Taman Valentine memang menjadi salah satu hal yang dapat mengusir kebosanan. Apalagi saat udara sejuk dan semilir angin yang membuai. Aku duduk di rerumputan dan menyenderkan badan pada pohon besar favoritku, yah pohon besar yang sampai sekarang belum ku ketahui namanya ini sudah aku tandai sebagai salah satu sport favorit di mansion Valentine.
Sudah satu minggu aku menjalani misi pertama ini, dan sampai sekarang belum ada kemajuan sama sekali. Setelah makan malam menyebalkan dengan arthur, aku belum pernah bertemu lagi dengannya. Menurut Eros, pagi hari setelah makan malam bersama itu, Arthur pergi ke kerajaan untuk rapat rutin tahunan dan baru kembali tadi pagi. Sedangkan kedua kakak Mikhael belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Entah mereka lupa jalan pulang atau benar-benar sibuk seperti yang mereka katakan.
Aku juga sudah diperiksa oleh dokter kediaman atas paksaan Eros. Menurut Tn. Thomas aku hanya kelelahan dan membutuhkan lebih banyak istirahat. Thomas juga memberikan berbagai ramuan vitamin untuk memperkuat tubuhku. Dan tentu saja rasa ramuan buatan Thomas tidak enak sama sekali, aku sungguh enggan untuk meminumnya. Entah bahan macam apa yang dicampurkan untuk membuat ramuan itu.
Aku memang tidak merasakan sakit di tubuhku, tapi aku diberikan indra pengecap yang normal. Jadi sungguh aku ingin sekali membuang botol-botol ramuan obat yang tertata rapi di kamar. Apalagi saat aku minum obat, Eros akan mengawasiku dan memastikan aku menelannya. Karena ia pernah memergoki ku memuntahkan ramuan yang aku minum sebelumnya.
Aku mulai memejamkan mataku, menikmati semilir angin yang menerbangkan anak-anak rambut. Aku mencoba mempertahankan kesadaran, malas mengotori baju putih yang ku kenakan saat ini. Mungkin jika Eros disini ia akan segera memangil namaku agar aku tetap terjaga. Eros mulai memahami pola mimisan ku ini, ia mengetahui aku akan mimisan setelah bangun tidur.
Saat ini aku menyuruh Eros untuk mengambil beberapa cemilan manis dan buah kedapur, entah kenapa ia belum kembali sampai sekarang.
Tanpa sadar aku terlelap sebentar, gagal mempertahankan kesadaran karena sejuknya semilir angin disini.
Dan sialnya aku tidak menemukan sapu tangan yang selalu Eros selipkan disaku celanaku, entah kemana perginya.
Dengan berat hati aku memakai lengan baju untuk menutupi hidungku. Aku kasian dengan para pelayan yang bertugas mencuci pakaian, karena rata-rata semua bajuku pasti kotor akan darah.
Rumor bahwa aku sakit mulai menyebar dikalangan para pelayan, beberapa dari mereka memandang kasian terang-terangan terhadapku, walaupun aku hanya mengabaikannya.
Aku mengganti dengan lengan bajuku sebelah kiri, karena mimisan ku belum berhenti dan lengan baju sebelah kanan sudah penuh akan darah.
Aku mendengar langkah kaki yang lumayan cepat, akhirnya Eros datang juga. Kenapa membutuhkan waktu lama baginya mengambil cemilan, walaupun aku mamakhlumi karena jarak taman dan dapur pulayan jauh.
Sepasang kaki berhenti tepat didepanku, aku mendongak untuk melihat orang yang berdiri menjulang didepanku ini. Karena jelas sepasang kaki tersebut bukan milik Eros, aku hafal sepatu yang biasa Eros gunakan.
Seorang remaja yang mirip dengan Mikhael menatap tajam kearahku. Ia menarik lengan baju yang aku gunakan untuk menutupi hidungku kemudian mendongakkan daguku menggunakan tangan kirinya sedangan tangan kanannya menutup hidungku dengan sapu tangan miliknya.
Aku memilih menyenderkan badan ku kembali dipohon sambil membalas tatapan tajamnya itu.
Dia adalah kakak kedua mikhael, Cale de Valentine. Ia memiliki rambut dan warna mata yang sama seperti Mikhael, karena semua anak dari Arthur mempunyai rambut dan bola mata yang menurun darinya. Tidak ada yang memiliki rambut coklat madu dan mata zamrud seperti mendiang duchess. Mungkin hanya wajah Mikhael yang mendapatkan kemiripan dengan duchess.
Sedangkan Cale hampir menjiplak wajah arthur. Mungkin yang sangat membedakan adalah cale memanjangkan rambutnya sampai bahu dan tinggi badannya yang belum setinggi arthur. Tentu karena cale masih berusia 16 tahun, ia masih dalam masa pertumbuhannnya.
Dibelakang cale muncul 3 orang. Orang yang berbadan kekar dan memiliki rambut berwarna hijau adalah pengawal pribadi Cale. Kemudian remaja dengan rambut warna pirang dengan pakaian khas bangsawan adalah Nora Grazee, salah satu teman Cale dan pria yang dibelakangnya mungkin adalah pengawal pribadinya dilihat dari seragam yang pria itu kenakan.
Nora mendekatiku dan mendudukkan dirinya disampingku. Ia mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan darah yang ada dipipiku. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran kepadaku.
"Kau pusing?" Tanya Nora
"Sedikit" Jawabku tidak terlalu jelas karena mulutnya yang tertutupi sapu tangan cale.
Aku menutup mataku, enggan menatap cale yang masih menatap tajam kearahku. Entah apa yang bocah itu pikirkan.
"Jangan tutup matamu" Aku reflek membuka mata, kenapa harus berteriak sekencang itu. Telingaku masih berfungsi dengan baik dan jarak kita juga dekat. Tanpa ia berteriak, aku masih bisa mendengarnya.
"Jangan berteriak kepadanya Cale" Ucap Nora memperingatkan.
Enggan menatap wajah marah Cale aku lebih memilih menatap wajah Nora. Nora sudah tidak membersihkan pipiku lagi. Tangan kirinya menyelip dibelakang kepalaku, mungkin agar aku tidak menyender ke pohon yang keras. Sedangkan tangan satunya memijit pangkal hidungku.
"Lepaskan tanganmu, jangan mendongakkan nya" Cale menurut, melepaskan tangan kirinya yang berada pada daguku.
Ia meminta sapu tangan pada pengawalnya kemudian berjongkok didepanku dan menutup hidungku lagi dengan sapu tangan yang baru.
Cale sempat melirik kedua lengan bajuku yang penuh darah, kemudian kembali menatap wajahku.
"Tuan muda" Eros datang sambil berlari kearahku. Meletakkan nampan yang penuh cemilan di rerumputan.
"Kenapa kau membiarkan anak ini sendirian?" Tanya cale dengan nada tinggi, sungguh tempramen nya buruk sekali.
"Maaf tuan muda Cale, saya dari dapur menyiapkan cemilan untuk tuan muda Mikhael" Jawab eros sambil menundukkan kepalanya.
Tentu saja jawaban Eros tidak memuaskan cale sama sekali terlihat dari wajahnya yang masih marah.
Aku merasa bahwa darah sudah berhenti mengalir dari hidungku "Sudah" Ucapku pelan sambil menatap Cale.
Cale yang mengerti menjauhkan tangannya dari hidungku. Setelah itu Nora membersihkan sisa-sisa darah yang berada pada hidungku.
"Seth, bawa Kael ke kamarnya. Panggil pelayan untuk membantunya istirahat" Pengawal pribadi cale segera mendekat kearahku, membantuku berdiri dan memapahku untuk kembali ke kamarnya.
"Gendong dia" Perintah Cale
"Aku masih sanggup berjalan" Protes ku malas.
"Jangan membantah ku" Sungguh aku malas sekali berurusan dengan orang seperti cale yang mempunyai emosi meledak-ledak, kalau saja ia bukan kakak kedua Mikhael. Aku malas berurusan dengannya lagi.
Dengan pasrah aku membiarkan tubuhku digendong oleh Seth dipunggung. Meninggalkan Eros yang dicerca pertanyaan oleh Cale. Entah apa yang ingin diketahui bocah pemarah itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days
FantasiaSetelah menjalani kehidupan selama 27 tahun, Luke tidak punya penyesalan apapun dalam hidupnya. Ketika mengalami kecelakaan dan nyawanya terenggut dia pasrah. Saat ia fikir dirinya akan berakhir di antara surga atau neraka, ia dipilih oleh dewa menj...