Chapter 14

1 1 0
                                    

.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.

🌻🌻🌻

Aku masih pusing dengan pemikiran untuk kabur saja dari pernikahan ku yang mendadak itu, aku kira setelah menerima lamaran kak Haidar aku akan menjalani proses ta’aruf beberapa bulan sebelum betul-betul melakukan akad tapi semuanya hanya khayalan ku semata.

Saat aku sedang sibuk dengan pikiran yang aneh, orang-orang di ruang tamu sedang bersiap untuk melangsungkan akad.

Sah,

Sah,

Alhamdulillah...

Apalagi ini?

Sah?

Aku tak mendengarkan akad ijab qobul pernikahan ku sendiri karena terlalu sibuk dengan pemikiran untuk melarikan diri.

Apakah ini ujian baru untuk ku

Astagfirullah, pemikiran apalagi itu?
Harusnya aku bersyukur karena Allah datang seseorang yang betul-betul serius mengajak ku menjalankan ibadah terpanjang bersamanya.

Ia dengan sungguh-sungguh datang menemui ku dengan harapan yang pasti, bukan harapan semu yang dihiasi dengan indah oleh syaitan.

Tok..., Tok..., Tok...

“Boleh saya masuk Nayyara?” tanya kak Haidar di balik pintu

“Silahkan kak” jawab ku pelan sambil menunjuk melihat ujung gamis yang ku kenakan

Sekarang aku malu berada dalam satu ruangan dengan laki-laki yang halal untuk ku, lalu apa kabar aku yang dulu?

Sungguh nikmat hidayah itu sangat manis dan nikmat terasa.

“Aya...” panggil kak Haidar
Sekarang aku malu dan tak mampu menatap laki-laki yang bergelar suami di depan ku

Kak Haidar lalu mengulurkan tangannya untuk ku salami, agak lama hingga aku memberanikan diri untuk menyambut uluran tangannya.

Setelah menyalaminya, kak Haidar lalu meletakkan salah satu tangannya di pucuk kepala ku dan tangan yang satunya terangkat sambil membaca doa pernikahan.

Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya.”

Aku pun ikut mengangkat kedua tangan ku dan mengaminkan doa yang dibaca oleh kak Haidar.

“Aya, kita shalat sunnah dulu baru keluar bisa?” tanya kak Haidar lembut

“Bisa kak” jawab ku pelan dengan kepala yang masih setia memandangi langit.

Setelah melaksanakan shalat sunnah, aku dan kak Haidar berjalan keluar kamar sambil bergandengan tangan. Sebenarnya aku sangat malu bergandengan tangan seperti itu tapi itu kemauan kak Haidar dan aku tak mungkin tega untuk menolaknya.

Resepsi pernikahan ku dan kak Haidar diadakan seadanya karena hanya dihadiri oleh orang-orang disekitar rumah ku dan beberapa keluarga dari kak Haidar. Aku juga baru sepenuhnya sadar bahwa sejak tadi pagi tetangga ku sibuk membantu persiapan pernikahan ku yang mendadak ini huft...

Setelah resepsi keluarga kak Haidar langsung kembali ke kota kecuali kak Haidar yang masih setia berada di rumah ku.

🌻🌻🌻

Alhamdulillah, akhirnya author bisa up chapter baru lagi dan maaf chapternya kurang panjang✌🏻
.
.
.
Jazakumullahu khayran...

Metamorfosa Nayyara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang