Bab 5 : Malam Panjang di Taman Bermain - II

472 54 0
                                    

...

Young-Soo menggerutu kesal. Ia berjalan sambil terus menggerutu. Ia tidak habis pikir dengan bagaimana mungkin teman-temannya bisa bercanda dan tertawa dalam keadaan seperti ini. Bagaimana mungkin mereka bisa tetap santai setelah tau CSAT dibatalkan. Bagaimana jika tiba-tiba CSAT tidak jadi dibatalkan?

"Mereka benar-benar sudah gila." ujar Young-Soo jengkel.

Langkahnya kemudian terhenti saat melihat sebuah lukisan dalam bentuk kartun. Sebuah family potrait yang dilukis dengan versi yang menggemaskan. Sesaat entah bagaimana lukisan itu berubah menjadi potret keluarganya. Ada Ayah, Ibu dan kedua adiknya pada foto itu. Young-Soo menggelengkan kepala dan memejamkan matanya. Saat ia membukanya kembali, foto itu menghilang dan lukisan itu kembali.

"Sial." umpatnya. Jauh di dalam hatinya, ia merindukan keluarganya.

"Aku sudah lama tidak belajar. Apa aku akan baik-baik saja? Bagaimana jika aku lupa semuanya?" gumamnya. Ia kemudian mengambil catatan dari saku rompinya.

"A kuadrat adalah B kuadrat ditambah C kuadrat.. minus satu. 2 bc...Kosinus." Ah... ayolah aku harus mengingatnya." gumam Young-Soo.

"A kuadrat adalah B kuadrat..."

"Kau pun belajar disini?" tanya Jang-Soo. Young-Soo menoleh. Ia tidak begitu menyadari, kapan lelaki itu datang.

"Kenapa tidak berkumpul dengan yang lain? Ayo hilangkan stres kita." ajak Jang-Soo. Ia kemudian bergerak menarik lengan Young-Soo. Namun, Young-Soo menepisnya dengan kasar. "Sial" ucapnya kesal.

"Kau pikir ini saat yang tepat untuk melakukannya? Kalian sudah gila? Bukankah seharusnya kita memeriksa apakah CSAT sungguh dibatalkan?" Jang-Soo menghela napasnya sejenak.

"Aku mengerti kamu kecewa. Tapi lebih baik kamu menerimanya lebih dahulu. Kita mungkin bisa mengikuti CSAT di tahun depan. Anggap saja, kita belajar setahun lagi." ucap Jang-Soo menenangkan. Lelaki itu kemudian menepuk pundak Young-Soo. Mencoba memberikan dukungan.

Jang-Soo kemudian melangkah pergi, meninggalkan Young-Soo yang masih memandangi punggungnya yang menjauh.

"'Setahun lagi?' Bedebah itu. Kesempatan seperti itu hanya ada untuk orang-orang sepertimu. Kau bisa mengikuti akademi atau memiliki tutor pribadi. Tapi aku bahkan tidak mampu mengikuti akademi. Bagaimana kau bisa dengan mudah mengatakannya?" gumam Young-Soo marah.

...

Bo-Ra menopang tubuhnya. Kedua tangannya berada di atas meja wahana tembak. Ia mendengus kesal dan kemudian berbalik.

"Kau yang memulainya." bisik Young-Shin ke Tae-Man.

"Apa yang kulakukan? Kenapa selalu menyalahkanku?" ucap Tae-Man.

"Seharusnya kalian diam saja." Ucap Soo-Chul malas. Ia kemudian menggelengkan kepalanya.

"Hei, dia datang." bisik Chi-Yeol. Tae-Man langsung menyikut Deok-Joong begitu Bo-Ra melangkah mendekat.

"Bo-Ra.." ucap Deok-Joong. Pasang matanya menatap Bo-Ra. Gadis itu nampak menatapnya garang.

"Tidak apa-apa. Kalah bukan masalah besar. Iya 'kan?" lanju Deok-Joong mencoba menyemangati.

"Sungguh?" Bo-Ra menatap kesal lelaki gempal itu.

DUK !

"Sakit. Kenapa memukulku?!" Deok-Joong menoleh. Mengeluh dengan berbisik pada Young-Shin yang baru saja mendaratkan tangannya dipunggungnya.

"Ayo beri tahu dia." ucap Young-Shin setengah berbisik. Tangannya memukul-mukul pelan lengan Deok-Joong. Meminta lelaki itu untuk segera mengatasi situasi sebelum kemarahan Bo-Ra meledak.

Duty After School : The Alternate EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang