Chapter 5

3 1 0
                                    

.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.

🌻🌻🌻

Aku terus berharap kepada seseorang tersebut, namun harapan tak selalu menjadi kenyataan terlebih harapan kepada manusia. Manusia hanyalah makhluk ciptaan yang bisa berubah kapan saja tanpa ada yang tahu kecuali Pencipta-Nya.

Aku kembali menangisi sesuatu yang seharusnya tidak perlu untuk ku tangisi lagi, entah sudah berapa kali aku menangis hanya karena urusan dunia. Namun apa yang bisa ku perbuat?, aku hanya seorang wanita lebih lebih sering mengedepankan perasaan dibanding logika.

Aku hanya seorang yang masih dalam tahap belajar memperbaiki diri namun sering terjatuh pada hal-hal dunia yang membuat ku lalai.

"Yaa Rabb, mengapa sesakit ini?"

"Harapan yang ku bangun dan ku dambakan selama ini ternyata harus berakhir seperti ini"

"Haruskah sesakit dan sesesak ini?"

Ucapku dalam sujud panjang di tengah malam yang sepi mencoba mencari pembenaran namun tak ada satupun yang mampu membuat rasa sakit dan sesak itu hilang.

Ditengah gelapnya malam tanpa pencahayaan, aku menangis sambil menggigit bibir bawah ku agar suara isak tangis ku tak terdengar oleh orang lain.

"Apakah aku bisa ikhlas dengan semua ini yaa Rabb?"

"Mengapa ini sangat terasa menyakitkan?"

"Ikhlas melepaskannya mengapa begitu sulit terasa?"

"Aku tak sanggup yaa Rabb hiksss...."

"Aku tak sanggup dengan semua ini lagi"

"Mengapa jalan yang ku tapaki ini begitu menyakitkan untuk ku?"

"Aku tak sanggup lagi yaa Rabb, aku tak sanggup hiksss..."

Aku menangis hingga air mata ku tak mau keluar lagi, rasanya air mata ku sudah habis hanya karena menangisinya. Lelah menangisinya, aku kemudian tertidur di atas sejadah yang ku hamparkan di atas lantai yang dingin malam itu.

Ikhlas,

Satu kata yang mudah untuk diucapkan namun terasa sangat sulit untuk dilakukan. Aku sendiri bahkan belum mampu mengamalkan kata ikhlas itu dengan baik, apakah karena aku terlalu mencintai dunia dan isinya sampai lupa pada Pencipta-Nya.

Hati itu berbolak balik tanpa bisa disadari.

Aku yang masih sering terombang- ambing oleh dunia, tergerus oleh pergaulan dan dibutakan oleh hawa nafsu semakin hari terpuruk oleh keadaan dan tak mampu untuk bangkit kembali.

Kata seseorang diluar sana bahwa, Hijrah itu mudah namun Istiqomah itulah yang sulit. Tidak salah, namun rasanya masih kurang tepat untuk ku. Bukan hanya Istiqomah yang sulit namun bagi ku Niat Hijrah itu juga yang sulit untuk tetap bisa ku jaga dalam keistiqomahan.

Kecewa, itulah yang kurasakan waktu itu. Tak mau berdamai dengan kenyataan membuat ku terpuruk hingga aku tak bisa melihat sekeliling ku.

Bodoh bukan?

Yah, aku yang membuat diri ku sendiri kecewa karena terlalu berharap pada manusia namun aku sendiri yang tak mau berdamai dengan kenyataan.

Sekali lagi, aku terlalu takut untuk berdamai dengan kenyataan, aku akui aku memang egois jika berkaitan dengan masalah perasaan sehingga membuat ku terpuruk sampai seperti ini.

Aku selalu mendoakannya, meminta dijodohkan dengannya dan aku bahkan sudah sangat jatuh hati dengannya. Dengan semua perasaan yang kurasakan ini tentu membuat ku tak rela untuk melepaskan atau mengikhlaskannya.

Aku seperti orang yang tak lagi waras hanya karena terlalu berharap dan mendambakan seseorang yang belum tentu akan berjodoh dengan ku kelak.
Aku sungguh diperbudak oleh hawa nafsu waktu itu.

Nauzubillah...

🌻🌻🌻

Alhamdulillah, author udah up lagi nih hehehe
.
.
.

Jazakumullahu khayran...

Metamorfosa Nayyara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang