Bab 16: Pelaku

627 62 11
                                    

Gak semua hal bisa ku lakukan, tapi semua hal bisa saja ku perjuangkan.
#haruanakkutub




Haru

_

_

_

Pecahan guci adalah pemandangan pertama yang aku lihat, sebelum mataku menangkap sosok yang tergeletak tak berdaya di samping sofa.

“Bunda, bangun bunda!”

“Ha-Haru, sakit Haru.” Bunda mengadu sakit dengan tangganya yang menekan perut, tidak. Calon adikku!

Aku langsung membopong tubuh ringkih bunda, mencari sopir yang ku pikir sangat tidak berguna. Tapi gak jadi karena ternyata dia korban dari pecahan guci.

Aku kalut, memasukan bunda ke dalam mobil. Melajukan dengan kecepatan tinggi, tidak berfikir bahwa itu bahaya. Yang ku inginkan cepat sampai di rumah sakit, tapi kenapa rasanya lama sekali?!

Sampai di rumah sakit bunda langsung di bawa ke ruangan gawat darurat. Aku tidak menangis tapi tubuhku bergetar ketakutan, bagaimana jika terjadi hal yang lebih menakutkan dari yang ku pikirkan?!

Aku menghubungi ayah, memintanya datang ke rumah sakit. Bagaimanapun mustahil aku menyembunyikan kejadian hari ini darinya.

Tak sampai dua puluh menit, wajah gelisah ayah terpampang nyata di depan ku. Bertanya tiada henti sampai aku bingung harus jawab yang mana.

“Bagaimana ini bisa terjadi Haru? Siapa yang melakukannya? Ayah sudah menempatkan banyak penjaga di rumah.”

Benar! Aku tak melihat batang hidung para penjaga itu, kemana mereka?! Ada yang tidak beres di sini.

“CCTV? Bagaimana dengan CCTV-nya?!”

“Aku belum memastikannya, tapi sepertinya jangan terlalu berharap pada benda mati yang gak bisa membela diri itu ayah. Ayah paham kan maksud ku?” Dia mengangguk.

“Jangan khawatir, ayah fokus saja pada bunda, biar aku yang urus.” Bukan omongan kosong, aku merasa ini salahku yang tidak memberikan uang tadi kepada ibu. Jika saja aku langsung memberikannya, pasti ini semua tidak akan terjadi.

“Jangan berfikir kamu bisa menyelesaikannya sendiri Haru, kamu tetaplah gadis kecil yang seharusnya diam menonton, biar ayah yang mengurus nya!”

“Ayah meremehkan ku ya?”

“Bukan begitu Haru, mengertilah. Ayah tidak ingin kamu ikut terluka.”

“Tenang saja ayah, aku pastikan tidak akan mengecewakan mu.” Setelah itu aku pergi, mengecek ke kacauan yang terjadi di rumah.

Benar saja, semua rekaman CCTV telah terhapus. Jangan bodoh, aku masih memiliki cara lain agar mendapatkannya.

Aku berjalan ke kamarku, tapi sayangnya seseorang menubruk ku dari belakang. Sialannya kepalaku cukup pening karena pukulan tadi.

Perkelahian terjadi tak seimbang, tiga orang berpakaian penjaga menyerang ku secara brutal.

Sial! Sejak kapan kediaman ini di sabotase oleh Ibu?!

Dua di antaranya berhasil ku tumbangkan sedangkan satu orang lagi melarikan diri, aku tidak akan membiarkan dia lolos!

*****

Aku terkapar kelelahan di atas tempat tidur ku, berhasil menumpas lima belas penjaga yang memiliki keterampilan yang bagus bukan hal mudah. Tapi berkat senjata api milik ayah, aku berhasil melumpuhkan mereka. Sudah ku ikat mereka di gudang, dan sekarang ayah sedang menangani mereka.

Beruang Kutub Harua [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang