Cinta terhalang nasib dan nasab

Menyambut kembalinya sang pangeran

       Setelah beberapa menit berkeliling akhirnya mereka pun sampai, sebelumnya mereka memang belum pernah ketempat ini jadi mereka merasa takjub dengan fasilitas yang benar-benar serba mewah, dengan luas lapangan yang Bisa untuk didarati pesawat.
"kalo gini caranya, aku dah capek duluan rey,,,aku dah capek karna nyasar-nyasar tadi"sarah.
"gimana sih, giliran dah sampai malah kamu yang jadi loyo gitu"reyna.
"dah ah...Aku bener-bener dah gak kuat nih...mending kita cari tempat duduk dulu"sarah.
         Akhirnya mereka memilih untuk mencari tempat peristirahatan di sekitar lapangan, mata mereka terus menjelajah tapi bukan tempat peristirhatan yang mereka dapatkan, Melainkan sekerumunan orang banyak, yang disekililing mereka terparkir mobil-mobil mewah, akhirnya mereka memutuskan untuk mendekati kerumunan orang-orang itu,  dan menerobos hingga mendapati barisan paling tengah namun sudah dapat mlihat jelas, mereka tambah bingung ketika melihat tempat hanya berupa lahan kosong, yang luasnya berkisar 5 hektar, tanda tanya besar dalam benat mereka, dan mereka pun tak bisa mengira-ngira karna mereka juga merasa asing dan tidak pernah mendatangi lapangan darussalam sebelumnya, bahkan mereka juga tidak faham betul keluarga pondok yang menempati blok darussalam.
        Setelah menunggu beberapa menit terdengar suara gemuruh yang berasal dari atas, dan yang berada dilapangan pun menata barisan seperti ingin menyambut datangnya seseorang, suara gemuruh itu pun semakin jelas terdengar, hingga dihadapan mereka benar-benar mendarat Sebuah helikopter yang mereka sendiri tidak tau siapa yang berada didalamnya, saat pintu heli mulai dibuka lantunan sholawat dan musik rebana mulai dimainkan  untuk menyambutnya, dan yang pertama kali keluar adalah kiyai syarif disusul oleh kiyai dahlan, sampai kedua putra beliau mengikut di belakang nya, Penyambutannya terlihat begitu istimewa, mata mereka semakin terbelalak, karna ingin melihat jelas siapa pria yang berada tepat dibelakang kiyai syarif karna wajahnya begitu asing, "siapa pemuda yang berada dibelakang kiyai syarif"batin reyna, perawakannya tinggi tegap, badannya berbidang , wajahnya begitu tampan, dipipinya terdapat lesung pipit yang ketika ia tersenyum, maka siapapun yang melihat, hatinya akan bergetar kagum.
"rey...Siapa itu yang pakai sorban hijau, jubah putih...Ganteng banget"sarah.
"yang mana??"reyna
"itu loh rey...Yang pakai peci putih dibelakang kiyai syarif, gantengkan"sarah.
"gak biasa aja"reyna.
"huh,,,dasar aneh kamu rey"sarah
           Sarah begitu penasaran pada pemuda itu, hingga ia tidak mau ketinggalan informasi tentangnya, ia mencoba cari orang yang tepat untuk diwawancarai.
           
                      ***************

Setelah ia mengetahui jelas informasinya, ia merasa begitu puas, ternyata namanya adalah gus Rayhan syarif muhammad, putra terakhir kiyai syarif, yang dari dulu sekolah di yaman, sebenernya study gus han belum selesai namun karna ada urusan, gus han terpaksa comeback untuk sementara, gus han juga putra kiyai syarif yang paling mewarisi ketampanan beliau, jadi sudah hal yang lazim jika ia menjadi inceran para putri orang-orang terhormat yang kecantikannya sudah tidak usah diragukan lagi, bagi mereka gus han memiliki daya tarik yang kuat, sehingga tak heran jika banyak yang menginginkannya.
         Penyambutan gus han pun seperti tak wajar, itu disebabkan karna ini adalah kali pertamanya gus han pulang setelah berada di Yaman, selama kurang lebih 8 tahun, sampai kiyai syarif ikut serta dalam rangka menjemput gus han di bandara dengan menggunakan heli pribadi kiyai syarif yang biasa beliau gunakan untuk menyambut tamu-tamu penting yang berasal dari luar kota bahkan luar negri, dan pendaratan pun berada di lapangan khusus, disamping lapangan golf.
      Sebenarnya kyai syarif memiliki fasilitas yang serba mewah tak lain hanya ingin memuliakan para tamu beliau, mungkin itu juga sudah menjadi prioritas kyai syarif bahwa memuliakan tamu jadi suatu keharusan bagi beliau, karna untuk rumah beliau sendiri sangatlah sederhana dibandingkan rumah keluarga pondok yang lain.