26. Keseharian Baru

6.6K 995 21
                                    

Aku memandang kamar cale dengan bosan, sudah 3 hari berlalu setelah kaki mikhael mengalami kelumpuhan, jadi sekarang tepat hari ke 40. Menjadi lumpuh membuatku mendapat bantuan disetiap aktifitas, dulu mungkin aku memang dibantu tapi sekarang lebih parah lagi. Cale selalu menggendongku kemanapun aku ingin pergi, menemaniku seharian penuh, kadang-kadang anak itu juga menyuapiku, bahkan pernah membantuku mandi.

Entah bagaimana pekerjaannya sebagai kesatria, ia tidak pernah meninggalkanku sedetikpun. Saat aku bertanya ia dengan santai menjawab bahwa saat ini ia bekerja sebagai kesatria pribadiku, entah itu memang benar atau cale memang hanya membual, aku belum sempat bertanya kepada eiser. Karena anak itu sangat sibuk saat ini, walaupun ia masih menyempatkan waktu untuk menjengukku tapi hanya sebentar, bahkan aku ragu ada 10 menit. Eiser akan memandangiku dari atas sampai bawah selama beberapa menit kemudian menanyakan keadaanku, setelah itu ia akan pergi.

Arthur juga belum pulang, karena memang wilayah Reins berada di utara,  memiliki jarak yang jauh dari wilayah Valentine yang berada di dekat ibukota. Dan lagi menurut Cale, setelah menyelesaikan urusannya di Reins, Arthur tidak langsung kembali ke mansion tapi langsung pergi kewilayah Allois, entah kerjasama apa yang dikejar oleh ayah tiga anak itu, padahal valentine juga bukan keluarga yang kekuarangan uang malah menurutku sangat kelebihan uang. Kenapa juga duke valentine harus bekerja serajin itu?

Aku juga belum diperbolehkan melukis, padahal saat melukis aku hanya duduk diam, cuman tanganku yang bekerja. Tapi cale takut jika aku terlalu berlebihan menggunakan tanganku, bahasa kasarnya ia takut jika tanganku juga lumpuh. Dasar aneh, bagaimana bisa tanganku menjadi lumpuh hanya gara-gara melukis, tapi aku tetap patuh karena cale yang tidak menerima penolakan.

Jadi aku tidak mempunyai kegiatan apapun untuk mengusir kebosanan, aku hanya diam dikamar atau kadang ditaman.

Aku juga sudah mulai menjalani latihan berjalan, dan sungguh itu hal yang lumayan memalukan, aku harus belajar berjalan seperti anak kecil dan mendapatkan dukungan dari cale serta para pelayan dan asisten dokter. Aku hanya mencoba menebalkan muka dan fokus pada latihanku walaupun cale dengan khawatir menghampiriku karena melihat wajah, telinga dan leherku yang memerah. Anak itu mengira aku mengalami demam, sungguh pemikiran yang luar biasa, aku hanya malu itu saja. Dan karena mikhael memiliki kulit yang putih jadi akan terlihat jelas saat aku malu. Setelah aku memberitahu cale, ia segera menyuruh para pelayan dan asisten dokter, termasuk eros dan Seth untuk meninggalkan kami. Jadi saat latihan hanya ada aku, cale dan tentunya dokter abel dan thomas. Aku sudah dua kali menjalani terapi tapi belum ada kemajuan yang berarti pada kedua kakiku. Cale tetap memberikan semangat dan menghiburku, meyakinkan jika aku bisa berjalan dengan normal kembali.

"Kak, kak eiser dimana?" Tanyaku memecah keheningan. Saat ini aku sedang duduk dikasur, kedua kakiku berada pada pangkuan cale, Anak itu sesekali akan memijat kakiku dengan lembut.

"Tentu saja diruang kerja" Jawab cale cepat.

"Kenapa mencarinya?"

"Ayo kesana" Ajakku memberi usulan, aku sudah bosan berdiam diri dikamar.

"Untuk apa? eiser pasti sibuk. Kita hanya akan berakhir duduk disofa memandanginya yang fokus pada kertas" Jawab cale malas.

"Aku bosan" Ujarku lirih.

Aku melihat cale menghela nafas kemudian segera berdiri dan mengangkatku dalam gendongannya. Tanpa kata, cale segera keluar dari kamar berjalan menelusuri lorong-lorong valentine menuju ke ruang kerja eiser. Aku sebenarnya juga tidak tau untuk apa menemui eiser. Tapi aku sungguh kebosanan.

"Maaf aku merepotkan kakak"

"Untuk apa minta maaf, aku tidak kerepotan sama sekali, jangan bilang seperti itu" Balas cale serius.

"Kakak tidak lelah? Kak cale selalu menemaniku"

"Aku tidak lelah dan Itu sudah kewajibanku"

"Terimakasih kak cale selalu menemaniku"

Tidak ada balasan dari cale, tapi tangannya mengusap rambutku dengan sayang.

Aku tulus mengucapkan terimakasih, cale selalu menemaniku, tidak pernah mengeluh karena tingkahku yang kadang menyebalkan dan membuat ia kerepotan, ia tidak pernah terlihat enggan saat merawatku bahkan sangat perhatian dan tulus. Malah kadang aku merasa kasihan padanya karena harus merawatku yang seperti ini, padahal anak itu juga masih muda. Tapi disisi lain aku juga cukup seneng karena hal itu misiku pada cale bisa dibilang sukses.

Kita sampai di depan ruangan eiser, setelah mendapatkan izin untuk masuk, cale segera masuk dan mendudukkan dirinya disofa, aku berada di pangkuannya menghadap kedepan.

Seperti yang dibilang cale eiser sedang sibuk dengan kertas bersama luke, ia sempet melirik sebentar setelah itu kembali fokus pada berkas-berkas dimeja.

"Halo kak ethan" Sapaku pada ethan yang baru masuk keruangan eiser, entah dari mana anak itu.

"Tuan muda" Balas ethan sambil memberikan penghormatan kepadaku dan cale, ia segera mendekat dan berdiri di belakang sofa yang cale duduki bergabung dengan seth dn eros yang selalu setia mengikuti.

Para pelayan segera berdatangan untuk meletakkan kudapan dan teh, tak lupa susu coklatku.

"Eiser"

Eiser memfokuskan pandangannya pada kami, memberikan tatapan bertanya pada cale karena memanggilnya.

"Sapa mikhael sebentar, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu setelah itu" Sudah kubilang kan jika cale itu sungguh perhatian, anak itu sangat manis sekarang.

"Tidak perlu kak, kak eiser sibuk. Aku hanya bosan dikamar terus jadi aku mengajak kesini" Ucapku pura-pura.

Cale hanya mengacuhkan ucapanku tetap menatap eiser yang masih duduk di kursinya. Walaupun eiser adalah anak tertua, tapi ia selalu mendengarkan permintaan adiknya terbukti dengan eiser yang berdiri dan menghampiri kami.

Eiser berhenti tepat didepanku, melihat dengan seksama keadaanku seperti yang sering ia lakukan. Aku harus mendongak untuk melihatnya karena tinggi bocah itu yang tak main-main.

"Aku baik-baik saja kak."

"Tidak ada yang sakit?" Tanya eiser setelah puas memindai keadaanku.

"Tidak ada"

Aku merentangkan tanganku, mengkodenya bahwa aku ingin digendong olehnya.

Tidak seperti sebelumnya Eiser segera mengangkatku dalam gendongannya, aku segera melingkarkan tangan pada leher eiser. Gendongannya masih kaku tapi lebih baik daripada sebelumnya.

Eiser cukup erat memelukku dalam gendongannya mungkin anak itu takut menjatuhkanku, ia melangkah kembali mendekati kursinya. Duduk dan memangkuku, melingkarkan sebelah tangannya pada perutku, menjaga agar aku tidak jatuh sedangkan tangannya yang bebas mengambil kuas dan kembali memeriksa pekerjaannya. Cale hanya memandangi kami dalam diam sesekali anak itu akan meminum tehnya dengan anggun layaknya bangsawan.










*****
Jangan lupa vote dan komennya
Maaf baru update, aku lumayan sibuk di rl. Bantu koreksi kalo ada typo ya

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang