 18
                                    



"Ah....fuck....!!"


Berdiri tegak dan meregang badan. Masa bodoh terkesan mendramatisir tapi tubuhnya pegal. Menyortir barang ternyata sangat melelahkan. Dan ini yang dilakukan pamannya hampir setiap minggu. Shit....dia harus lebih sering membantu pria tua itu sebelum berakhir tepar di rumah sakit. Dia masih muda....tubuhnya bisa mentolerir tapi tidak dengan usia paman sekarang.


"Uunngghh....!!" Kembali meregang.


Perut terasa lapar, sepertinya bisa menghabiskan sepanci sup malam ini. Sang ibu mengirim pesan sudah membuat cream sup kesukaannya. Aahh....membayangkan saja sudah membuat ngiler, harus segera selesai dan kembali pulang.


"Cola, Bir, Coffee, Susu....," menghitung stok minuman terakhir. Setelah ini dia bisa beristirahat sambil menunggu shift berakhir. Jangan membuat kesalahan, jika salah jumlah, maka harus mengulang dan itu berarti membuang waktu.


Sejak kemaren Jian Yi tidak memberi kabar. Pemuda itu menanggapi serius ucapannya. Biasanya tidak pernah menggubris dan selalu seenaknya tapi kali berbeda. Jujur kangen tapi tidak mungkin menarik ucapan kembali.


Haahh....!! Berhenti sejenak saat membayangkan wajah. Jian Yi....kenapa kau....malah begitu penurut? Jika bertingkah konyol maka aku tidak perlu meminta maaf. Haahh...., kembali menghela nafas.


Saat di sekolah, keduanya sempat beradu pandang tapi entah kenapa Mo malah berpaling. Ingatan tentang apa yang sudah terjadi masih membekas hingga meninggalkan trauma. Mo perlu waktu.


Fuck....!! Apa karena masa puber sehingga Jian Yi bertingkah aneh? Cowok seumuran mereka memang lagi labil-labilnya. Sepertinya Jian Yi harus segera punya pacar agar bisa menyalurkan. Tapi dipikir-pikir, kenapa dia sendiri anteng ayem? Sampai saat ini hanya memandang cewek di sekolah sebagai teman. Apa terlambat puber atau gay? Jadi khawatir tiba-tiba.


Hmm....mungkin karena terlalu sibuk, pikirannya jadi teralihkan. Itu kemungkinan paling masuk akal. Boro-boro mikir pacar, mengerjakan PR saja malas. Jian Yi yang selalu membantu urusan PR-nya.


Ahh....menyinggung PR, jadi ingat lagi dengan Jian Yi. Apa kutelepon saja ya? Tapi terlalu malu melakukannya...., menunduk sedih. Mau minta bantuan Zheng Xi tapi cowok itu terlalu sibuk dengan festival sekolah. Cih...., menyebalkan.


"Hei, kau....kenapa malah santai? Pekerjaan belum selesai tapi malah malas-malasan."


Shit...!! Menatap tajam, seketika mood memburuk saat melihat penampakan nenek sihir. Mo menyebut demikian karena amat sangat tidak suka dengan wanita tambun itu. Dia adalah Bibi Mey Ling, sepupu dari istri sang paman. Perempuan itu selalu cari muka dan menjelekkannya. Berkata ini itu yang tidak sesuai kenyataan.


Untunglah paman tidak terpengaruh....mungkin juga sudah tahu karakter aslinya. Bukan hanya Mo tapi semua karyawan pernah merasakan mulut berbisa itu. Namun diantara semua, dia yang paling sering menjadi korban (poor Mo). Apa karena aku paling muda maka dia bersikap seenaknya?


Enggan menjawab dan memilih melanjutkan kerja. Malas menanggapi celotehan gak jelas.


"Hitung yang benar, jika salah....kau harus mengulang lagi!"


Ctik....!! Perempatan muncul di dahi Mo. Menahan diri untuk tidak memaki. Saat perempuan itu berbalik pergi, segera mengacung jari tengah. "Fuck....!"


Waktu berlalu dan sesuai perkiraan, pekerjaan selesai lebih cepat. Mo bisa saja segera pulang tapi wanita jadi-jadian menyuruhnya untuk membantu di depan. Fuck lagi! Hanya satu jam....hanya satu jam...., menyemangati diri sendiri.


I Don't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang