12. gara-gara kecoa

105 10 31
                                    


Setelah siang saling berbagi keceriaan dengan canda tawa, malam ini di kamar asrama itu terlihat dua pria yang diam dengan kesibukan masing-masing.

Perth terlihat sibuk mengerjakan tugas dimeja belajarnya, lalu Meen sedang santai tiduran diranjang miliknya dengan memainkan game ponsel.

Keduanya tampak diam tenang tanpa obrolan sejak satu jam yang lalu.

Tapi sepertinya, ketenangan Perth kini terusik saat kedua matanya melihat pergerakan kecil dicelah-celah buku miliknya.

Kening Perth tertekuk penasaran. Tangannya bergerak mencoba meraih salah satu buku untuk memastikan. Hingga seekor kecowa membuat Perth memekik terkejut.

"Shia!!!, hewan menyebalkan!!", jijik Perth mencoba mengusir takut-takut.

"Hush...hush....Awas saja jika terbang, ku bunuh kau!!", monolog Perth masih berusaha mengusir kecoa. Tapi baru beberapa detik, ia kembali dikejutkan dengan kecowa tersebut yang terbang kearahnya.

"Ashh....sialan. Phi Meen!!!", pekik Perth berlari dan loncat seketika menubruk tubuh santai Meen diatas ranjang.

Kejatuhan tubuh Perth tanpa diduga tentu saja membuat Meen sakit. "Tubuhmu berat Perth! dikira ringan, asal tubruk saja", ringis Meen memegang perutnya.

"Ada kecoa terbang Phi....", geli Perth.

"Mana ada kecoa disini. Ngantuk kali, tidur sana",

"Serius Phi, tadi aku coba usir tapi malah ngelawan dia. Kan bangke!!",

"Bangke..bangke...mulutnya", ucap Meen mencomot bibir Perth. Sedikit kesal dengan nada kasar Perth.

Visa sebenarnya wanita lembut tidak pernah berkata kasar tapi karena raganya adalah sosok pria pembangkang jadi mulutnya terlalu biasa menyebut kata kasar. Karena hampir setiap hari Perth yang dulu selalu mengumpat kasar.

"Usir Phi...tolong", mohon Perth.

"Mana sih, sama kecoa aja takut. Malu lah sama batang", ucap Meen ringan membuat Perth melotot kesal karena bawa-bawa batang.

"Bukan takut Phi. Geli aku, jijik",

Meen menoleh, "Alesan", ucap Meen mulai mencari keberadaan sang kecoa.

"Aduh...ini jangan ditarik-tarik, mahal ni kaos ku", ucap Meen menarik kembali kaosnya yang melorot sebelah karena tarikan pria dibelakangnya.

Perth yang kesal malah dengan sengaja menarik kencang hingga kaos Meen melorot sampai lengan.

"Ngga aku bantu nih, biar saja tu kecoa tidur denganmu",

"Jaangan banyak omong. Cepet cari sampai ketemu terus ambil, buang jauh-jauh", 

"Apa imbalannya?",

Perth mencoba sabar, lama-lama Meen ngeselin juga.

"Apa aja. Cepet lah, nanti keburu sembunyi dia",

"Iya-iya. Lagi dimana dia", ucap Meen kembali mencari keberadaan kecoa.

"Tadi terbang. Dibawah kayaknya, turun lah jangan diatas terus. Mana ketemu kalau cuma dilihat. Katanya cowok",

Meen kembali menoleh, "cerewet banget sih",

"Phi yang cerewet!",

"Lihat nih. Cowok tuh gini", PD Meen menurunkan dua kakinya dan berjalan menunduk mencari kecoa. Sedangkan Perth memilih membungkus tubuhnya didalam selimut Meen. Geli dia, takut-takut nanti terbang kepadanya bisa langsung nyusup kedalam selimut.

Tidak lama mencari, Meen menemukan sumber kekacauan kamarnya.

"Kau punya botol bekas", tanya Meen.

"Untuk apa, ambil saja trus buang",

Bond Of Fate (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang