BAB VIII. A

99 6 23
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Festival sekolah....!!
Festival sekolah....!!
Festival sekolah....!!


Sangat ramai dan penuh dengan manusia. Bukan hanya murid tapi juga orang awam. Tahun ini sekolah mengadakan Festival terbuka sehingga semua bisa datang melihat.


Suasananya sepeti pasar malam. Bisa dipastikan keuntungan yang didapat berkali lipat. Setiap kelas membuat stan sendiri. Terserah mau berjualan makanan, minuman, aksesoris, dan yang lain. Kelas Mo dan Jian Yi memilih berjualan minuman kopi. Dan saat ini Mo berada paling depan bersama dua siswa lain sebagai barista.


Kenapa Mo bisa terpilih? Itu karena Jian Yi yang merekomendasikan. Sebelum bekerja dengan paman, Mo pernah bekerja partime di Cafe. Awalnya semua meragukan tapi setelah menunjukkan keahlian, mereka pun setuju.


Seragam chef berwarna putih lengkap dengan celemek terlihat cocok. Bahkan Mo terlihat paling mencolok dengan rambut berwarna merah. Tidak jarang banyak yang mampir hanya untuk melihat lebih lama. Tapi Mo tidak peka dan tetap serius bekerja.


Lalu bagaimana dengan Jian Yi? Si rambut kakek itu bertugas sebagai cheerleader (wek). Sibuk kesana kesini sambil bawa pom-pom untuk mempromosikan stan. Menarik pengunjung dengan bertingkah centil.


Sesekali mengecek keadaan Mo untuk memberi semangat dan memuji ketampanan. Kemudian berakhir dengan diseret kembali keluar (poor Jian Yi).


Lain hal dengan He Tian dan Xixi. He Tian bertugas sebagai pengawas dan bebas berkeliaran. Saat melihat Jian Yi, merasa mual seketika. Berbanding terbalik saat melihat penampakan Mo. Mengambil foto diam-diam untuk dijadikan koleksi saat masturbasi (plak).


Xixi sibuk mempersiapkan diri untuk pertunjukan. Dia akan bermain biola tunggal tanpa musik pengiring. Yang berarti bahwa dia adalah pertunjukan utamanya. Tidak boleh membuat kesalahan karena kedua orang tuanya dan Jian Yi ikut menonton.


Ketika waktu pertunjukan tiba, keduanya datang memenuhi janji. Tidak disangka Xixi menyiapkan kursi paling depan. Berasa jadi tamu spesial.


Manik amber tidak berkedip menatap. Tidak paham dengan musik yang dibawakan tapi telinganya tidak menolak.


"Dia bermain sangat bagus."


Jian Yi menoleh Mo sekilas. "Yah....tentu saja, dia adalah Xixi."


"Aku....merasa bangga....karena dia adalah sahabatku."


Kembali melirik dari sudut mata. Dalam cahaya remang-remang (suasana gelap, yang disorot lampu hanya pangggung tempat Xixi beraksi) manik amber terlihat begitu antusias.


Menggenggam sebelah tangan, toh tidak akan ada yang melihat. Mo balas menggenggam erat. Keduanya berpegangan tangan selama pertunjukan. Setelah berakhir, sebelum pergi menyempatkan berpamitan dengan orang tua Xixi.


I Don't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang