Dave hanya terdiam memandang Vivian. Setelah penjelasan Vivian, Dave semakin paham kejadian sebenarnya yang membuat pecahnya Great Scoutn.
"Kau benar.. aku tidak yakin jika South Scount memisahkan diri tanpa ada yang mengompori. Jika tuan France West bilang East Scount adalah penyebabnya, aku merasa itu aneh. Untuk apa generasi ketiga mengompori pemimpin South Scount yang generasi kedua" Dave memijat pelipisnya. Ia merasa sakit kepala memikirkan solusi untuk Great Scount kembali bersatu serta agar tuan France West mengakui perbuatannya.
Dave semakin yakin, tuan France Westlah yang menjadi penyebab South Scount memisahkan diri. Bukan East Scount. Tuan France West memang tidak memperlihatkan ketamakannya. Justru Tuan North yang bersikeras menikahkan putrinya dengan Davelah yang terlihat tamak. Namun melihat tuan France West bersikukuh ingin ikut campur soal negosiasi dengan South Scount, Dave merasakan keanehan.
"Kalau Tuan France West berniat membicarakannya kembali dengan datang ke Central Scount. Kau perlu mendapatkan kesempatan dulu dari pemimpin South Scount agar ia mempercayaimu" ucap Vivian. Ia pun meraih tangan Dave untuk memberi sentuhan semangat pada suami webtoonnya.
'Aku tak akan membuatku kesulitan Dave, serta tuan Jason' batin Vivian.
--
Matahari pagi telah menampakkan dirinya. Vivian yang semula masih tertidur, merasakan kehangatan sinar matahari menyusup masuk dari sela-sela gordennya. Ia pun membuka matanya perlahan. Vivian mengubah posisinya menjadi duduk, tak lupa ia mengucek matanya yang masih terasa berat.
"Hahhhh..." baru saja ia terbangun dari tidurnya tapi helaan napas panjang telah keluar dari mulutnya.
'Sebentar lagi tamat, tahanlah sebentar. Jujur aku lelah sekali. Entah kenapa setiap melihat Dave aku merasa tertekan. Apakah tuan Jason lebih tertekan dariku?' batin Vivian.
Vivian turun dari tempat tidurnya. Ia bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya serta menyikat giginya. Ia berniat mencari sarapan diluar.
'Aku ingin makan ayam goreng' batinnya.
Selesai dengan aktivitasnya dikamar mandi, Vivian meraih jaket yang ia gantung di dinding. Tangan Vivian pun meraih kenop pintu untuk keluar dari rumahnya. Namun, seseorang mengagetkannya.
Brak..
"ASTAGA" teriak Vivian. Bertepatan dengan dibukanya pintu rumah Vivian, seseorang yang duduk bersandar di pintu terjatuh.
"Aww" keluh Jason. Tubuh Jason yang bersandar di pintu terjatuh kebelakang, akibatnya kepala belakang Jason membentur lantai cukup keras.
"Kau ini penguntit ya. Bagaimana kau bisa berada disini?" ucap Vivian dengan suara setengah berteriak. Ia heran bagaimana bisa Jason menemukan rumahnya.
"Maaf tanpa sadar aku mengikutimu semalam. Maafkan aku" Jason meminta maaf sambil membungkukkan badannya. Ia merasa menyesal telah berbuat seperti layaknya seorang penguntit.
"Kau ini" Vivian masih tak habis pikir.
'Dia tidur diluar dari semalam? Apa dia sudah gila? Kenapa sih orang ini menggangguku terus' batin Vivian. Vivian terlihat kesal, tapi melihat Jason yang masih mengusap kepalanya terus-terusan Vivian merasa tidak enak hati.
"Kau.. kau semalaman tidur disini?" tanya Vivian ketus. Jason pun hanya membalas dengan anggukan, ia tidak berani menatap mata Vivian.
"Kenapa kau mengikutiku semalam?" tanya Vivian kembali. Masih dengan nada ketusnya.
"Aku melakukannya tanpa sadar" ucap Jason singkat dengan wajah menunduk.
'Jadi benar semalam dia tidur disini? Diterasku? Disini dingin, kotor, dia tidak berpikir akan dikira gelandangan ya? Dasar sinting' batin Vivian benar-benar jengkel.
Vivian memijat dahinya, "Kepalamu masih sakit? Kepalamu membentur lantai cukup keras tadi. Sini menunduk, biar kulihat ada yang terluka atau tidak" perintah Vivian.
Jason pun menuruti perintah Vivian, ia menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Vivian. Vivian menyibak-nyibak kecil rambut Jason. Syukurlah tidak ada luka di kepala Vivian. Meskipun demikian dalam hati Vivian juga takut terjadi apa-apa di otak Jason akibat benturan tadi.
"Masuklah.. memang kau mau berdiri disitu seharian. Kau parkirkan dimana mobilmu disini tidak bisa masuk mobil" tanya Vivian. Ia mempersilakan Jason untuk memasuki rumahnya.
"Ditempat kemarin kita bertemu" jawab Jason.
'Astaga orang ini sudah tak punya otak' batin Vivian kesal.
Vivian mencari baju yang berukuran besar untuk dipakai Jason.
'Sepertinya ini cukup' batinnya.
"Ini pakailah. Ganti bajumu di kamar mandi. Bajumu basah akan ku cuci sebentar lalu ku keringkan dengan cepat" ucap Vivian. Jason pun menurut, ia meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan kamar mandi Vivian. Sambil menunggu Jason ganti pakaian, Vivian menyeduhkan teh hangat.
Tak lama Jason pun keluar dari kamar mandi Vivian dengan baju yang telah Vivian pinjamkan.
"Minumlah, kau seharian tidur diluar memang tidak dingin" Vivian masih mengoceh meskipun demikian ia tetap mengurus Jason dengan sepenuh hati. Ia juga menyiapkan tempat duduk untuk Jason.
"Iya, ternyata tidur diluar dingin dan banyak nyamuk" ucap Jason polos.
"Lalu kenapa kau tak mengetuk pintu?" tanya Vivian.
"Memangnya dengan begitu kau akan menyuruhku masuk" jawab Jason lesu.
"Ya aku akan menyuruhmu pulang, kata siapa aku akan menyuruhmu menginap" ucap Vivian, ia salah tingkah sendiri mengucapkan kata itu.
Krucukk..
Suara yang menggelegar berasal dari perut Jason.
"Pfftt.. kencang sekali tabuhan drum diperutmu" ledek Vivian. Jason yang diledek hanya bisa tertunduk malu.
"Jangan meledek" ucapnya pelan.
"Aku akan beli makanan sebentar kau tunggu saja disini. Tadi aku berniat membeli ayam goreng. Kau mau?" tanya Vivian. Jason mengangguk, ia merasa bersyukur dengan suara perutnya. Akibat suara perutnya suasana yang tadinya canggung kini lebih terasa santai. Vivian yang mengomel pun kini berubah bak malaikat.
"Minuman pendampingnya mau cola atau bir? Ah tapi ini masih pagi, kalau begitu aku akan beli jus jeruk saja" Vivian bertanya pada Jason tapi ia menjawabnya sendiri.
Saat hendak pergi Jason meraih tangan Vivian. Jason menahan tangan Vivian dari tempat ia duduk.
"Aku jangan jus jeruk, air mineral saja" ucap Jason. Vivian seketika membeku, melihat Jason dengan posisi seperti itu membuat Vivian terkesima. Ia baru sadar ternyata Jason cukup tampan.
'Memang dia setampan ini ya?' batin Vivian sekelibat. Tanpa sadar tangan Vivian yang sudah dilepas pegangannya oleh Jason justru naik ke atas kepala Jason. Ya, tangan Vivian mengusap kepala Jason.
Sepersekian detik tangannya berhenti. Jason juga kaget tapi ia tak menolak perlakuan Vivian. Justru perasaan nyaman yang Jason dapatkan dari Vivian. Jason pun meraih tangan Vivian yang mendadak diam diatas kepalanya. Jason pun melayangkan senyumnya kepada Vivian sembari mengusap tangan Vivian. Semburat merah pun muncul di pipi Vivian.
--
Plak
Vivian memukul tangannya sendiri. Tangan suci yang tidak pernah melakukan hal senonoh, memukul tangan yang tadi mengusap kepala Jason.
'Kau sudah gila!' teriak Vivian dalam hatinya.
Vivian berjalan menuju restoran ayam sambil mengutuki diri sendiri.
'GILA GILA GILA' batin Vivian.
'Kenapa kau menyuruhnya masuk, bukan menyuruhnya pulang. Cewek sinting!!'
'Tidak tidak ini namanya sopan santun. Bagaimana bisa orang yang ku kenal tidur didepan rumahku tapi aku tidak berlaku sopan terhadapnya. Ya.. ini hanya sopan santun seorang webtoonist kepada sekretaris redaksinya' Vivian perang batin seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN MY OWN WORLD
FantasyVivian seorang webtoonist kenamaan yang telah berkecimpung di dunia komik online selama 3 tahun. Dibawah naungan seorang editor bernama Jazel, Vivian membuat sebuah komik fantasy-romance. Di dalam dunia komik miliknya ada suatu wilayah bernama Centr...