10. Tidur

8.4K 974 2
                                    

Kamar Cale tidak jauh berbeda dengan kamarku, dengan nuansa klasik dan tentunya mewah. Mungkin yang sedikit membedakan adalah keberadaan koleksi pedang yang dipajang di pojok kamar oleh pemiliknya.

Eros membantuku bersih-bersih dan menganti bajuku dengan baju tidur. Sekarang aku duduk manis dikasur Cale, menunggunya yang masih sibuk berganti baju.

"Mau membaca buku?" Tanya Cale tiba-tiba, ia telah selesai berganti baju dengan baju tidur yang terlihat nyaman.

Dia berjalan kearah rak, kemudian memilih beberapa buku "aku tidak tau kau menyukainya atau tidak, kebanyakan buku disini tentang pedang" Ujarnya menjelaskan. Ia mendekati ranjang dengan 5 tumpukan buku ditangannya. Sebenarnya siapa sih yang ingin membaca, aku itu sedang melakukan misi untuk lebih dekat denganmu bodoh, lagipula membaca bukan hobiku.

Terpaksa aku milihat buku apa saja yang dibawa oleh Cale, dan benar saja kelima buku tersebut membahas tentang pedang. Aku mengambil salah satu buku dengan judul "Swormaster jilid (I)" Kemudian menyerahkan kepada Cale.

"Kau ingin aku membacakannya?" Tanyanya heran karena aku menyerahkan buku padanya. Aku hanya mengangguk membenarkan.

Dia duduk dengan menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur kemudian menepuk tempat disebelahnya mengisyaratkan untuk aku duduk disana.

Aku bergeser mendekatinya, namun alih-alih duduk disamping seperti yang Cale perintahkan aku mengambil tempat didepannya, kemudian memposisikan diriku senyaman mungkin dan menyenderkan punggungku didadanya.

Dulu saat dipanti, adik panti selalu menyuruhku membacakan buku untuk mereka, dan seperti inilah posisi favorit meraka jika dibacakan buku jadi meraka juga bisa melihat buku yang sedang dibacakan. Aku hanya meniru perilaku adik kepada kakaknya, bukankah tidak terlalu buruk. Walaupun aku harus menawan tawa karena wajah syok Cale dan badannya yang menjadi kaku.

"Kenapa kakak suka pedang?" Tanyaku memecah keheningan.

Cale berdehem canggung, ia mulai rilex dan membuka buku yang ku pilih. "Entahlah, mungkin karena sedari kecil aku sering melihat ayah dan para kesatria berlatih. Dan menurutku mereka keren" Jawab Cale panajng lebar.

Cale mulai membacakan buku yang berisikan tentang berbagai teknik untuk pemula swordmaster. "Kakak juga akan jadi kesatria?" Tanyaku menyela.

"Tentu saja"

"Jadi kakak akan menjadi kesatria Valentine?" Tanyaku lagi, karena tentu saja Cale tidak bisa menjadi penurus Duke karena bukan anak pertama.

Cale tidak menjawab pertanyaanku cukup lama "Aku menerima tawaran untuk menjadi kesatria elit kerajaan" Jawab Cale akhirnya.

"Kakak akan bekerja diistana?"

"Iya, aku hanya mampir sebentar ke mansion sebelum masuk ke istana"

"Kakak akan tinggal diistana?" Tanyaku kaget. Kalau Cale tinggal diistana lalu bagaimana kelanjutan misi ku. Aku akan sulit bertemu dengannya.

"Benar"

Lalu bagaimana aku melanjutkan misi ku kalau seperti ini. Saat ini hanya Cale yang lumayan menunjukkan perhatian kepadaku. Arthur jelas tidak bisa diharapkan, apalagi kakak pertama Mikhael yang sampai sekarang belum menunjukkan diri sama sekali.

"Aku akan sering pulang" Ujar Cale, mungkin ia menyadari karena aku tiba-tiba diam.

"Benarkah?" Aku ragu jika Cale akan sering pulang seperti yang ia katakan. Bahkan dulu saat ia masih di Akademi, waktu liburan pun Cale tidak pulang ke mansion.

"Tentu saja"

"Kakak" Panggil ku, yang dibalas deheman oleh Cale.

"Aku sebenarnya kesepian dimansion" Ucapku. Siapa tau Cale paham kode yang kubuat. Aku tidak bisa terang-terangan menyuruhnya membatalkan untuk masuk istana, karena Cale memang menyukai pedang sedari kecil, tidak mungkin ia mengabulkannya. Tapi mungkin saja ia benar-benar bisa untuk lebih sering pulang ke mansion.

"Satu tahun lagi kau bisa masuk akademi, kau bisa mendapatkan banyak teman" Jelas Cale.

Bukan itu maksudku Cale, dan mirisnya adikmu tidak bisa bertahan hidup sampai satu tahun kedepan.

"Itu masih lama" Jawabku akhirnya

"Mau ku carikan teman bermain?"

Teman bermain dikalangan bangsawan memang hal lumrah, meraka sering memperkenalkan anak mereka yang seumuran untuk berteman dan tentunya untuk keuntungan bisnis mereka.

Terlebih lagi untuk Duke valentine, salah satu bangsawan berkedudukan tinggi di Kerajaan, banyak bangsawan yang akan mengantri untuk menjadi teman bermain anak Duke untuk menjalin hubungan baik.

"Tidak perlu"

"Tidak bisakah, kakak saja yang menemaniku?" Tanyaku jujur, sepertinya aku memang harus lebih terus terang jika berbicara dengan Cale.

"Aku sudah bilang akan sering pulang"

Aku menyodorkan jari kelingking ku kearah Cale, meniru perbuatan Nora yang ia lakukan tadi kepadaku. Untungnya Cale menautkan kelingkingnya.

"Kalau kakak tidak pulang, aku akan menjemput kakak diistana" Candaku.

"Baiklah, kau bisa menyeret ku pulang jika aku melupakan janjiku"

Setelah itu Cale kembali membacakan buku. Menjelaskan bagian-bagian yang sulit kumengerti.

"Kak, kenapa kak Eiser belum pulang?" Eiser de Valentine adalah anak pertama Arthur dan penerus yang akan menjadi kepala keluarga Valentine selanjutnya, umurnya hanya berjarak 2 tahun dari Cale.

"Entahlah, dia sibuk diistana" Jawab Cale sekenanya.

"Aku sudah lama tidak melihat kak Eiser"

"Kau merindukannya?" Jawabannya tentu saja tidak, melihat Eiser secara langsung saja aku belum pernah, bagaimana bisa aku merindukannya.

"Tidak tau"

"Beberapa hari lagi mungkin ia akan pulang, tidak mungkin ia meninggalkan pekerjaan dimansion terlalu lama" Jelas Cale. Seperti yang Cale katakan, Eiser memang tidak bisa meninggalkan mansion terlalu lama karena sebagian pekerjaan duke sudah diambil alih olehnya. Tapi sudah hampir 2 minggu ia belum pulang ke mansion. Entah apa yang dikerjakan eiser.

"Kau sudah mengantuk?" Tanya Cale karena melihatku menguap. Padahal dulu aku sering begadang tapi disini aku terbiasa tidur lebih awal karena bosan. Jam-jam ini memang waktunya aku tidur.

"Berbaringlah" Aku menuruti perkataan Cale. Berbaring miring menghadapnya, Cale masih betah dengan posisi duduk menyandar.

Cale menaikkan selimut sampai batas dadaku, kemudian menepuk lenganku pelan dengan tempo lambat, entah dari mana dia belajar cara menidurkan orang seperti ini. Tapi harus kuakui bahwa cara ini cukup ampuh membuatku masuk kedalam mimpi.












*******

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang