Happy reading dan tandai typo kalau ada
=====
Jeff membawa Leya kedalam mobilnya, sejak tadi gadis itu terus memberontak dan membuat kesabarannya sudah berada di ujung batas. Leya mencoba keluar dari mobil Jeff, namun sesuatu yang runcing menembus kulit lehernya, kesadaran gadis itu semakin menipis dan Jeff langsung membuang suntikan kosong yang tadi ia gunakan untuk membius Leya.
"Gadis menyebalkan!" Jeff langsung melajutkan mobilnya meninggalkan parkiran Kafe.
Tubuh Leya terhempas beberapa kali, saat mobil Jeff melewati polisi tidur. Ia tidak memakaikan safety belt pada Leya, membuat tubuh gadis itu terbentur bagian mobilnya. Memang cowok itu tidak berniat untuk memperlakukan Leya dengan lembut, ia membiarkan tubuh gadis itu kesakitan. Karena Leya sudah berani menentang perintahnya, beruntung gadis itu sedang tak sadarkan diri—kalau Leya masih sadar, maka Jeff pasti sudah mencekiknya sampai kehabisan nafas.
Mobil yang sejak tadi melaju dengan kecepatan sedang itu, kini sudah sampai di sebuah bangunan yang menjulang tinggi. Jeff membawa mobilnya ke basemen, tubuh Leya terus terbentur sampai kulit gadis itu memerah. Jeff menghentikan mobilnya, ia menoleh ke arah Leya yang terdapat benjolan dikeningnya.
Jeff keluar dari mobilnya, ia mengeluarkan Leya dari mobilnya. Kembali menggendong tubuh gadis itu, membawanya menuju lift. Selama ada didalam benda kotak tersebut, Jeff menundukkan kepalanya. Ia menyadari beberapa bagian wajah Leya terdapat lebam-lebam, Jeff menyentuhnya dan ia merasakan kulit lembut milik Leya.
"Kulitnya begitu lembut, seperti kulit bayi," Jeff mencubit pipi Leya, entah kenapa amarahnya berangsur pergi saat ia menyentuh wajah Leya.
"Lebamnya langsung terlihat, karena kulitnya begitu putih. Sialan!" Jeff berdecak kesal, ia tidak suka melihat wajah polos Leya menjadi lebam-lebam seperti itu.
Ting!
Pintu lift terbuka, dengan langkah lebarnya Jeff menuju unit apartemennya. Dengan sosok Leya yang ada digendongannya, ia menidurkan tubuh lemah gadis itu di sofa panjang. Lalu Jeff mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi dokter pribadinya untuk mengobati Leya. Jeff benar-benar tidak menyukai wajah gadis itu menjadi jelek, sehingga Leya harus mendapatkan penanganan pertama.
Jeff membuka hoodie yang melekat ditubuhnya, cowok itu kini bisa merasakan kebebasan dengan memakai kaos berwarna hitam. Tatapannya mengarah pada sosok Leya yang belum sadar juga, ia memang lupa berapa dosis yang ia pakai untuk membius gadis itu.
"Dasar gadis keras kepala! Sudah saya bilang, jangan pernah berdekatan dengan lelaki lain. Kau malah tersenyum kepada lelaki lain," Jeff menatap Leya dengan mata berkilat marah.
"Apa saya patahkan saja kedua kakimu ini? Agar kamu tidak bisa pergi kemana-mana dan menemui lelaki lain?" Mata Jeff bergulir menatap kedua kaki Leya dari balik celana kain berwarna hitam.
"Tidak menyenangkan kalau kau menjadi buntung, karena kau belum menjalankan tugas yang saya inginkan dengan benar. Kau belum bisa membuat Cyra-ku cemburu, kau harus hidup lebih lama lagi. Sampai Cyra menyadari perasaannya dan memilihku, bukan si Jay!" Jeff terkekeh sendiri, ia membayangkan kalau dirinya dan Cyra akan bersama.
Suara bel apartemennya, membuat khayalan Jeff terhenti. Cowok itu berdiri dan membuka pintu, terlihat seorang dokter perempuan yang umurnya sudah memasuki kepala empat. Dokter yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui kondisi Jeff yang sebenarnya, dokter yang sering memberikan obat untuk Jeff agar tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeff || The Devil Second Lead (End)
FantasiaWarn: mental disorders, obsession, possessive, etc. Calleya Anasha Floryn, seorang gadis yang baru memasuki usia 17 tahun. Leya tidak suka belajar, gadis itu lebih menyukai novel sampai rela begadang di setiap malamnya untuk menamatkan satu atau dua...