.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.🌻🌻🌻
Astaghfirullah aladzim,
Itulah diri ku sebelum hidayah itu datang. Bangga dengan maksiat dan bangga memamerkannya kepada orang lain.
Setelah hidayah itu datang menyapa, aku tersadar bahwa selama ini yang ku lakukan adalah sebuah kelalaian yang sangat besar pertanggung jawabannya kelak.
Walau selama menjalin hubungan dengan seorang yang disebut 'pacar' tak sekalipun pernah melewati batasan yaitu hanya sampai berpelukan saja namun setelah hidayah itu datang dan jalan hijrah mulai ku tapaki semua terasa sangat berat dan bahkan aku merasa diri ini terasa penuh dengan dosa.
Aku menangisi semua perbuatan ku selama itu, bertobat lalu mencoba bangkit kembali untuk menata hidup yang lebih baik di jalan hijrah ku namun semua tak berjalan seperti yang ku harapkan.
Jalan hijrah memang ku tapaki namun niat awal ku untuk hijrah terkikis oleh niat yang lain, aku memang tak pernah lagi menjalin hubungan yang bernama 'pacaran' itu lagi tapi aku mulai menyukai seseorang yang aku anggap ilmu agamanya melebihi diri ku sendiri.
Aku mulai menjalin hubungan dengannya dengan dasar komitmen namun tanpa pacaran.
Aneh bukan? Tentu saja.
Apa yang membedakan komitmen dengan pacaran?
Itu tipu daya syaitan, tidak mengatasnamakan pacaran namun syaitan membalutnya dengan nama komitmen.
Semuanya sama yaitu hal yang melalaikan dan berujung pada maksiat kepada Allah.
Namun tak ada yang bisa ku perbuat, walau sudah belajar menuntut ilmu tapi godaan perasaan dan hawa nafsu tidak bisa ku kendalikan dengan baik.
Aku kembali terjatuh pada jerat syaitan yang terlihat indah dimata dan tanpa ku sadari aku mulai menganguminya dan menyukai segala hal yang berkaitan dengannya.
Aku mengaguminya dan bahkan sering meminta kepada Sang Pencipta untuk menjodohkan ku dengannya kelak. Aku bahkan sering mencari tahu tentangnya dari teman-teman ku yang lain.
Rasa kagum pada dirinya semakin lama semakin tumbuh tak terbendung hingga membuat ku jatuh hati padanya. Jatuh hati hingga membuat ku lupa bahwa yang aku lakukan adalah suatu kesalahan yang akan ku sesali kelak.
"Assalamualaikum, maaf menganggu" ucap seorang yang sering ku perhatikan secara diam-diam
"Waalaikumussalam, iya ada apa?" jawab ku mencoba setenang mungkin
"Sebelumnya maaf saya lancang ngajak bicara, boleh saya minta nomor teleponnya agar bisa saya masukkan kedalam grup kelompok" jelasnya sambil melirik teman-temannya yang tak jauh dari posisi ku saat ini
"Iya boleh" jawab singkat
"Ini, silahkan masukkan nomornya" ucapnya lagi sambil menjulurkan hp miliknya
Aku lalu mengetik nomor ku dan segera mengembalikan hp miliknya.
"Terima kasih, assalamualaikum" ucapnya setelah menerima hpnya kembali lalu berlalu menuju tempat teman-temannya berada
"Waalaikumusalam warahmatullah..." jawab ku pelan
"Wahhh, wahhh ada yang lagi pdkt-an nih" ucap salah satu temannya yang kemudian mengalihkan atensi ku
"Udah dapat nomornya nih, tinggal dapetin hatinya aja terus dihalalin" sahut temannya yang lain
"Cinta tak selamanya indah dek" sahut temannya lagi dan kemudian mereka saling melempar tawa
"Gue dukung sampai pelaminan bro, bisa yok bisa... Hahahaha...." sahut temannya lagi
"Gas terus sampai halal jangan sampai ada yang nikung" timpal temannya yang lain lalu tertawa terbahak-bahak
Obrolan mereka membuat ku senyum-senyum tak jelas, aku malu-malu mendengarnya namun di satu sisi aku mengaminkan ucapan mereka agar aku bisa bersamanya kelak.
🌻🌻🌻
Alhamdulillah,
Chapter 2 udah publish.Jazakumullahu khayran...
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa Nayyara [End]
SpiritualSetiap insan manusia punya skenario hidup masing-masing, namun setiap skenario tak selalu berakhir sesuai dengan keinginan dari insan manusia tersebut. Lalu bagaimana dengan skenario kali ini? Akankah berakhir sesuai dengan keinginan insan tersebut...