"Ma..a....
Sienna terbangun tengah malam dengan nafas tak beraturan. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia bermimpi lagi dan itu mimpi yang sama dan berulang. Sering datang di waktu tertentu.
Ada tangan mungil yang begitu kecil menggelayuti jemarinya. Mencoba bertahan disana seolah enggan melepaskan, tapi semakin Sienna mencoba menariknya untuk mendekat sosok kecil itu malah menghilang tanpa jejak.
Sienna sudah pernah menceritakannya pada Mama Andien. Tapi Mama bilang itu hanyalah bunga tidur dan jangan terlalu dipikirkan.
Sienna butuh air putih, kerongkongannya terasa sangat kering sayangnya ia lupa mengisi tumblr yang biasa ia bawa sebelum tidur. Terpaksa ia harus turun kedapur sendiri. Sienna membuka pintu kamarnya yang tepat berhadapan dengan kamar Jeremy yang telah kosong selama bertahun-tahun.
Dulu terkadang Sienna berharap saat ia membuka pintu, ia akan melihat sosok Jeremy keluar atau masuk menuju kamarnya, menoleh dan tersenyum mengucapkan Halo padanya. Atau mungkin berlari memeluk Sienna sambil berkata "Kakak sudah pulang."
Tapi itu dulu, sudah berbulan-bulan yang lalu. Sekarang Sienna tak mengharapkan apapun lagi. Ia hanya menjalani hidup mengalir seperti air. Semata karena Tuhan masih memberinya nyawa.
Sienna melewati pintu kamar kedua orang tuanya. Syukurlah tidak ada pertengkaran lagi disana. Terkadang meski mereka mencoba menyembunyikannya tapi Sienna tetap tahu saat keduanya habis bertengkar. Keduanya tak bisa berakting dengan baik, sorot mata kecewa Mama Andien dan Sorot mata sarat emosi dari Papa Adrian tetap bisa Sienna rasakan.
Seringkali Sienna merasa bahwa dirinyalah yang menjadi penyebab pertengkaran keduanya namun pernah saat Sienna menyampaikannya keduanya malah menangis memeluk Sienna dan mengatakan ucapan maaf seolah takut jika Sienna berpikir terlalu jauh. Lalu seperti tak pernah terjadi apapun mereka akan kembali memerankan sosok orang tua sempurna di hadapan Sienna.
Satu gelas air putih diteguknya dengan rakus, rasanya segar seperti mendapat oasis setelah berjalan lama di gurun pasir. Sienna menaikki tangga, tidak lupa membawa tumbler yang telah berisi penuh air minum agar ia tak perlu repot-repot turun kebawah.
Namun bukannya menuju kamar sendiri. Sienna membuka pintu kamar Jeremy yang tak pernah terkunci. Mama Andien selalu membersihkannya hingga tak ada satupun debu yang menempel meski telah ditinggalkan begitu lama.
Sienna meletakkan tumbler diatas meja belajar Jeremy. Bayangan ia pernah menyelesaikan soal fisika disana dengan bantuan Jeremy mendadak muncul dikepalanya. Ia pernah duduk di pangkuan Jeremy dan saat ia berhasil menyelesaikan soal terakhir. Jere menghadiahinya pelukan dan kecupan pada keningnya.
Sienna menaiki ranjang Jeremy dan menarik selimutnya. Dingin, musim hujan masih betah berlama-lama menghias kota Jakarta. Bagaimana dengan cuaca di London? Meski Jere memutus semua kontak pada keluarga dan teman-temannya di Indonesia. Tapi Sienna tahu saat ini Jeremy ada di suatu tempat di kota London.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Sibling
FanficStep Sibling (Saudara Tiri) "Ke-Kenapa kak Jere cium bibir Sienna? Mama bilang cowo ga boleh cium Sienna" "Mama Bener, ga boleh ada cowo yang nyentuh sienna apalagi cium bibir sienna. Tapi Kakak pengecualian, karena kita family"