Sudah hampir setengah jam War diam berdiri tanpa melepas tatap pada Perth yang duduk tenang menikmati sebuah rokok.
Temannya itu sudah tidak menangis seperti pertama menemukannya ditaman rumah sakit. Tapi bukannya tenang, War malah terlihat khawatir dengan kondisi Perth yang sekarang.
"Kau mau membantuku?", pertanyaan Perth membuat War tersentak. Ia tarik nafas panjangnya untuk mendekat pada temannya itu.
"Bantuan apa?",
"Membantai keluarga Sukumpantanasan",
War diam, menatap Perth yang tersenyum tenang walau bibirnya baru mengucap sesuatu yang serius. Ia tidak terkejut, karena sudah paham dan mengerti bagaimana kondisi Perth.
Salah satu faktanya, dulu dirinyalah yang membantu Perth untuk menghabisi nyawa Mint. Jadi jika Perth sudah berucap membantai keluarganya maka War tidak terkejut sedikitpun. Apalagi melihat bagaimana kehidupan Perth yang jauh dari kata normal.
War yakin dirinya juga akan seperti Perth, bahkan bisa lebih gila lagi.
"Aku yakin jika kau suda terlampau lelah dengan semuanya, bagaimana jika kita pergi dari sini. Lupakan keluargamu dan memulainya dengan yang baru",
Perth menoleh, "Aku memang lelah, maka dari itu aku berniat mengakhiri semuanya. Bukankah yang bersalah harus bertanggung jawab",
"Perth...",
"Aku sudah melihat cctv dan bertemu dengan pelaku. Sudah kuduga Narin dalangnya", potong Perth. Tidak sulit bagi Perth untuk menggeledah dan menemukan pelaku. Karena Perth memang genius.
Jika saja Perth tumbuh dari keluarga normal tanpa banyak rahasia ataupun kebohongan. Perth pasti akan menjadi anak Jira yang paling bisa dibanggakan. Sayangnya Jira terlambat mengetahui itu. Terlanjur berjalan dari arah yang melenceng jauh.
"Tadinya aku tidak berniat apapun tapi setelah kupikir lagi. Wanita itu tidak akan berhenti sebelum diberi pelajaran",
"Kau ingin membunuhnya?",
Perth menggeleng, ia matikan sisa putung rokok miliknya. Lalu beralih fokus menatap War, "Aku ingin bermain-main dengannya. Kau mau ikut?", tawar Perth dengan seringaian lebar yang terlihat menakutkan.
War saja sampai tak berkutik menatap Perth. Ia telan ludahnya yang terasa berat.
Bermain-main yang bagaimana maksudnya jika waktu itu saja sampai merenggut nyawa Mint.
°°°°°
Jam menunjukan angka 9 malam. Sedangkan Meen sudah kembali ke asrama sejak satu jam yang lalu. Sejak satu jam itulah Meen hanya duduk diam diatas ranjang dengan pikirannya yang penuh akan Perth.
Mendengar hal yang begitu mengejutkan dari Narin tentang Perth, membuat Meen tidak bisa berpikir apapun. Rasanya tidak mungkin jika Perth melakukan itu. Tapi melihat bagimana raut wajah Narin saat bercerita dan tingkah Perth akhir-akhir ini membuat Meen gundah. Jika menanyakan langsung pada Perth pun sedikit ragu
#flashback
"Kau datang kemari bersama Perth?", tanya Narin. Keduanya sedang duduk diluar kamar.
"Ya, aku meminta Perth untuk menjenguk Tuan Jira",
"Jangan ulangi lagi. Kau tahu jelas aku tidak menyukainya. Dan bisakah kau menjauh darinya. Kalian terlihat dekat",
"Bagaimanapun juga, Perth tetap anak Tuan Jira. Jadi sudah seharusnya dia menjenguk Ayahnya sendiri. Lagipula, kenapa kau begitu tidak menyukainya? Setauku Perth baik", jelas Meen mencoba menggali sesuatu dari tunangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond Of Fate (END)
Hayran KurguIkatan takdir antara Meen dan Perth. Perjalan hidup Perth yang tidak mudah. Book pertama dengan tema pelangi. Start 070323-200924