Bab 07: Walikelas baru

997 84 5
                                    

Bahkan susu Dancow lebih manis
Ketimbang senyum mu☺
#Harunakkutub




Haru

_

_

_

Pagi hari yang cerah, secerah senyum Kana di depan pintu kamar ku. "Ngapain lo pagi-pagi udah ngungsi?!" Tanya ku tajam.

"Hehehe, mau numpang sarapan, tapi di suruh ayah bangunin lo dulu." Ujarnya dengan gigi yang masih di umbar sana sini.

"Awas gigi lo kering, nyengir mulu." Sembari berjalan menuju meja makan, Kana terus saja mengoceh ngalor ngidul gak jelas.

Sarapan telah selesai, dan kini aku, Kana, berserta Ical sudah siap di ujung jalan komplek untuk balapan pagi-pagi. Kebiasaan sebelum berangkat sekolah yang satu ini memang kadang-kadang kami lakukan.

Kami berkumpul di ujung jalan ini dan berangkat bersama. Maklum, rumah Ical jaraknya jauh dari rumah kami, jadi ya gitu deh.

Setelah aba-aba satu dua tiga pun kami langsung melajukan motor ugal-ugalan. Mumpung masih di jalan komplek yang sangat lenggang ini, sayang kalo gak di pake buat balapan ehehe~

Akhirnya 20 menit kami sampai di sekolahan, dan seperti biasa suara pekikan para siswi terdengar jelas di telinga. Aku cukup muak dengan semua ini, makanya setiap sampai parkiran sekolah aku buru-buru memasang earphone di kedua telinga ganteng ku.

Namun sialnya pagi ini aku lupa membawa benda penting itu. Pagi yang sial.

"Susah ya jadi orang ganteng, gerak dikit aja di sorakin sampe begitunya." Celetuk Ical memulai drama yang berujung perdebatan.

"Iya lah, apalagi gue adalah bintang di sini." Sombong Kana membuat Ical panas. Terlihat dari wajahnya yang gak terima dengan ucapan Kana.

"Enak aja lo upil kuda! Gue di sini yang paling menonjol ya! Jangan ngadi ngadi lo!" Dia berucap di sertai derasnya air hujan yang bersumber dari mulutnya.

"Diem deh lo cacing tutul!" Nah kan mulai dah mulai.

"Lo yang diem anak konda!" Ical apalagi? Dia mah gak mau kalah sama sekali. Karena jengah aku pun mengakhiri perdebatan unfaedah itu.

"Udah lo berdua diem! Sama-sama anaknya mimi peri aja bangga!" Ujarku dan berjalan terlebih dahulu.

Aku masih mendengar mereka rusuh di belakangku saling menyalahkan dan melontarkan segala jenis binatang baru yang ada di dunia ini. Misal, buaya berbulu, ikan gundul, kecoa belang, dan masih banyak lagi sampe ada kunti semoting segala.

Sampai di kelas sudah mepet lima menit lagi bell masuk, dan benar saja baru duduk di kursi tak lama bell berbunyi.

Suasana kelas yang tadinya ramai menjadi sunyi karena kedatangan kepala sekolah sekaligus guru yang kayaknya baru deh, gak tau lah gak perduli juga.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa kepala sekolah dengan semangat, siswa siswi yang ada di kelas menjawab tak kalah semangat apalagi yang perempuan. Aku sendiri selalu jadi silent human, karena bersuara itu cukup melelahkan.

"Baik, di sini bapak cuma mau ngasih tau, kalo walikelas kalian sekarang di gantikan oleh pak Akmal. Kalian bisa langsung kenalan setelah ini." Setelah itu kepala sekolah berpamitan dan pergi.

Kelas pun menjadi tidak kondusif karena agresif nya para siswi untuk bertanya pada guru baru itu, aku hanya memandang malas dan memilih membuka buku Bahasa Indonesia, mencari cerpen yang biasanya selalu menjadi contoh cerita.

Fokus ku teralihkan sepenuhnya pada cerpen yang berjudul bambu runcing. Menceritakan perjuangan seorang pahlawan dengan senjatanya, yaitu bambu runcing. Menarik, aku suka.

Saat sedang puncaknya cerita tersebut, mejaku di ketuk cukup keras. Aku mendongak untuk melihat siapa pelakunya. Dan ternyata, guru baru itu. Apa yang dia ingin kan?

"Kamu, siapa nama mu?" Tanya nya.

"Nama saya ada di buku absen kelas, nomor 23. Silahkan di cek. " Jawabku datar. Aku memiliki firasat jelek tentang orang ini, entah kenapa sepertinya dia merepotkan.

"Jawaban mu cukup bagus, tapi kurang sopan. Siapa nama mu?!" Tanya nya lagi sedikit tegas. Aku menghela nafas pelan. "Harua De Lucas" Jawabku tak kalah tegas.

Dia tertegun sejenak, entah apa yang dipikirkan nya aku tak perduli.

Melangkah mundur, dia berbalik ke meja guru dan meminta attention kami untuk mendengarkan nya yang memulai pembelajaran hari ini.

🧊🧊🧊

Dua jam berlalu, pelajaran pertama telah usai dan seperti biasa, jam istirahat ini kami gunakan untuk pergi ke kantin.

Tapi kesialan ku lagi-lagi terjadi di hari ini, membuat aku berfikir untuk pulang saja ke rumah dan TIDUR!

Pak Akmal, guru baru itu memanggilku untuk menemuinya di ruangannya. Dengan ogah ogahan aku tetap menurutinya karena nilai Bahasa ku menjadi taruhannya.

"Yang sabar ya mas, aku tau kamu kuat!" Ucap dua bekantan yang saling bertos ria.

"Gue do'ain kecebur got lo berdua hari ini." Balasku datar dan pergi melangkah menuju ruangan Pak Akmal.

Sesampainya di depan pintu berwarna coklat tua itu, aku mengetuk tiga kali dan suara dari dalam pun terdengar meminta ku untuk masuk.

"Duduk!" Titahnya tanpa melirik ku.

Melepas kacamata nya, Pak Akmal mulai memusatkan atensinya padaku.

"Setelah saya baca-baca identitas siswa, ternyata kamu perempuan ya?" Tanya nya yang hanya ku jawab dengan anggukan datar. Basa basi yang membuang waktu, gerutu ku di dalam hati.

"Kalo saya boleh-"

"To the point pak. Waktu istirahat saya tersisa sepuluh menit lagi." Aku sengaja memotong perkataannya yang berbelit itu, membuang waktu jujur.

Terlihat dia menghela nafasnya. "Penampilan mu gak mencerminkan kalo kamu itu perempuan, lagian di sekolah ini siswi harus memakai rok, bukan celana." Ujarnya dengan melirik sinis celana sekolah ku.

Aku tidak suka lirikan sinis itu! Tersenyum miring aku membalasnya. "Sayang nya kepala sekolah dan guru-guru di sini bisa di bungkam dengan uang, jadi? Bagaimana menurut anda Bapak Akmal yang terhormat?" Aku mengejeknya lewat senyuman ku, dan aku tau dia mulai panas. Namun sebelum benar-benar terbakar aku lebih dulu berpamitan untuk menuju kantin, aku perlu minum susu kotak dancow yang di bawa Kana tadi.

Aku berjalan percaya diri di koridor sekolah yang cukup ramai ini, bahkan dari sekian banyaknya orang di sekolah ini, hanya guru baru itu yang mau menegurku. Aku cukup terkesan akan hal itu, aku yakin kepala sekolah sudah memberitahukan nya tentang diriku, namun dia tetap ngeyel mencari masalah dengan ku. Ayo kita lihat, apa yang akan dia perbuat selanjutnya.

Mungkin kedepannya energiku akan sedikit terkuras, firasat ku minggu minggu ini aku akan cukup kelelahan.

Sampai di kantin pun aku sudah tidak mendapati dua bekantan itu, mungkin sudah di kelas. Mataku mengedar mecari keberadaan kotak dengan tulisan Dancow, dan Yap! Aku menemukannya dengan cepat, walau hanya tersisa satu.

Setidaknya ini bisa membuat energi ku kembali stabil.

*****

Beruang Kutub Harua [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang