Hi babushkas sekalian. Apa khabar? Maaflah saya menghilang lagi sebelum ini. Tiga bulan kan saya senyap? Saya tahu. Saya kira. And this is why this note exists at the first place. Because this time I would like to come clean about something.
Actually, plot semua dah ada, tapi ada masanya passion saya hilang. Jadi kalau benda tu berlaku, saya takkan update dan saya tak fikir lain, saya akan bagitahu diri sendiri yang maybe it's okay to drop this story. Maybe next time jela saya bangkit. Saya pun tak tahu next time tu berapa lama. Might be for some days or weeks or months or even years. Sorry for that. And to tell you the truth, saya dah banyak kali lalui fasa ni dalam beberapa tahun ni. On off, on off. Saya tak tahu kalau itu benda yang normal tapi one thing for sure,
Saya penulis yang teruk. Sangat teruk. Saya tak ada disiplin. And there's another thing that I would like to confess. Tanpa passion, saya takkan dapat 'jalan'. I think it goes like this for everyone else too but as for me, mungkin saya boleh menulis, tapi energy saya takkan sampai dalam bab tersebut. Jadi, 95% bab tu akan jadi hambar dan tiada emosi di dalamnya. Serious talk, yes, it really happened and I don't like it at all. Tak suka sebab everything that I came up with so far, they are so so so precious. My tears, my emotions and my time were there. Altogether.
Sebab inilah saya tak update bab baru. Because no passion means no quality. No quality means no update, no nothing. To make it short, I won't post, I will even forget that I have a Wattpad account (sorry).
Kalau saya ada menulis pun, saya takkan post. Mungkin kerana saya seorang perfectionist. Mungkin. Selagi rasa masih ada yang kurang, I will fix it for countless times and I won't post them. Dari segi struktur ayat apa semua, idea, dialog, segala jenis unsur, kesinambungan dan sebagainya. Macam itulah. Even bila dah post pun, saya akan baca banyak kali untuk pastikan ayat tu elok di mata saya. Beratus kali jugalah saya edit disebabkannya. DPP lah yang paling kerap. DPP stands for Dia Pengawas Playboy. My December 2017 baby. Baby sulung kot haha.
Sejujurnya, saya menulis dalam phone. Proses edit jadi mudah bila telefon ada dalam tangan untuk 24/7. Ahaks. Big flex di situ. But the hardest part might be starting a new chapter. It's kinda hard. Not kinda but really. Really difficult. Tapi semalam pecah rekod untuk DPP. 4500+ patah perkataan dalam phone. Fuh, it really is happening dan saya anggap sebagai rezeki. Dapat rasa tulis benda macam tu dalam keadaan kekurangan. Anugerah dari Allah. So don't worry about this. Saya masih bersemangat waja walau tap tap dalam phone.
Tapi, semua itu tak dapat buang rasa bersalah saya terhadap kalian. Sebab saya dah terima energy dan feedback yang saya mahukan, tapi ada masanya nikmat menulis ditarik balik dan saya kembali menjadi seorang penulis yang langsung tak mahu sambung menulis apa yang telah saya mulakan. Saya betul-betul minta maaf. I'm aware that some of you are waiting for my works. Truly aware but I can do nothing about it. I really am sorry. I'm still trying everyday. Every single day.
Don't get me wrong. I love my books so much. Bloody much. In fact, they are everything for me. My other half? Yes. Truly definitely absolutely. One of the many of His Greatest Gifts. I'm so grateful sebab Allah bagi ilham untuk saya hasilkan DRB and DPP. Bukan dua tu ja, siri DIA ada banyak. Tujuh buah semuanya. Salah satunya DSJ, yang ni dah lama saya unpublish. Empat lagi saya tak pernah tunjuk kepada dunia. Lambert lagi. And to be honest, I simped hard on one of the male leads. But sorry la it's not Adam Naufael haha. Intinya, saya punya sayang tu sampai saya nak usahakan buku-buku saya menemui pengakhirannya. The ending that they deserve. With that being said, I refuse to give up. Not yet.
Last but not least, dengan rendah hati saya memohon doa dari kalian. Saya pun akan mendoakan kalian juga. Sentiasa. Walaupun saya tak kenal kalian. Semoga pembaca kesayangan saya berada dalam keadaan yang baik-baik. Sayang kalian semua meskipun ada di antara kita yang tak pernah interact but still, I appreciate those that has stumbled upon any of my works. Terima kasih kerana berada di sini, menemani perjalanan sekeping minda yang saya luah dan cerita dalam bentuk penulisan. Inilah comfort zone saya. Terima kasih kerana muncul dalam hidup saya, walaupun hanya atas talian. You made my day goes skrahhhh <3
And this appreaciation post especially goes to a precious person yang bernama Nurul. You know who you are. And I'd like to say sorry for being like this. I really am. But to let you and everyone know, I'd like to say this:
I'm gonna try until I drop. Write until I drop. Sehinggalah Dia Raja Buli selamat menemui pengakhirannya. Seberapa banyak masa pun saya akan ambil mulai dari sekarang. Saya usahakan sehingga ke akhir waktu. With that being said, this confession, note, rant, diary or whatever you want to call it as, has finally come to an end. Thankyou for reading till the end. See you guys next time in the upcoming chapters maybe 😊
Biru Adiris, 13th May, 2023.
- Hoping to wake up around 2 a.m to continue dreaming.
.
.
.
.
.
YOU ARE READING
Dia Raja Buli
Fiksi Remaja3 | Ruthless Saviour "Sekolah ni walaupun bukan bapak aku yang punya, aku yang paling berkuasa. This is my territory. Sekali kau pijak lantai sekolah ni, kau, dah jadi milik aku." --- Tengku Adam Naufael. Baru sehari aku belajar di SMK Empirik, d...