4. Duke Valentine

9.6K 1K 17
                                    

Buku tebal yang diberikan Charente berhasil aku baca setengahnya semalam, tentu aku berjuang mati-matian untuk melawan kantuk yang menjadi musuh.

Saat ini aku sedang sarapan dikamar setelah melalui rutinitas pagiku yang panjang. Semalam aku belum bertemu Duke Valentine karena saat makan malam, Duke belum pulang. Dan saat ini beliau memilih sarapan di ruangannya membuatku mengurungkan niat sarapan diruang makan.

Ruang makan Valentine sangat luas dengan meja panjang serta banyak kursi disekelilingnya. Padahal keluarga Valentine hanya berisi 4 orang, entah apa kegunaan kursi-kursi tersebut. Dan parahnya makan diruang makan sendirian sungguh terlihat menyedihkan, diantara banyaknya kursi yang kosong hanya satu kursi yang terisi, bukankah terlihat menyedihkan. Cukup semalam saja aku merasakan hal tersebut. Lebih baik aku makan sendiri dikamar jika tidak ada keluarga lain diruang makan. Sebenarnya aku tidak masalah makan sendirian tapi melihat banyaknya kursi yang kosong dan ruangan yang sepi entah kenapa menyebalkan.

Hari ini aku akan mengikuti pelajaran tentang politik dengan Tn. Andreas White, beliau adalah mantan kepala keluarga Count White, setelah pensiun beliau memilih mengajari anak-ank bangsawan sebagai hobinya.

Berbeda dengan Charente yang ramah dan bersahabat, Andreas white memiliki wibawa dan aura yang cukup kuat, menjelaskan berapa banyak pengalaman hidup yang sudah ia lalui. Saat mengajar ia lebih tegas dari pada Charente.

Setelah pelajaran selesai tanpa sadar aku menghembuskan nafas lega, entah bagaimana aku bisa bernafas secara normal saat pelajaran tadi.

Mungkin karena aura nya yang begitu kuat atau usianya yang hampir 3 kali lipat usiaku menjadikan ku segan terhadap Andreas, berbanding terbalik dengan Charente yang usianya tidak jauh dariku membuatkan tanpa sadar lebih santai saat diajari olehnya.

Walaupun Andreas juga pengajar yang baik, dan tentu dengan tugas yang lebih manusiawi bagi anak 10 tahun dari pada Charente.

Mengingat tugas yang diberikan Charente, saat ini aku sedang kembali mengerjakannya ditaman, ditemani cemilan dan susu hangat dicampur dengan coklat. Awalnya mereka memberikan susu hangat tanpa tambahan apapun. Susu disini merupakan susu murni dan jujur saja aku tidak menyukainya. Jadi aku meminta kepada Eros untuk menambahkan coklat.

Saat langit mulai gelap aku memutuskan kembali kekamar dan bersiap untuk makan malam. Tentu ditemani Eros yang setia mengikuti dibelakangku.

Setelah mandi dan bersiap Eros memandu ku ke ruang makan. Eros mengatakan bahwa Duke akan makan malam diruang keluarga. Jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

Ruang makan masih kosong saat aku tiba, para pelayan sibuk menyiapkan makanan yang disajikan dimeja. 5 menit kemudian pintu ruangan terbuka Duke Valentine masuk bersama pengawal dan pelayan pribadinya yang setia mengikuti dibelakang.

Aku berdiri dan melakukan penghormatan singkat kepadanya. Wibawa dan aura ayah Mikhael ini tak kalah dengan Andreas.

Arthur de Valentine adalah Duke Valentine yang ke 5, Arthur memiliki rambut hitam dan bola mata biru cerah khas keluarga valentine. Tubuhnya tegap dengan tinggi yang membuatku iri. Mungkin sekitar 190 cm, dulu tinggiku hanya 180 cm tentu melihat laki-laki tinggi membuatku iri. Laki-laki dan tinggi badan memang rumit. Umur Arthur berada pada pertengahan 40 tahun walaupun wajahnya masih terlihat muda dan menawan.

Arthur hanya memandangku sekilas kemudian memulai makan. Saat makan bersama memang diwajibkan kepala keluarga yang memulai terlebih dahulu. Jika kepala keluarga belum menyentuh makanannya, anggota keluarga juga tidak diperbolehkan mendahului.

Dingin, kaku, tenang atau pendiam. Entah yang mana kepribadian Arthur sebenarnya. Selama waktu makan, ia makan dengan tenang, fokus kepada makanan yang dimakannya tanpa menoleh padaku yang duduk tidak jauh darinya.

Saat makan bangsawan memang memiliki aturan tidak boleh berbicara satu sama lain.

Tapi setelah selesai makan hidangan penutup, Arthur keluar dari ruang makan tanpa bicara apapun padaku, ia hanya menoleh singkat saat akan memulai makan.

Pantas saja Mikhael merasa kesepian selama ini, ayahnya saja memperlakukannya dengan dingin, tidak ada komunikasi apapun, tidak ada perhatian dan kasih sayang, dan Mikhael mengalaminya dari umur 5 tahun. Padahal saat umur tersebut, harusnya dipenuhi perhatian dan kasih sayang keluarganya.

Mulutku gatal sekali untuk mengumpat kearah Arthur tadi, untung kewarasan menahanku. Disini jiwaku berada pada tubuh Mikhael yang berstatus sebagai anaknya.

Apa susahnya tersenyum dan menanyakan kabar anaknya yang sudah lama tidak ia jumpai? Memang ia tidak pernah belajar berkomunikasi dan tersenyum. Padahal gelar Duke yang dimilikinya tentu mengharuskan ia berurusan dengan banyak orang. Tapi untuk tersenyum ke anak nya saja tidak ia lakukan. Dasar bajingan

Setelah puas mengumpati arthur didalam hati dengan segala umpatan yang ku ketahui dikehidupan dulu aku menyuruh Eros mamnduku ke kamar, dan bersiap tidur lebih awal.

Sebenarnya aku bosen disini, tidak ada ponsel, internet atau laptop. Tidak ada game atau film yang bisa aku tonton untuk menghilangkan kebosanan.

Jadi aku memilih tidur untuk menghilangkan amarah pada Arthur dan rasa bosan yang menggerogoti ku.




*******

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang