3. HAEZIM

7 3 2
                                        

Vivian membuka lemari pendingin minimarket. Ia pergi ke minimarket untuk menghilangkan kantuknya. Diambilnya beberapa kaleng bir yang biasa ia minum. Isi kepalanya sangat penuh dengan pertanyaan tentang kejadian yang ia alami. Bagaimana bisa bermimpi seperti tadi? terasa nyata seolah ia masuk ke dunia webtoon buatannya.

Apakah itu benar hanya mimpi? Apakah itu hanya imajinasi liarnya yang terbawa mimpi? Apakah otaknya telah rusak sehingga tidak bisa membedakan imajinasi dan dunia nyata?

Vivian menengak isi satu kaleng bir tanpa sisa sedikitpun. Ia kini duduk di depan minimarket. Dibukanya juga sosis yang telah ia beli untuk mengganjal isi perutnya. Vivian agak takut pulang kerumah sekarang.

'Tadi itu apa? Aku hanya bermimpi kan? Iya pasti hanya mimpi' tegasnya dalam hati.

Vivian membuka kembali satu kaleng bir. Tegukan kaleng bir kedua meluncur melewati kerongkongannya. Pahit, dingin, getir, bercampur bersama isi kepalanya.

'Iya pasti cuma mimpikan tapi kenapa tiba-tiba saja gambar yang harus direvisi itu selesai? Apa memang aku sudah menyelesaikan gambarnya? Tidakkk aku ingat dengan jelas gambar yang direvisi itu belum selesai' tanyanya dalam hati.

Vivian melahap sosis yang tadi dibukanya. Meminum 2 kaleng bir tanpa makanan pendamping membuat perutnya perih.

'Iya pasti hanya mimpi, kenapa juga ketika disana aku tidak mengingat apa yang sudah ku gambar? Dan lagi pula Dave digambar sangat tampan, kenapa wujud manusianya sangat biasa saja' batinnya kembali.

'Tapi kenapa hasil revisi gambarnya tiba-tiba selesai' batin Vivian. Hati dan otaknya sangat berkecamuk saat ini.

Kaleng bir ketiga telah dibuka Vivian, ketika hendak meneguk isi bir tersebut seseorang merebut kalengnya.

"HEY!!" marah Vivian. Vivian menoleh ke orang yang merebut kaleng birnya. Ternyata ada sang editor disana. Jazel sang editor meneguk seluruh isi bir tersebut.

"PAK EDITOR!! AHH KENAPA ANDA MEREBUT BIR SAYA. TIDAK SOPAN" teriak Vivian. Vivian mengerucutkan bibirnya, dihentak-hentakan kakinya sebagai tanda kesal.

"Revisinya mana?" tanya Jazel.

"Belum selesai" jawab Vivian dengan ketus.

'Marah ya?' batin Jazel. Jazel pun melenggang meninggalkan Vivian yang masih kesal, Jazel memasuki minimarket. Dibukanya lemari pendingin minimarket. Diambilnya 2 botol susu pisang. Setelah selesai membayar Jazel kembali ke tempat Vivian duduk. Jazel pun duduk di kursi dihadapan Vivian persis.

Vivian membuka kaleng bir terakhir yang ia miliki. Kali ini Vivian menyesap kaleng bir terakhirnya perlahan. Ia tidak mau membuka suara untuk Jazel yang duduk di depannya. Jangankan membuka suara, mata Vivian engan menatap Jazel. Matanya tertuju ke arah yang lain. Vivian menaruh kaleng bir tersebut dihadapannya. Tapi lagi-lagi sang editor merebutnya. Jazel bahkan langsung meneguk isi kaleng bir bekas Vivian.

Melihat kaleng birnya dicuri lagi. Vivian akhirnya menatap Jazel penuh dengan emosi diwajahnya.

"Anda sedang apa sih?" tanya Vivian ketus. Tanpa menjawab Jazel menyerahkan dua botol susu pisang yang tadi dibelinya. Kemudian melanjutkan aktivitasnya meneguk kaleng bir curian dari Vivian.

"Minum itu saja, jangan mabuk dipinggir jalan" jawab Jazel.

'Dia tidak ingat ya hampir celaka karna mabuk dipinggir jalan' batin Jazel menggerutu.

"Siapa juga yang mabuk karna 2 kaleng bir?" sahut Vivian kesal. Meskipun begitu Vivian mengambil satu botol susu pisang yang diberikan Jazel. Ia membuka botol susu pisang tersebut kemudian meminumnya. Keduanya terdiam tanpa bicara sepatah kata pun.

IN MY OWN WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang