Bab 13 : Dolent

477 54 7
                                    

...

Letnan Kim, Young-Shin dan Soo-Chul langsung bergerak membantu Jang-Soo mengangkat tubuh Nyonya Shim. Mereka kemudian menidurkan tubuh wanita paruh baya itu di lantai. Yeon-Ju dengan cepat datang membawa sebuah kain yang sudah terlipat. Jang-Soo meletakan kain itu dibawah kepala Nyonya Shim.

Letnan Kim mencoba mengecek kondisi wanita itu. Suasana berubah menjadi tegang dan membingungkan.

"Prajurit Im, cepat panggil bagian kesehatan." perintah Won-Bin pada Woo-Taek.

"Baik." Lelaki itu langsung menghidupkan HT-nya kemudian berlari keluar.

"Bagian Kesehatan, bagian kesehatan, ini Camar Putih. Keadaan darurat." Im Woo-Taek berlari ke ruangan, ia mencoba terhubung dengan "Bagian Kesehatan" melalui ponselnya.

Para anak dan orang tua memandang sendu ke Nyonya Shim. Beberapa bergerak mendekat, termasuk Nenek Ae-Seol. Sementara, Ae-Seol mengikuti neneknya dibelakangnya. Namun, langkahnya terhenti saat sebuah tangan menghentikannya.

Ae-Seol menoleh. Melihat ke arah pemilik tangan itu. Seorang wanita paruh baya. Rambutnya panjang sedikit melebihi bahu, matanya berwarna hazel dan teduh. "Biar aku saja." ucap wanita itu lembut. Wanita itu kemudian berjalan mendekat menyusul nenek Ae-Seol. Menggenggam tangannya sebentar, kemudian langsung menghampiri Ibu Young-Soo. Ae-Seol langsung menarik neneknya mundur.

"Berikan aku jalan." suara wanita itu memecah keheningan. Wanita itu bergerak dari tempatnya berdiri dan langsung mendudukan dirinya di sisi kiri Nyonya Shim.

Letnan Kim memandangnya. Wanita itu kemudian menunjukkan tanda pengenalnya.

Rumah Sakit Seoul National University. Poli Penyakit Dalam. dr. Lee Young-Ae.

Wanita itu dengan telaten dan cekatan mengecek kondisi Nyonya Shim. Ia nampak menghitung nadi di lengan wanita itu, dan mengeceknya dengan jam tangannya. Setelah itu, ia mendekatkan telinganya ke wajah Nyonya-Shim. Membaca pergerakan napasnya. Ia menghela napasnya dan menggeleng.

"Kondisinya tidak bagus. Ia mengalami shock. Aku akan melakukan CPR kepadanya." terang wanita itu. "Aku akan melakukannya." Yeon-Ju mengajukan diri. Dokter wanita itu mengangguk setuju.

Yeon-Ju dengan sekuat tenaganya melakukan CPR, sementara dokter wanita itu sesekali memberikan jeda, dan melakukan pemeriksaan. Ia terus meminta Yeon-Ju melanjutkan. Gadis itu melanjutkan usahanya. Semua pasang mata menatap cemas penuh doa.

...

Woo-Taek menghentikan larinya sesaat ia melihat Kolonel Jo datang bersama dengan dua ajudannya. Mereka berjalan menuju Aula. Woo-Taek langsung memberikan hormatnya dan langsung berusaha mengatur napasnya saat pria itu berada tepat dihadapannya. Pria paruh baya itu menatapnya. "Ada apa, Prajurit Im?" tanya sang Kolonel dengan suara tegasnya.

"Nyonya Shim tidak sadarkan diri. Saya sedang dalam perjalanan memanggil Bagian Kesehatan." jawab Woo-Taek. Pria itu menghela napasnya. Ia kemudian sedikit menoleh ke kanannya. Memberikan kode kepada dua ajudannya untuk membantu lelaki muda di depan mereka. Dua ajudan itu menganggukkan kepalanya. "Tolong dipercepat." ucap pria itu kemudian. "Siap. Laksanakan." Woo-Taek mengangguk dan memberikan hormat. Ia kemudian bergeser ke kanan, memberikan jalan untuk pria tersebut berjalan. Sementara ia pergi bersama dengan dua ajudan lainnya menuju Klinik di Blok tersebut.

...

Anak-anak dan para Orangtuanya masih menatap cemas ke arah Nyonya Shim. Yeonju dan Dokter Lee, wanita paruh baya itu, nampak terus berusaha memberikan pertolongan pertama. Kolonel Jo yang baru datang dan melihat keadaan tersebut, langsung berlari menghampiri. Ia langsung bertatapan dengan Jang-Soo dan Letnan Kim.

Duty After School : The Alternate EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang