Perth melangkah masuk kedalam ruangan kerja milik Jira. Ini adalah kali pertama ia kembali dan bertatap langsung dengan ayahnya itu. Sedikif membuat jantung Perth bereaksi lebih namun sekuat itu Perth mengatasinya. Ia sudah sembuh dan selalu ia tancapkan dihatinya paling dalam.
Hanya ada suara langkah kaki yang terdengar hingga Perth berhenti tepat didepan meja dimana Jira tengah terduduk melihat berkas-berkas dihadapannya.
Hening.
Banyak kata yang ingin Perth ucap. Entah itu sekedar kabar, maaf hingga ungkapan rindu. Namun semua terasa nyangkut ditenggorokan saja. Tidak bisa dipungkiri jika pikiran Perth itu tentang kemarahan Jira padanya.Saat sadar akan kedatangan seseorang. Sepasang manik itu kini saling tatap.
"Pho..", lirih Perth. Kedua matanya mulai berembun. Perth memang sembuh tapi ia tidak lupa dengan semua yang pernah dialaminya dimasa lalu. Dan dalam lubuk hatinya sedikit ada rasa sesal kala melihat Jira. Perth tahu begitu besar Jira menyayanginya hingga kesalahan terbesarpun beliau tidak mempermasalahkannya. Perth bahkan sedikit mengutuk dirinya sendiri bagaimana dendam menyelimuti hatinya dulu.
Jira tersenyum melihat raut tenang Perth. Tubuhnya bergerak untuk mendekat pada putranya.
"Bagaimana kabarmu?", tanya Jira saat tubuhnya sudah berhadapan dekat dengan Perth.
Satu tetes akhirnya jatuh juga dari pelupuk mata Perth membuat Jira tersenyum simpul lalu ia raih tubuh Perth kedalam pelukannya.
Mengusap pelan punggung sang putra malah membuat pemilik tubuh kian bergetar dengan tangis yang kian menjadi.
Jira tahu jika beban terpendam putranya terasa berat tapi mau bagaimana lagi jika dirinya pun sama merasakannya.
"Hhhh...menangislah, tidak ada yang melarangmu. Lepaskan semuanya dan...",
"M..ma..af..", lirih Perth.
Ucapan Jira langsung terpotong padahal itu kata yang juga akan terlontar darinya. Ia sadar diri akan kesalahannya. Tapi mendengar kata maaf dari putranya malah membuat dirinya terlihat semakin buruk.
Dan kini entah Perth ataupun Jira hanya bisa menangis dalam diam. Menumpahkan segala dendam dan emosi yang selama ini mereka pendam.
°°°°°
"Jadi, kau sudah sembuh Perth?", tanya Jira.
Kini Jira, Perth dan Mean tengah duduk di ruang kerja Jira. Setelah setengah Jam dua pria tadi saling berpelukan.
"Sudah Tuan. Dokter bilang jika kondisi Perth sudah baik. Ia sudah bisa mengontrol dirinya sendiri",
Jira melirik menatap pada Meen yang baru saja bicara. Ditatap datar oleh Jira membuat Meen menelan ludah susah. Berasa salah apa saya.
"Aku bicara pada putraku. Bukan padamu", tegas Jira.
Perth tersenyum menatap Meen mati gaya.
"Aku lebih dari baik. Meen berperan penting untuk kesembuhanku.", sanjung Perth sedikit melirik Meen yang mulai percaya diri. Bangga dia pada dirinya sendiri setelah dibela oleh orang terkasih.
"Tapi, kenapa anda...",
"Pho..aku akan lebih senang jika kau memanggilku begitu",
Perth terdiam, ia sedikit kaku untuk panggilan itu.
"Tapi jika kau masih...",
"Pho..",
Suasana memang sedikit agak canggung disini. Meen pun merasakannya namun ia mencoba untuk tetap stay dan diam. Membiarkan anak dan ayah berkomunikasi agar saling dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond Of Fate (END)
FanficIkatan takdir antara Meen dan Perth. Perjalan hidup Perth yang tidak mudah. Book pertama dengan tema pelangi. Start 070323-200924