Bab 15: Sakit yang nyata

692 62 16
                                    

Kapan si borokokok ini berhenti?!
#Igoiga







Haru

_

_

_

Apa kataku?

Bahkan baru tiga hari kemarin aku mengirimkan uang pada ibu, tapi sekarang dia meminta lagi. Bahkan saat ini orangnya sudah berdiri dengan berkacak pinggang menatapku garang.

Ya Tuhan, aku lelah.

“Seratus juta, mustahil habis dalam tiga hari.” Kataku dan aku dapat melihat rahang ibu mengetat.

“Akhir-akhir ini kamu banyak bicara ya Haru, apa karna Jalang itu yang mengajari mu hm?” Aku tau sebutan itu di tujukan pada siapa.

“Mencari uang tidak mudah bu,”

“Kamu pikir saya perduli? Saya tidak mau tau bagaimana cara kamu mendapatkan uang itu Haru, bahkan dengan kamu menjual tubuhmu pun saya tidak perduli!”

Tahan Haru, jangan sekarang!

Aku ingin sekali memotong lidahnya sekarang!

Apakah boleh?

“Ibu jangan berbicara seperti itu, bukankah lebih baik kalau ibu bisa lebih hemat?”

Setelah nya apa? Tamparan yang kesekian kalinya ku dapatkan dari ibu. Tidak ada perubahan bahkan ini sudah tiga tahun berjalan, kenapa selalu seperti ini?

“Ibu memiliki suami kan? Kenapa tidak meminta pada nya?” Aku masih berusaha sabar.

“Cih! Pria bodoh itu hanya bisa memuaskan nafsuku, bahkan uangnya tak lebih banyak dari mu! Jadi cepat berikan saya uang!”

“Ibu tidak memandang ku sebagai anak ya?” suara ku lirih dan terdengar akan menangis, pada kenyataannya memang itu yang terjadi. Hatiku selalu di patahkan oleh Ibu, tidak akan ada kesan baik yang ia berikan pada ku. Sebenarnya apa alasan dia begitu jahat pada ku?

“Siapa peduli?! Saya hanya butuh uang mu, anggap saja sebagai balas budi karena kau ku lahirkan ke dunia ini dengan selamat!”

Dia tidak pernah berbicara halus pada ku, dan kata-katanya itu sudah sangat sering aku dengar. Bodohnya aku yang selalu mengulang pertanyaan. Sebenarnya aku hanya memastikan kalau-kalau beliau sudah menyayangi aku sebagai anaknya, bukan sebagai ATM berjalannya.

Aku melihat senyum miring nya yang licik, itu pertanda buruk kawan.

“Kamu tidak memberikan saya uang? Baiklah.” Setelahnya dia pergi, tapi aku yakin pasti ada rencana terselubung yang akan dia lakukan.

Menghela nafas, aku melangkah gontai menuju pohon rindang di taman kota. Kepala ku berat memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan dia lakukan. Sejauh ini aku sudah beberapa kali memperingatinya untuk tidak mengusik keluarga baru yang ayah pimpin sekarang. Aku hanya tak ingin beliau susah lagi, sudah cukup baginya yang selama ini membesarkan ku seorang diri, memaksa diri untuk menjadi sosok ibu juga ayah bagiku.

Aku bersyukur ayah tidak pergi seperti ibu, setidaknya aku memilikinya di dalam hidup yang hampa ini. Dan, sejauh ini pun aku tidak memberitahu ayah tentang ibu yang selalu meminta uang pada ku. Bahkan kejadian yang tak mengenakan yang di alami bunda, dalangnya adalah ibu. Aku pun tak menceritakannya pada ayah, sebisa mungkin aku menyelesaikan nya seorang diri.

Tepukan ringan di pundak ku lumayan mengejutkan, tapi tentu saja aku dengan cepat menguasai ekspresi ku.

“Gue gak nyangka, orang yang selama ini gue cari ada di dekat gue.”

“Bicara dengan jelas” Aku terlalu malas menanggapi orang yang kini sudah duduk di sebelah ku tanpa di persilahkan. Dia Igo, musuh bebuyutan dalam olahraga Futsal. Mahluk yang selalu mencari gara-gara di lapangan kebanggan kami!

“Haru, tadi gue liat wanita itu-”

“Lo kenal?!” Jantung ku berdegup kencang, jika Igo mengenal ibu, itu artinya aku harus membungkam kesaksiannya siang ini.

“Gue, lebih dari kenal. Dia manusia yang ngehancurin keluarga bahagia gue! Bahkan dengan gak tau malunya selalu datang ke gue, buat apa? Buat minta duit.” Dia terkekeh miris, aku malah salah fokus sama cap lima jadi di pipi kirinya.

“Coba bicara yang jelas Go, gue lagi pusing males mikir.”

“Wow! Lo ngomong dengan banyak kata tadi!” Pandangan skeptis nya malah membuatku kesal, memangnya dia pikir aku mempunyai batas kata saat berbicara?!

“Oke, singkatnya. Gue juga ngalamin hal yang salam kaya lo Ru. Bokap gue, selingkuh sama nyokap lo. Dia ninggalin gue dan mama, dia lebih milih wanita jalang itu!” Aku sempat melotot mendengar kata (Jalang). Tapi saat di pikirkan memang seperti itu adanya kan?

“Sory, gue gak bisa nahan untuk gak ngumpatin wanita iblis itu.”

It's okay gue ngerti” Aku pun sudah malas mendebat hal yang jelas-jelas sesuai fakta itu.

“Karena dia juga, mama jadi kehilangan kendali atas dirinya sendiri.” Aku tau maksud Igo, mamanya menjadi gila.

“Di saat gue terpuruk karena kondisi mama yang makin buruk. Perempuan iblis itu datang, gue pikir dia mau minta maaf, tapi di luar dugaan.” Dia terkekeh singkat dengan sorot penuh dendam. “Dia berniat ngelecehin gue Ru! Perempuan bajingan itu bahkan maki-maki bokap gue yang gak becus buat memenuhi hasratnya, dan dia fikir gue orang yang bisa nuntasin saat itu. Keadaan dia setengah sadar pengaruh obat-obatan.”

“Saat itu, lo umur berapa?” Ya aku heran saja jika ibu mau memperkosa anak yang bahkan belum tau cara membuat bayi kan?

“Saat gue masuk bangku SMA” Oke cukup, gue tau di situ ibu pun mulai gila-gilaan meminta duit pada ku.

“Jadi karena ini lo cari anak perempuan itu?” Dia mengangguk sebagai jawaban. Aku terkekeh sinis saat pemikiran yang cukup masuk akal terlintas di otak ku.

“Kalau lo cari gue cuma buat balas dendam lo melalui gue, itu percuma. Perempuan itu bahkan gak perduli mau gue mati ketabrak fuso atau mati bunuh diri. Mending lo langsung bunuh dia aja.” Igo tersenyum miring. “Tadinya mau gitu, tapi setelah di pikir-pikir mana mungkin anak yang dia tinggal se berharga itu. Jadi, gue mau ngajakin lo kerja sama.”

“Apa? Mau bunuh dia bareng-bareng? Sorry Go, gue gak mau. Tapi kalo bagian gue bokap lo masih bisa di pertimbangkan.” Senyumnya makin lebar, sudah mirip psikopat. “Gue udah duga jawaban lo Ru, gak mungkin gue ngajakin lo kerja sama tanpa mikirin kemungkinan lo akan nolak.” Dia menyugar rambutnya yang panjang melewati telinga.

“Gue minta bantuan lo untuk urus perempuan itu, begitupun sebaliknya. Gue rasa kita sama-sama bakal untung, mereka berdua pantas dapatkan balasan dari kita Ru. Siapa lagi yang bisa bikin mereka jera?”

“Kenapa lo rela semisal gue bunuh bokap lo?”

“Banyak kejahatan yang dia lakuin ke gue setelah pergi sama nyokap lo. Dari dia yang pernah ngejual gue, ninggalin utang bang dengan nominal fantastis. Terutama, dia yang diem aja pas gue hampir di perkosa sama perempuan jahanam itu!”

“Kita bisa bicarain ini lain waktu” Aku beranjak pergi menuju rumah, benar dugaan ku. Ibu mulai mengusik secara terang-terangan.

“APA PUN ITU, GUE TUNGGU KEPUTUSAN LO RU!” Teriakan Igo tak ku hiraukan. Saat ini, pikiranku di penuhi nama bunda, dia sedang hamil muda, bagaimana kalau dia terluka? Ayah akan sedih pastinya, dan aku akan merasa sangat tidak berguna.

*****

Beruang Kutub Harua [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang