Sejak diberi pencerahan oleh Boss dan Jeff, Meen lebih sering berpikir akan bagaimana perasaan sebenarnya pada Perth. Kedua matanya bahkan terus mencuri tatap pada Perth. Ia masih tidak menyangka jika rasa yang ia alami bersama Perth lebih dari sekedar teman. Dan lebih tidak habis pikir, Perth pria sama seperti dirinya.
Menggeleng kencang kepalanya tanda tidak mungkin, tubuh Meen yang tadinya duduk diatas ranjang miliknya beranjak untuk duduk diatas ranjang Perth.
Perth yang tengah serius dengan tugas hanya menoleh kilas karena pergerakan Meen. Setelahnya, ia kembali berkutat dengan kegiatannya dimeja belajar.
Lalu Meen, kembali dengan kegiatannya juga. Menatap Perth dengan seriusnya hingga dua alisnya hampir menyatu. 'Masa sih? Ngga mungkin! Apa iya? Sukaku sebatas teman. Benar, lebih dari itu kurasa tidak mungkin. Tapi aku tidak suka Dew mendekatinya. Akhh...sat, bisa gila jika begini terus', itulah yang ada diotak Meen sadri tadi.
Meen usak kasar rambutnya tanda pusing sendiri, membuat Perth kambali menoleh dan melihat raut frustasi Meen dengan rambut yang berantakan.
Menarik senyum kecil, Perth beranjak mendekati Meen. "Phi kenapa? Ada masalah dengan Narin?",
Menghela nafas panjang, Meen menarik satu tangan Perth untuk duduk didepannya. "Boleh aku tanya hal yang pribadi padamu?", serius Meen menatap Perth. Yang ditanya hanya mengangguk ringan.
"Tentang sexualmu. Sebelum kau menyukai pria apa kau pernah menyukai wanita?",
Perth diam sejenak untuk melihat dan mencari tahu apa yang menjadi pikiran Meen.
"Bukankah aku pernah memberitahu Phi? Kenapa bertanya lagi? Apa itu mengganggu Phi?",
"Jawab saja!",
"Awalnya yang kusuka hanya wanita tapi sesuatu membuatku menyukai satu pria",
"Kenapa bisa begitu?",
"Kenapa??", ulang Perth tidak mengerti.
"Ck...perasaan seperti itu, kenapa bisa begitu?",
Perth tatap Meen yang terlihat lain dari biasanya.
"Katakan padaku, apa Phi menyukai seorang pria sekarang?!",
Melihat bagaimana kian gundahnya raut wajah Meen sudah bisa Perth dapat jawabannya.
"Siapa?!!", serius Perth.
Narin saja belum kelar, pria dihadapannya malah mau membuat ulah dengan menyukai pria lain. Oh...tidak bisa.
Meen terus diam meyakini hatinya pada Perth.
"Phi waras tidak sih?!!", sarkas Perth. Meen seketika melongo. Mendadak blank saat ditanya waras atau tidak oleh Perth. Beberapa detik setelahnya, wajah Meen merengut tidak terima.
"Kenapa mengataiku, aku kan hanya bertanya", kesal Meen bergerak pindah keranjangnya sendiri.
Kini giliran Perth yang spechless menatap Meen yang sudah berbaring memunggunginya. Rasa marahnya mendadak lenyap berganti heran.
Saking herannya, Perth mendekat untuk memastikan keadaan Meen. Ia colek tubuh yang berbalut selimut.
"Phi marah?", polos Perth.
Tidak mendapat respon, Perth kini mendorong sedikit kencang pada tubuh Meen.
"Phi..!!",
"Ck...menurutmu bagaimana? Kau pikir aku gila!!", kesal Meen. Tubuhnya sudah terduduk menatap Perth yang terdiam tidak mengerti kenapa Meen marah-marah.
"Phi kenapa?",
Daripada menjadi gila beneran, Meen yang barusaha menyangkal perasaanya memilih pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond Of Fate (END)
FanfictionIkatan takdir antara Meen dan Perth. Perjalan hidup Perth yang tidak mudah. Book pertama dengan tema pelangi. Start 070323-200924