15. Brother

9.3K 1K 25
                                    

Mansion valentine yang biasanya dipenuhi dengan suasana tenang dan damai, malam ini dipenuhi keributan dan kepanikan. Tuan muda ketiga saat ini tidak sadarkan diri, karena kecerobohan yang dilakukan oleh salah satu pelayan.

Duke dan para tuan muda yang biasanya terlihat dingin sekarang menampilkan ekspresi panik saat memindahkan mikhael yang bersimbah darah kekamar untuk mendapatkan perawatan.

Tidak lama setelah itu terlihat dokter Abel dan dokter thomas berlari menuju kamar yang ditempati mikhael.

Para pelayan sibuk berlalu lalang membawa peralatan medis dan obat yang dibutuhkan.

Dikamar terlihat mikhael yang terbaring lemah diranjang, dokter Abel dan thomas segera melakukan perawatan untuk menghentikan darah yang keluar dari luka mikhael.

Sedangkan Duke dan para tuan muda berdiri tidak jauh dari ranjang. Duke mulai menampilkan ekspresi seperti biasanya, Eiser pun tak juah beda. Tapi Cale dan Nora jelas tidak bisa menutupi ekspresi khawatir dan panik diwajah mereka.

Setelah hampir satu jam melakukan perawatan, akhirnya dokter Abel mendekati arthur "Bagaimana?" Tanya arthur segera.

"Seperti yang dikatakan oleh dokter thomas, penyakit yang diderita tuan muda adalah penyakit langka yang belum diketahui dan tentu belum ada obatnya. Penyakit ini berhubungan dengan pendarahan yang sukar berhenti, jadi yang bisa kita lakukan saat ini adalah mencegah tuan muda terluka yang menyebabkan pendarahan dan jika tuan muda kekurangan darah kita bisa mengganti dengan darah yang baru untuk menggantikannya. Saya akan segera melakukan penelitian untuk menemukan obat yang cocok pada penyakit tuan muda mikhael." Jelas Abel dengan tenang.

Arthur mengangguk faham dengan penjelasan Abel "Lalu kapan mikhael akan sadar?" Tanyanya lagi.

"Kita hanya bisa memantau keadaan tuan muda, saya tidak bisa memberikan kapan waktu pasti tuan muda sadar."

"Bagaimana jika mikhael tidak bangun?" Tanya Cale dengan suara serak.

"Kami sudah mengganti darah pada tubuh tuan muda, jadi tuan muda mikhael bisa sadar lagi, kita hanya perlu menunggu" Tenang Abel.

Setelah mendengar jawaban Abel, cale berjalan mendekati ranjang. Mikhael terlihat pucat, terdapat perban yang menutupi lukanya. Sedangakan tangan kanannya dialiri selang untuk tranfusi darah.

Cale duduk di tepi ranjang menggenggam tangan mikhael dengan hati-hati, ia takut gerakannya akan menimbulkan luka mikhael terbuka lagi. Ia sedih mendapati adiknya terbaring lemah seperti ini, padahal baru tadi pagi mikhael membuat keributan dan Jalan-jalan keluar bersamanya. Cale bahkan masih ingat wajah cemberut mikhael saat tidak diizinkan keluar dan wajah bahagianya saat memilih peralatan lukis.

Bagaimana bisa adiknya menjadi sakit seperti ini, kenapa harus adik kecilnya yang sakit. Rasa sesak yang mencekiknya dari tadi tidak bisa ia tahan lagi, menghasilkan air mata yang tanpa malu keluar secara beruntun.

Cale mengabaikan air mata yang berjatuhan dari matanya, fokusnya hanya tertuju pada mikhael.

Nora cukup terkejut melihat cale menangis, selama hampir 5 tahun berteman dengan cale, ia tidak pernah melihatnya menangis. Bahkan saat terluka pun cale tidak pernah mengeluarkan air mata. Nora tau jika cale perduli dengan mikhael walaupun dia bersikap dengan dingin pada adiknya itu, tapi ia tidak tau jika cale sangat menyayangi mikhael sampai seperti itu.

Eiser berjalan mendekati Cale, menepuk bahunya dengan pelan untuk menangkannya "Keluarlah, tenangkan dirimu dulu" Perintah Eiser.

Cale menghapus air matanya dengan kasar "Tidak, aku akan tetap disini" Tolak cale tegas.

"Mikhael akan sedih jika melihatmu seperti ini" Bujuk Eiser.

Cale hanya diam, enggan menanggapi perkataan kakaknya itu. Eiser memberikan kode kepada Nora untuk mendekat, Nora yang faham segera mendekati Cale. Menarik tangan Cale pelan dan menggiring cale keluar kamar, walaupun Cale enggan untuk meninggalkan mikhael, tapi ia tidak mau mikhael melihatnya seperti ini, ia akan menenangkan diri sebentar, kemudian menemani mikhael sampai ia sadar.

Sekarang hanya tersisa Arthur dan Eiser yang berada dikamar, tidak ada percakapan diantara keduanya. Arthur yang masih betah berdiri tak jauh dari ranjang dan Eiser yang sekarang menempati tempat cale duduk tadi. Fokus mereka tertuju pada mikhael yang tidak sadarkan diri.

Eiser memang sudah tau bahwa mikhael sedang sakit dan bahkan penyakitnya belum diketahui cara pengobatannya. Bahkan ia sendiri yang mendapatkan perintah dari ayahnya untuk meminta izin kepada raja untuk meminjam dokter kerajaan. Tapi ia tidak tau jika separah ini penyakit adiknya.

Melihat mikhael bersimbah darah seperti itu tentu bukan pemandangan menyenangkan baginya, walaupun mereka tidak dekat, mikhael masihlah adik kandungnya sendiri.

Cale yang selama ini menjauh dari keluarga saja, begitu perhatian kepada mikhael saat melihat anak itu sakit, bahkan menangis saat mikhael terbaring lemah seperti ini.

Eiser tau dengan pasti bahwa cale sebenarnya sangat menyayangi mikhael, tapi karena rasa bersalah yang membelenggu nya, ia melarikan diri dari mikhael bahkan darinya. Maka dari itu ia cukup senang melihat cale kembali seperti dirinya dulu.

Selama ini ia tidak bermaksud mengabaikan mikhael sama sekali, ia hanya tidak tau harus bagaimana memperlakukan adiknya itu karena memang seperti inilah sifatnya, walaupun begitu tetap saja perilakunya tidak dapat dibenarkan. Ayah dan cale yang memang lebih dekat dengan mikhael pergi darinya begitu saja, sedangkan ia hanya menonton mikhael kecil yang kesepian. Secara tidak langsung tentu ia ikut adil dalam memberi luka pada mikhael. Seharusnya sebagai kakak tertua ia bisa menemani mikhael agar anak itu tidak kesepian.

Namun masalalu tidak bisa dirubah, walau ia menyesalinya sekalipun. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah memperlakukan mikhael dengan lebih baik.

Mikhael juga terlihat cukup riang saat makan tadi, bahkan tersenyum kepadanya. Tidak seperti mikhael sebelumnya yang terlihat murung, mungkin dekat dengan cale mengembalikan anak itu ke sifat kecilnya dulu. Ia cukup bersyukur atas hal itu.

Arthur keluar dari kamar tanpa kata apapun, meninggalkan Eiser yang masih betah duduk diranjang.

Tidak berselang lama cale masuk tanpa adanya nora, dengan langkah pasti ia mendekati ranjang dan duduk dikasur.
Dilihat dari raut wajahnya, anak itu sudah lebih tenang daripada sebelumnya.

"Eiser, kau tau tadi pagi ayah dan mikhael bertengkar" Ujar cale tiba-tiba. Eiser hanya mendengarkan apa yang diucapkan oleh adiknya itu.

"Mikhael bilang kepada ayah, kenapa baru perduli sekarang kepadanya, dia bahkan berkata mau sakit atau mati sekalipun itu bukan urusan ayah. Bukankah adik kita sangat berani berkata seperti itu kepada ayah?" Lanjut cale dengan nada bercanda diakhir.

Eiser masih mendengarkan dengan tenang, sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah lagi mendengarkan Cale yang bercerita seperti ini sejak menjauhinya.

"Saat Mikhael bilang begitu, aku sadar jika itu juga berlaku untukku. Aku juga mengabaikannya selama ini. Aku sibuk melarikan diri, tanpa sadar hal itu malah melukai Mikhael. Aku bahkan tidak pernah meminta maaf kepadanya, tapi berlagak sebagai kakak yang baik. Bukankah memalukan?" Ucap Cale dengan nada getir.

"Jadi kau baik baik saja sekarang?" Tanya Eiser. Ia tidak tau seberapa dalam rasa bersalah Cale, walaupun ia dan Arthur mengatakan dengan jelas bahwa hal tersebut bukan salah Cale, tapi ia tidak bisa berbuat apapun saat Cale memutuskan menjauh dari keluarganya untuk melindungi dirinya dari rasa bersalah tersebut. Eiser hanya bisa menunggu kapan Cale akan berdamai dengan rasa bersalah dari masa lalu itu. Walaupun keputusannya itu malah berdampak buruk untuk Mikhael.

"Tentu, aku tidak akan melarikan diri lagi" Jawab Cale lugas.

"Itu keputusan yang bijak" Komentar Eiser.






















*******
Jangan lupa vote dan komennya ya!!

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang