Penulisan nya banyak typo, mohon maaf!! Jika ada waktu akan direvisi❗
"Aku ingin berlatih pedang bersama Alice, Apakah boleh?"
"Tidak" ucap Arnold mutlak.
"Apa-apaan jawaban itu sangat tidak sesuai dengan naskah yang kubayangkan. Apa aku harus memasang wajah sedih agar di bolehkan?"
Baiklah akting di mulai*
Anna merubah ekspresi wajah nya seolah-olah sedih ingin di kasihani.
"Ke-kenapa tidak boleh?, Aku hanya ingin belajar menjaga diri ku sendiri. Sedari kecil aku berkeinginan belajar menggunakan pedang karena tak memiliki orang yang melindungi ku".
Bartels dan ketiga anaknya merasa sakit di hatinya, apakah segitu menderita nya Anna dulu karena perlakuan mereka? Ucap mereka di benak masing-masing.
"Apakah tidak boleh?"
Aldorio mengambil kedua tangan Anna memegangnya dengan lembut. "Sekarang kan ada kakak yang akan menjaga Anna, kakak tidak akan membiarkan Anna terluka sedikitpun".
"Ta-tapi"
Belum sempat Anna menyelesaikan ucapannya, ia mendengar pria di sebelahnya mengucapkan kabar gembira.
"Jika itu pilihan mu, ayah akan mengizinkan" dengan senyum terpaksa Bartels mengatakan itu.
Karena tak kuasa menahan rasa senang di hati nya. Anna tak sadar jika dia baru saja memeluk ayah nya, Bartels dengan sangat erat. Di dalam pelukan itu Anna merasakan kehangatan yang tak pernah ia rasakan dulu.
Anna yang dulu sangat rapuh hidupnya. Bisa di bilang ia anak broken home, ayah dan ibunya
cerai dan memiliki keluarga masing-masing, meninggalkan ia seorang diri di rumah lama nya.Anna selalu merasakan sakit di hatinya melihat kedekatan kedua orang tua Anna bersama keluarga barunya. Tampa ada dirinya di sana.
Anna sempat ada niat ingin bunuh diri namun ia urungkan niat itu. Karena ia berfikir jika hidup nya tak bisa bahagia sebab keluarga maka kedepannya ia akan memilih pasangan hidup yang tepat baginya dan tak akan membuat anak nya merasakan sakitnya hidup tanpa keluarga.
"Apakah aku bisa bahagia di
dunia ini"?.Di sisi lain Bartels tak dapat meredakan senyum kebahagiaan
yang terpancar di bibirnya. Mengingat jika ini kali pertama nya
ia bisa merasakan dipeluk oleh anak yang selama ini tak di hiraukan oleh nya. Bartels membalas pelukan Anna tak kalah erat."Makasih ayah"
"Apapun untuk mu"
____
"Tak ku sangka aku mengeluarkan air mata setelah sekian lama tak pernah ku rasakan, aku hanya tak mau terlihat lemah."
Setelah kejadian di ruang makan. Anna di gendong oleh Arnold untuk sampai ke kamar nya. Arnold tak tega melihat Anna merintih kesakitan ketika ia menapakkan kaki nya di lantai.
Dan aku belum sempat menjawab pertanyaan yang diajukan
kakak pertama ku, Arnold.
Tentang benda tajam yang tadi menjadi topik pembahasan.
Ia kebawa suasa hingga melupakan hal tersebut."Eh iya gue kan belum pernah menjelajahi ruangan ini. Mari kita menjelajah"
Sejak pertama kali Anna datang ke kediaman Duke Bartels.
Ia belum pernah memasuki pintu
ber cat putih dan emas itu, padahal tempatnya berada di dalam kamar Anna. Anna rasa ia harus menjelajah tempat ini.Aku terkejut bukan main melihat desain perpustakaan yang berada di kamar ini. Ku rasa lebih bagus perpustakaan daripada kamarnya.
Tiba-tiba saja ia jadi kepikiran Alice, padahal baru saja bertemu tapi udah kangen aja.
"Kalau ada Alice disini pasti seru deh" pikir Anna.
"Eh kok ada buku jatuh sih?, Perasaan ga ada orang deh disini, apa angin ya?. Tapi .... Audeh gausah dipikirin. Kalau dipikir-pikir mending gausah di pikirin".
Anna mengambil buku tersebut yang tadinya tertutup tiba-tiba saja ada angin entah dari mana membuat buku itu terbuka dan buku itu terbuka tapat di halaman 200. Dimana halaman itu bertema kan penyihir yang ia tak tau menahu mengenai hal itu.
Jika bicara soal penyihir ia jadi teringat dengan Deimos.
"Apa gue baca aja ya ni buku?, Kalau ketemu Deimos lagi mungkin gue bisa tau tentang dia, ga bodoh-bodoh amat lah.
200 tahun,cinta sejati,dunia manusia?
TBC.
•
•
•
•
•
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI DUKE BARTELS
Fantasi" HAH, GUE MASUK KE RAGA SI ANTAGONIS " Bagaimana bisa Anna Milena masuk ke dalam dunia novel yang ia baca. Alih-alih menjadi pemeran utama Anna Milena malah masuk ke raga si antagonis, Anna Geanor Kingston. Anna Geanor Kingston memiliki kehidupan...