19. TERUNGKAP

3 2 0
                                        

Vivian terbangun dari tidurnya. Kembali pada kehidupan realitanya, tanpa adanya Dave disana.

"Hahh... hah..." entah sebab apa Vivian terengah-engah selepas bangun tidur.

"Tadi itu bahaya sekali" ucap Vivian. Vivian meraba dadanya, ia masih merasa berdebar meski 'mimpi' di dunia webtoon itu telah berhasil ia lewati. Vivian mengusak rambutnya, ia turun dari tempat tidurnya berjalan menuju lemari pendingin untuk mengambil sebotol air.

Diteguknya air dalam botol itu. Dahaganya kini telah hilang bersamaan dengan habisnya air dalam botol. Vivian masih pusing memikirkan yang telah terjadi tadi. Vivian merasa sangat nyata memeluk Dave. Seolah Dave bukanlah karakter webtoon.

Tiba-tiba saja Vivian tersentak mengingat sesuatu. Ia mengambil ponselnya diatas nakas, dibukanya ruang obrolan dengan sekretaris redaksi yaitu pak Jason.

'Aku akan bertanya secara langsung dengannya. Apa maksudnya dia ingin aku cepat-cepat menyelesaikan komikku agar dia bisa tidur dengan nyaman?' batin Vivian.

'Maaf jika saya lancang. Bisakah saya bertemu dengan anda, Pak Jason?' isi pesan Vivian untuk Jason. Dengan harap-harap cemas Vivian menunggu pesan balasan dari Jason.

Drrt..

Ponsel Vivian bergetar, namun bukan balasan dari orang yang ia tunggu. Melainkan dari editornya, Jazel.

'Nona Viz apakah anda ada waktu malam ini. Pak Jason sekretaris redaksi yang kemarin kau temui ingin menemuimu lagi, apa kau bisa malam ini?' isi pesan Jazel.

Pucuk dicinta apa yang Vivian inginkan langsung terkabulkan. Vivian pun mengiyakan pertemuannya dengan Jason malam ini. Vivian membulatkan tekadnya untuk menanyakan maksud dari Jason.

--

Disisi lain, Jason juga kaget bukan main. Tubuhnya benar-benar tidak sehat selama di dunia webtoon itu. Tapi di dunia nyatanya tubuhnya segar bugar.

"Wah, perbedaannya sangat signifikan. Tubuhku terasa panas dan lemas di sana. Tapi setelah terbangun tubuhku tidak merasakan apapun" ucap Jason seorang diri. Jason bersyukur setidaknya rasa sakit ditubuhnya tidak terbawa sampai ke dunia asli.

Tok.. tok..

"Ya masuk" Jason mempersilakan orang yang mengetuk pintu ruangannya. Semenjak ia bisa keluar masuk dunia webtoon milik Vivian. Jason mudah sekali tertidur di ruang kerjanya.

"Pak Jason, apakah anda ada waktu malam ini?" rupanya Jazel yang mengetuk tadi.

"Ya ada apa?" tanya Jason.

"Saya sudah membuatkan janji temu anda dengan nona Viz. Malam ini apakah anda bisa menemuinya?" tanya balik Jazel.

"Bisa" jawab Jason singkat. Jazel pun memberitahukan waktu pertemuan dan tempat pertemuan Jason dengan Vivian. Jazel telah berusaha mencari tempat pertemuan yang sekiranya bisa di datangi keduanya tanpa memberatkan.

--

Malam pertemuan keduanya pun tiba. Janji temu yang telah Vivian sepakati melalui Jazel. Vivian memasuki tempat perjanjian yaitu sebuah kafe dekat pusat kota. Vivian sengaja datang 10 menit lebih awal ia tidak mau menjadi pihak yang ditunggu oleh orang yang akan bertemu dengannya. Lebih baik ia yang menunggu Jason, setidaknya itulah yang dipikirkannya.

Tapi ternyata Jason memiliki pemikiran yang sama dengan Vivian. Jason telah lebih dulu datang. Dari kejauhan Vivian telah melihat sosok Jason yang duduk sambil memainkan ponsel.

'Wah, orang itu datang jam berapa? Padahal aku sengaja datang 10 menit lebih awal' batin Vivian.

Vivian mendekati sosok pria yang sangat mirip dengan sosok Dave dalam dunia webtoon miliknya. Sesekali Vivian menelan salivanya.

'Wajahnya sangat mirip dengan Dave' batin Vivian.

Jason yang merasa ada orang berjalan ke arahnya kemudian menoleh. Ia meletakkan ponselnya di meja kemudian berdiri sembari mengulurkan tangan.

"Anda nona Vivian kan?" tanya Jason. Tentu Jason tidak mungkin salah karna Vivian sudah berdiri dihadapan Jason.

"Iya benar saya Vivian webtoonist anda" sapa Vivian menerima uluran tangan Jason.

"Duduklah" pinta Jason. Vivian pun mengambil kursi tepat dihadapan Jason.

"Maaf saya pikir saya terlambat datang" ucap Vivian basa basi.

"Tidak ini masih 10 menit sebelum waktunya. Saya yang datangnya terlalu cepat" jawab Jason.

Keheningan pun menyelimuti keduanya tak lama setelah mereka saling menyapa. Vivian menyeruput minuman yang telah ia pesan. Ia pun memberanikan diri membuka suara. Sudah sekitar 10 menit mereka berdua terdiam menikmati minuman masing-masing.

"Begini pak.."

"Ada yang ingin.."

Keduanya membuka suara disaat yang bersamaan. Atmosfir kegugupan serta kecanggungan pun menyelimuti keduanya.

"Kau saja dulu" Jason mempersilakan Vivian untuk bicara lebih dulu. Vivian menelan salivanya.

"Begini pak.. saya ingin meminta kelonggaran waktu selama satu bulan untuk menyelesaikan komik saya. Saya tau saya sendiri yang meminta untuk menamatkan komik namun bukan berarti waktu 2 minggu adalah waktu yang cukup. Jadi.." Vivian menggantung kalimatnya.

"Baiklah. Saya berikan waktu 1 bulan. Setidaknya saya masih bisa menahannya selama 1 bulan lagi. Lalu untuk ending ceritanya apakah sudah kau tentukan?" tanya Jason.

Lagi-lagi ada perkataan Jason yang menganggu Vivian.

'Masih bisa menahannya apa maksudnya itu?' batin Vivian.

"Sudah. Saya sudah menentukan akhir ceritanya, hanya tinggal proses menggambarnya" jawab Vivian.

"Jangan biarkan karakter utamamu mati" tegas Jason.

'Tuh kan apa sih maksud pembicaraannya? Kenapa juga dia peduli dengan karakter utamaku. Seolah-olah dia Dave meminta tetap hidup hingga akhir cerita. Tapi kalau orang ini benar-benar Dave, semua omongannya hampir masuk akal' batin Vivian kembali. Vivian mencengkram tangannya sendiri.

Vivian kembali bersuara, "Sejak kemarin anda bicara seolah anda adalah karakter webtoon saya" Vivian

Deg..

'Akhirnya ia menangkap sinyalnya' batin Jason.

'Ah gila kau Vivian. Kalau ternyata bukan yang seperti kau pikirkan bagaimana, mau taruh dimana mukamu' batin Vivian.

Jason meletakkan gelas minuman yang tadi ia genggam. Ia merubah posisi duduknya mencondongkan tubuhnya kearah Vivian yang duduk di depannya.

"Kenapa kau berpikir demikian nona Lyz?" tanya Jason.

Deg.. Bak petir menyambar mata Vivian terlihat bergetar.

"Maksudku nona Viz?" Jason tampak mempermainkan Vivian. Dalam hatinya ia ingin tertawa melihat Vivian yang terlihat ketakutan.

'Ini dunia nyata.. disini dunia nyata.. dia bukan dave.. dia bukan dave' Vivian merapalkan mantra untuk dirinya sendiri dalam hati. Meskipun badannya gemetar Vivian berusaha tegar. Ia berusaha tidak terpengaruh provokasi Jason.

"Pak Jason, anda selalu bicara seolah anda adalah karakter webtoon saya. Maaf kalau ini terdengar gila tapi tidak mungkinkan karakter webtoon saya tiba-tiba hidup di dunia nyata. Lagi pula.."

"Bukan karakter webtoonmu yang tiba-tiba hidup" tiba-tiba saja Jason memotong pembicaraan Vivian.

"Tapi... bagaimana jika ada manusia asli yang tiba-tiba masuk kedalam dunia webtoon buatanmu?" ucap Jason penuh dengan penekanan.

'Sial sial sial' batin Vivian mengutuk.

"Apa maksud anda, pak Jason. Jangan bicarakan hal yang tidak saya pahami pak" tegas Vivian.

Jason tersenyum masam, dimata senyumnya persis seperti Dave.

'Jangan bertingkah seolah kau Dave' kesal Vivianingin rasanya ia mengutuk langsung Jason namun ia menahannya.

IN MY OWN WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang