21. mulai tahu

89 10 41
                                    

Hari ini adalah pertandingan basket persahabatan antar dua kampus. Di lapangan indoor basket juga sudah terlihat ramai dengan dua tim yang sedang melakukan peregangan.

"Ngomong-ngomong, aku baru penasaran dengan tunanganmu. Kau menjalin hubungan dengan Perth. Lalu bagaimana tunanganmu?", tanya Boss saat melihat Meen yang tengah tersenyum kearea tribun yang berisi Perth disana.

"Tidak usah kepo", jawab Meen

"Dibilang penasaran",

Meen menoleh malas.

"Tunanganmu datang?", lanjut Boss tidak menyerah.

"Tidak..",

Baru saja Meen menjawab, sebuah panggilan membuat Meen menoleh dan terdiam.

Dipinggir lapangan sudah ada Narin yang tersenyum dengan cantiknya.

"Apa itu tunanganmu? Bukan dari universitas sini ya?",

Meen masih belum bereaksi. Bingung kenapa Narin bisa disini, padahal Meen tidak memberitahu pertandingannya.

Mengabaikan Boss, langkah kaki Meen mendekat pada Narin. Lalu diatas sana Perth hanya menatap diam keduanya.

"Bagaimana kau tahu aku ada pertandingan?", tanya Meen to the poin.

Bibir Narin mengerucut, sedikit kesal karena tunangannya tidak memberitahu perihal pertandingannya. Padahal walau sepele, Narin ingin mendapat undangan langsung dari Meen.

"Tega sekali tidak mengundangku, jika bukan dengan tim basket universitasku. Aku tidak mungkin tahu",

Meen merutuk dalam hati karena lupa akan hal itu. Mencoba untuk tersenyum, ia cubit pelan salah satu pipi Narin, "maaf, aku lupa karena terlalu sibuk berlatih. Jadi, kau kesini untuk kampusmu atau..",

"Tentu kau, semangat ya", senyum Narin.

Meen mengangguk, lalu melirik kilas kearah Perth yang diam tanpa expresi.

"Terimakasih",

Narin mengangguk, berjalan kesisi lapangan yang memang tersedia kursi. Sedangkan Meen mulai ketengah lapangan untuk memulai pertandingan.

°°°°

Saat pertandingan berlangsung, Perth benar-benar dibuat kagum dengan permainan Meen. Kehadiran Narin bahkan terlupakan oleh Perth. Matanya hanya fokus melihat gerakan Meen saja. Dan dibuat senang saat prianya berhasil memberi point untuk timnya.

'Wah.....', itulah kata hati Perth. Setiap gerakan selalu bisa membuat Perth terpesona. Meen memiliki daya tarik tersendiri jika sedang bersama dengan bola basket.
 

Terlihat keren dengan pesona yang terasa meningkat. Melihat itu membuat Perth teringat bagaimana ia dulu jatuh cinta pada Meen.

°°°°°°

Suara riuh terdengar dari pendukung tim Meen yang memenangkan babak pertama.

Dan kini waktunya untuk istirahat sejenak sebelum memulai babak kedua.

Narin yang sedari tadi tersenyum bangga kian melebar saat kaki Meen melangkah padanya.

"Kau hebat, dan keren", puji Narin mencoba untuk mengusap keringat Meen namun tertahan dengan Meen yang mengambil alih.

"Terimakasih", ucap Meen kembali berjalan untuk duduk. Namun sebelum itu, kedua matanya mengarah sejenak pada Perth diatas.

Sebenarnya sedikit membuat Meen tidak nyaman atas kehadiran Narin. Ia ingin Perth yang berada disampingnya sekarang tapi tidak mungkin.

Bond Of Fate (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang