22. Drama part 2

7.9K 1.1K 38
                                    

Hampir 15 menit waktu yang dihabiskan untuk memasang lukisan, termasuk dengan figura. Dan selama itu cale menggendong ku sambil berdiri untuk menunggu, apa anak ini tidak kesemutan. Kenapa juga kita harus menunggu hingga pemasangannya selasai, kita bahkan bisa melihatnya nanti saat sudah terpasang. Tapi kembali ke pembicaraan sebelumnya bahwa cale adalah manusia yang keras kepala, anak itu kekeh untuk melihat sampai lukisannya terpasang saat aku mengajaknya untuk kembali ke taman.

Setelah terpasang cale memandang puas, bahkan bibirnya memunculkan senyum tipis.

"Baguskan?" Tanya Cale bangga setelah mengamati lukisan yang terpasang. Aku hanya berdehem sebagai jawaban untuknya

"Kakak, aku tidak berat?" Tanyaku tak nyambung. Aku hanya kasihan jika anak ini terlalu memaksakan dirinya untuk menggendongku.

"Tidak, kau ringan sekali. Sepertinya makanmu harus ditambah" Jawab cale sambil mengelus lengan atasku.

"Aku sudah makan banyak" Balas ku tak mau kalah.

"Tapi kau makin kurus mikhael" Ujar cale, tangannya sekarang berpindah ke punggungku, sedangkan tangan yang satunya masih setia menopang berat badanku. Aku juga mengalungkan salah satu tanganku ke lehernya, aku tidak mau mengambil resiko terjatuh dan melukai tubuh rapuh mikhael, oke.

"Tidak, aku tinggi makanya terlihat kurus" Bantahku.

Cale memandangku dengan tatapan mengamati yang menyebalkan "kau pendek, sebahuku saja tidak sampai" Ujarnya menghinaku.

"Tentu saja aku pendek jika dibandingkan dengan kakak, aku cukup tinggi untuk anak seusia ku" Jawabku malas.

"Darimana kau tau? Kau saja tidak punya teman bermain seusiamu" Balas cale polos. wah berani sekali dia menghinaku tidak punya teman, memang siapa yang membuat mikhael menjadi pemurung seperti itu sampai ia tidak punya teman sama sekali. Dan sekarang untuk apa aku berteman dengan anak kecil berusia 10 tahun, yang ada aku hanya akan menjadi pengasuh bagi mereka.

"Tuan muda" Tegur seth pada cale. Sepertinya para Pelayan mendengar pembicaraan ku dengan Cale.

Cale dengan polosnya memandang penuh tanya pada seth, kemudian seth mencoba menjelaskan lewat isyarat.

"Apa? Bicara dengan jelas" Ujar Cale jengkel karena tidak paham dengan penjelasan yang diberikan oleh seth.

Seth mendekat kearah Cale, menjelaskan lewat bisikan dengan suara pelan, walaupun percuma karena aku mendengarnya dengan jelas, yah jaraknya terlalu dekat untuk aku tidak bisa mendengarnya.

Setelah paham wajah Cale sedikit kaget "maaf mikhael, maksudku bukan seperti itu" Katanya meminta maaf dengan cepat.

"Tidak perlu, aku memang tidak punya teman" Jawabku acuh. Sesekali anak ini harus diberi pelajaran, enak saja menghinaku tidak punya teman, dulu aku punya banyak teman tau.

"Maafkan aku" Katanya lagi, kepalanya diusapkan ke kepalaku dan pelukannya semakin erat. Aku masih enggan menatapnya, memilih memalingkan wajah kearah lain.

Pada saat yang bersamaan aku melihat Eiser beserta para pengikutnya yang berjalan menuju kesini, karena tempat ini memang lorong utama yang menjadi penghubung di setiap ruangan. Jadi tidak heran melihatnya seperti ini.

"Kakak" Panggil ku pada Eiser dengan suara yang lumayan keras, tidak lupa aku melambaikan tanganku padanya. Cale segera menghentikan aksinya padaku dan ikut menatap kearah datangnya Eiser.

Jangan harapkan aku mendapat senyuman sebagai balasan, ia masih berjalan dengan santai dan tidak ada perubahan ekspresi apapun diwajahnya. Dasar muka tembok.

Setelah sampai di hadapan kami, tanpa basa basi aku merentangkan tanganku kearahnya, meminta untuk digendong. Aku harus melarikan diri dari cale untuk sekarang, dan dengan adanya Eiser, mungkin saja cale melepaskanku.

Eiser tidak menyambut rentangan tanganku, ia hanya menatapku dengan ekspresi kalemnya.

"Tidak mikhael, Eiser tidak bisa menggendong, kau bisa jatuh nanti" Kata cale mencegah aksiku. Aku baru sadar jika Cale tidak memanggil Eiser dengan sebutan kakak, yah lagipula mereka hanya beda 2 tahun.

Apakah aku akan menyerah? Tentu saja tidak "Kakak" Kataku dengan suara memelas, tanganku masih betah merentang kearah Eiser, dan kubuat wajah cemberut agar terlihat lucu, aku tau ini memang menggelikan, tapi biarlah. Hanya sekali saja aku begini.

Cale meraih kedua tanganku, kemudian menggenggamnya dalam satu tangan, benar hanya dengan satu tangan, entah tangan mikhael yang memang kecil atau tangan cale yang terlalu besar.

"Tidak mikhael, bersamaku saja. Maafkan aku, aku tidak akan berbicara seperti itu lagi" Bujuk cale padaku.

Aku memilih tidak menanggapi, mataku masih betah memandang Eiser, memberikan isyarat memohon agar ia mau menggendong ku.

Akhirnya Eiser mendekat kearahku "bagaimana caranya?" Tanyanya pada Cale.

"Tidak perlu, mikhael akan bersamaku" Balas cale ketus.

"Dia ingin bersamaku, benar mikhael?" Balas Eiser kalem.

Aku mengangguk dengan cepat, cale menghela nafas lelah, dengan enggan ia menyerahkan ku pada Eiser, tentu dengan membantu memposisikan tangan Eiser agar aku nyaman dan aman di gendongannya.

Dengan senang hati aku mengalungkan tanganku pada Eiser, tubuhnya masih kaku, bisa kukatakan bahwa gendongannya lebih buruk daripada cale. Lagipula dia tidak punya pengalaman sebelumnya, jadi Eiser mau menggendong ku saja itu sudah bagus.

"Kau mau memaafkan kakak kan?" Tanya cale tidak menyerah. Aku memalingkan wajahku, menyenderkan kepalaku pada bahu lebar Eiser.

Tangan cale menggenggam tanganku, masih belum menyerah untuk meminta maaf. Apa aku terlalu berlebihan mengerjainya.

"Kembalilah Cale" Ujar Eiser menengahi.

"Kau tadi sudah mengizinkan" Balas Cale cepat.

"Aku hanya memberi izin 2 jam"

Tidak ada balasan dari Cale. Seingatku Cale sudah menghabiskan waktu lebih dari 2 jam bersamaku. Jadi anak itu sedang membolos sekarang.

"Cale" Panggil Eiser dengan nada tak ingin dibantah.

"Iya aku kembali" Ujar cale pasrah, memang apa yang bisa ia lakukan, atasannya sendiri yang memberi perintah tentu ia harus melaksankannya kalau tidak ingin dipecat, walaupun itu hal yang tidak mungkin.

Cale memutar tubuhnya untuk berhadapan denganku "Maafkan aku, nanti malam mau makan bersama?" Tanya cale dengan lembut.

Karena aku kasihan melihat wajahnya yang terlihat menyedihkan itu, aku akhirnya menganggukkan kepala. Cale langsung ternyum lega melihat respon ku. Setelah itu cale segera pergi ketempat pelatihan.

"Itu lukisanmu?" Tanya Eiser tiba-tiba, ia sedang menatap lukisan wajah Cale yang kubuat.

"Iya, bagus tidak?" Tanyaku meminta pendapat.

"Hemm" Jawab Eiser, kakinya segera melangkah melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda karena drama ku dengan Cale tadi.

Sebenarnya bagaimana caraku mengartikan jawabannya itu, bagus atau tidak, kenapa ia menjawab ambigu seperti itu.

"Kapan giliranku?" Tanya Eiser.

Aku cukup terkejut ia bertanya seperti itu, apa ia masih ingat bahwa aku akan melukisnya juga "Kapan kakak tidak sibuk?" Tanyaku balik.

"Tidak tau" Jawabnya santai. Kalau kau tidak tau apalagi denganku.

"Kenapa kau marah pada Cale?" Tanya Eiser lagi, walaupun ia masih sangat menguras kesabaranku tapi setidaknya ia sudah punya inisiatif bertanya sekarang.

"Kata kak Cale aku tidak punya teman" Jawabku mengadu.

"Bukankah itu benar" Jawabnya tanpa dosa, wah memang 2 saudara itu sangat sehati. Bagaimana bisa mereka terang-terangan menghina mikhael seperti ini, jika mikhael mendengarnya bagaimana perasaan anak itu. Tidak bisakah mereka menjaga perasaan anak kecil, untung saja aku yang mendengarnya. Dasar kakak brengsek.











******
Karena hari ini aku lagi mood nulis, jadi ku kasih double. Selamat membaca!!jangan lupa vote dan komennya.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang