Sienna yang baru saja melepas dahaga dengan segelas air mineral dari dapur, melihat dengan ekor matanya dimana Jere menggendong Bona dengan hati-hati dan mendudukkan gadis itu pada sofa ruang tamu mereka.
"Eh. Siapa ini? Temennya Jere? Loh kenapa kakinya luka begitu?" Tanya Mama Andien menghampiri.
"Tadi jatuh di jalanan deket rumah." Jawab Jere.
"Ini kan perempuan yang kamu tunjukin fotonya di hp waktu itu. Kalau gak salah namanya Bona? Pacar Jere kan?" lanjut Mama.
"Iya tante. Nama saya Bryanna Luna tapi semua orang biasa manggil Bona." Ucap Bona dengan hati berbunga senang karena ternyata Jere masih menyimpan fotonya bahkan menunjukkan pada orang tuanya.
Mungkin Jere tak sedingin yang ia kira, apalagi Mama Jere terlihat baik padanya. Hal ini membuat Bona sedikit optimis dan berharap tinggi pada hubungan mereka.
"Aduh nama aslinya bagus, nama panggilannya juga lucu. Pasti Jere lebih suka nama panggilan soalnya gemes." Mama terlihat excited. Untuk pertama kalinya Jere membawa seorang perempuan kerumah.
"Ma ada kotak P3K kan?" Tanya Jere.
"Ada di kamar Sienna. Kamu ambil disana gih. Tapi pindahin dulu Bona keruang keluarga biar lebih leluasa diobati." Kata Mama.
Dan Jere kembali menggendong Bona, kali ini wanita itu duduk di sofa ruang keluarga dengan tenang. Meski sesekali meringis. Mama Andien mengambilkan minum untuk tamunya dan Jere segera ke lantai atas bukan cuma untuk mengambil kotak P3k tapi juga untuk melihat keadaan Sienna.
Pintu kamar Sienna tak terkunci. Jere langsung masuk dan menguncinya dari dalam. Sienna tak terlihat disana namun suara gemericik air shower di kamar mandi seolah mengatakan adiknya itu sedang membersihkan diri.
Lupa tujuannya mencari kotak obat, Jere menunggui Sienna dengan perasaan tak karuan. Bagaimana tanggapan Sienna setelah ini?
Ketika suara pintu terbuka tiba-tiba, baik Sienna dan Jere sama -sama terkejut.
"Sienna." Jere langsung memeluk gadis mungil yang hanya mengenakan handuk saja. Tubuhnya masih terasa dingin karena air.
"Kak. lepas.. sesak.." Ucap Sienna lirih. Ia sedih. Padahal seharusnya ia tak punya alasan untuk bersedih.
"Kamu marah?"
Sienna menggelengkan kepalanya.
"Apa karena pacar kakak tiba-tiba datang? Emang kenapa Sienna harus marah." Ucapnya pelan namun dengan air mata yang tampak menggenang tertahan di pelupuk matanya.
Jere kembali memeluknya erat.
"Sienna maaf. Kakak harusnya memutuskan hubungan dengan Bona sejak lama. Kakak terlalu cuek jadinya ini keterusan. Tapi kamu harus tahu, kakak cuma sayang sama Sienna dan itu jujur dari sini." Jere memegangi dadanya.
Jeremy tidak berbohong, nyatanya Bona dan Jere bahkan sangat jarang bertemu meskipun satu kampus. Itu karena Jere terbiasa menghindarinya. Meskipun begitu tujuan Jeremy dari awal memang salah karena memanfaatkan Bona untuk bisa melupakan Sienna, namun semua tak membuahkan hasil bahkan tak ada kejelasan seolah Jere masih memberi harapan.
"Kak.. jangan putus." Lirih Sienna.
Jere memandangi Sienna dengan bingung.
"Kakak putus buat apa? Apa alasan kakak mau putus sama pacar?" lanjutnya.
"Karena-
"Kalau kakak putus terus kakak mau ngapain? Mau pacaran sama Sienna? Itu gak mungkin." Urai Sienna.
"..........."
"Kak sebenarnya Sienna juga punya pacar."
"Pacar? Siapa??" Jere mengguncang tubuh Sienna tanpa sadar. Hatinya mendadak tak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Sibling
FanfictionStep Sibling (Saudara Tiri) "Ke-Kenapa kak Jere cium bibir Sienna? Mama bilang cowo ga boleh cium Sienna" "Mama Bener, ga boleh ada cowo yang nyentuh sienna apalagi cium bibir sienna. Tapi Kakak pengecualian, karena kita family"