Chapter 16

1 1 0
                                    

.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.

🌻🌻🌻

Saat ini aku tidur dengan menjadikan paha Mas Abi sebagai bantal, aku suka melihat wajah Mas Abi yang nampak serius bekerja terlebih jika dilihat dari bawah itu menambah kadar ketampanan suami ku di mata ku sendiri.

“Sayang” panggil Mas Abi lembut

“Iya” jawab ku

“Mas tahu kalau Mas itu tampan tapi kalau kamu lihatinnya seperti itu Mas jadi ngga bisa fokus kerja” ucapnya sambil menatap ku

“Aya cuma lagi mengangumi keindahan salah satu ciptaan Allah kok Mas masa dilarang sih” sahut ku sambil tersenyum manis

Cup

“Mas Abi...” pekik ku karena tiba-tiba Mas Abi mencium ku

“buat tambah energi sayang hehehe...” sahut Mas Abi sambil tersenyum tanpa dosa

“Aya ngambek lagi nih” ucap ku

“Memang ngambek tadi udah reda yah Ay?” tanya Mas Abi jahil

“Belum, ngambeknya double” ketua ku
“Hahahaha...” tawa Mas Abi

“Astagfirullah Ay, kamu bisa aja bikin Mas ketawa sampai berkaca-kaca nih” ucap Mas Abi

“Mas bersyukur kepada Allah karena diizinkan dan ditakdirkan menjadi suami kamu Ay, Mas juga berterima kasih karena selama ini kamu selalu ada buat Mas dan anak-anak kita” lanjut Mas Abi

“Mas Abi kok jadi meloy gini sih? Aya jadi pengen nangis huh” sahut ku

“Jangan nangis yah, sekarang kita istirahat aja karena larut malam” ucap Mas Abi sambil meletakkan laptopnya ke meja

“Emang kerja Mas udah selesai?” tanya ku memastikan

“Belum selesai tapi bisa Mas kerjakan besok saja lagi, Mas ngga bisa fokus kerja kalau ada kamu Ay, rasanya Mas pengen langsung tidur aja sambil meluk kamu” jawab Mas Abi

“Maaf” cicit ku pelan karena merasa tak enak menganggu pekerjaan Mas Abi

“Sayang, kamu ngga salah apa-apa, sekarang memang sudah larut dan waktunya kita istirahat, Fahimtum Zaujati?” ucap Mas Abi

“Fahimna Zauji” jawab ku dengan menampilkan senyum termanis untuk suami ku

Kehidupan pernikahan ku dengan Mas Abi sudah berjalan hampir 7 tahun dan selama itu pula atas izin Allah, Mas Abi selalu memuliakan dan membimbing ku dengan baik bahkan bukan hanya aku namun Mas Abi juga menjadi sosok Abba yang sangat mencintai anak-anaknya.

Aku teringat saat awal-awal kehamilan pertama ku, Mas Abi menjadi seorang suami yang sangat sigap dan telaten mengurus semua keperluan ku bahkan sampai pada hari kelahiran putra pertama kami Mas Abi tak pernah jauh dari ku.

Namun setelah kelahiran putra pertama kami, terjadi peristiwa yang cukup mengherankan sekaligus lucu. Waktu itu Mas Abi sempat gambek layaknya anak kecil hanya karena persoalan panggilan apa yang akan digunakan oleh putra pertama kami nantinya.

Waktu itu Mas Abi tak ingin dipanggil dengan sebutan Ayah atau Bapak karena katanya kurang srek dan Mas Abi katanya masih muda untuk dipanggil bapak. Aneh bukan suami ku ini hehehe...

Aku juga sempat menyarankan agar anak kami nantinya memanggil ku dengan sebutan Umi dan Abi untuk Mas Abi tapi lagi-lagi Mas Abi menolak dengan tegas karena katanya kalau panggilnya pakai Abi itu sama saja dengan menyebut nama Mas Abi langsung dan terdengar kurang sopan bagi Mas Abi.

Namun setelah itu Mas Abi menyarankan agar anak-anak kami nantinya memanggil dengan sebutan Umma dan Abba saja katanya dan tentu saja karena tak aku yang tak mau berpikir lagi langsung menyetujui saran Mas Abi hehehe...

“Oke jadi sepakat yah Ay, anak-anak kita nanti panggilnya Umma sama Abba deal” ucap Mas Abi yang masih terekam jelas dalam ingatan ku.

Aku bersyukur bisa merasakan kenikmatan seperti sekarang ini, dikaruniai suami dan anak-anak yang sholeh dan sholehah insyaa Allah.

🌻🌻🌻

Alhamdulillah, bisa up chapter baru 😊

Jazakumullahu khayran...

Metamorfosa Nayyara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang