Dia special

14 3 0
                                    

Kerinduan yang semakin menjadi-jadi tak juga terobati, membuat reyna kembali menangis sambil memeluk foto keluarganya, saat semuanya mungkin masih indah disatu atap.
Bahkan sudah hampir 2 tahun reyna tidak pernah bertemu dengan papanya, tentu itu membuatnya sangat sedih, namun kesedihan terdalam yang ia pendam selalu ia tutupi dengan sifat cueknya, hingga tak ada yang dapat mengetahuinya, namun terkadang ia bingung, harus lari kemana saat ia benar-benar hilang kendali.

"rey, bengong aja"sapa sarah membuyarkan lamunan reyna.

"hem..."reyna

"kekantin yuk"sarah

Tanpa menjawab reyna langsung berdiri, berjalan menuju kantin.

"yah, kebiasaan deh nih orang, aku yang ngajak aku yang ditinggal, seenggaknya jawab dulu, nih malah nyelonong aja kayak bajai"grutu sarah sambil berjalan menyusul reyna.

"mau pesen apa?"ustadzah lenah
"jus jeruk sama bakso, kamu apa rey"sarah
"jus jeruk"reyna
"cuman?"sarah
"iya"reyna
"ternyata kamu bukan cuman irit ngomong ya rey"sarah.

setelah menunggu beberapa menit, pesanan akhirnya diantar.
"rey, tau gak ini tanggal berapa?"sarah
"gak"reyna
"ya udah kamu pasti tau dong, ini bulan berapa?"sarah
"gak juga"reyna
"ya ampun reyna, kamu kalo mau jadi orang bodoh amat jangan kebangetanlah rey, masa sama ulang tahun sendiri gak inget, ini itu tanggal 2 bulan 7 rey"sarah.
"oh..."reyna
"hah, gitu doang rey responnya, ini hari spesial kamu loh rey"sarah
"bagiku udah gak ada lagi hari spesial"ucap reyna lalu beranjak meninggalkan sarah.

Sebenarnya jika hanya sekedar mengingat hari ulang tahunnya bukanlah sesuatu yang sulit bagi reyna, namun baginya mengingat tanggal itu hanya akan membuatnya tambah sedih, karna sudah tidak ada lagi orang spesial dihari yang menurut dia spesial itu, dari pada percuma lebih baik tidak sama sekali, ia berlari sambil menahan air mata yang hampir tumpah, ia ingin menuju taman belakang sekolah, ia ingin melepaskan tangisnya ditempat itu, tempat yang tentu jauh dari keramain.

***********************

kenapa mereka tega membiarkan aku seperti ini, terus berkembang tanpa ada perhatian dari mereka, kemana saja mereka selama ini, aku butuh kasih sayang mereka, harus bagaimana lagi aku memohon dan harus berapa kali lagi aku meminta, agar mereka mau datang menemuiku.
Apakah mereka tak merasa bahwa aku disini begitu sangat merindukkan mereka, mungkin selama ini mereka merasa aku sudah cukup bahagia dengan gelimangan harta yang mereka beri, namun mereka tak akan bisa mengerti bahwa bukan materi yang bisa menebus kebahagiaan, melainkan hanya dengan kasih sayang dan perhatian mereka, mungkin ini adalah suara hati reyna saat ia sudah tidak dapat membendungnya.
hati reyna terus membrontak saat kesedihannya sudah memuncak.
"apakah hari ini akan seperti tahun kemaren, aku merayakan ulang tahunku tanpa mereka?"batin reyna

"usap air matamu"ucap gus han sambil menyodorkan sapu tangan berwarna merah kearahnya.

"ambil ini..."gus han

suara gus han begitu mengagetkan reyna, karna kehadirannya yang terlalu tiba-tiba.

"nggak perlu"ucap reyna hendak pergi

"memangnya kamu gak malu, mau pergi dengan wajah penuh air mata"gus han

mendengar ucapan gus han reyna kembali duduk, mengingat tidak ada lagi tempat sepi selain disini, apa lagi air matanya tak juga reda.

"lebih baik kamu pergi, sebelum ada orang yang tau, kita bisa dihukum"reyna.

"tidak ada yang bisa menghukum kita"gus han.

"apa maksudmu, iya aku tau kamu putra pemilik pondok sekaligus sekolah ini, tapi harusnya kamu tau posisiku disini"reyna.

"tapi aku gak bilang kalau ini karna wewenangku"gus han.

"lalu apa lagi kalau bukan wewenang"reyna.

"mungkin karna perasaanmu terlalu bercampur aduk, sampai mengabaikan bacaan yang ada disana, disana tertulis jelas kalau taman sedang masa perbaikan, jadi hanya orang-orang yang tidak teliti saja yang mau kesini"gus han.

mendengar ucapan gus han reyna hanya terdiam, Suasana menjadi hening kembali tidak ada yang mereka bahas, yang terdengar hanya isak tangis reyna.

"ambil"gus han

Reyna tak juga mengambil sapu tangan yang disodorkan oleh gus han, sampai akhirnya gus han berjalan mutar dan duduk dikursi taman yang posisinya tidak jauh dari reyna.

"setidaknya klo gak mau jawab, tolonglah ditrima" ucap gus han kembali menyodorkan sapu tangannya.

Reyna tetap diam dengan pandangannya yang begitu datar dan dingin.

"ya udah kalo gak mau ngambil, berarti jangan harap cincinmu kembali"gus han.

Ancaman gus han sama sekali tidak berpengaruh pada reyna, tingkah acuh reyna sungguh membuat gus han geram, sampai ia melakukan cara terakhir, ia mencoba mendekatkan tangannya kewajah reyna dan hendak mengusap sendiri dengan tangannya.

"aku bisa sendiri, turunkan tanganmu"ucap reyna sambil mengambil sapu tangan ,ditangan gus han.

"kenapa gak dari tadi"gus han.

Reyna segera mengusap air matanya dengan sapu tangan itu, hingga tak ada lagi air mata yang mengalir dipipinya.

"kenapa kamu nangis?"gus han

"jawaban yang gak perlu kamu tau"reyna

"oke, maaf kalau pertnyaanku terlalu lancang"gus han.

"yang aku harus tanya, kenapa kamu disini?"ucap reyna dengan emosi yang semakin tidak terkendali.

ia kembali menatap wajah gus han, dan untuk kedua kalinya juga mereka bertemu pandang, mata reyna memerah karna menahan tangis, namun saat ia kembali menatap mata itu, keadaan hatinya tambah tidak menentu, ia seperti menemukan titik tenang dalam kegelapan, sorotan mata itu seperti meluluhkan hatinya yang angkuh dan penuh amarah.

"aku disini karna____"gus han.

"cukup"ucap reyna lalu meninggalkan gus han.

"tunggu aku ingin bicara sebentar"gus han.

Reyna menghentikkan langkahnya seperti mempersilahkan gus han melanjutkan bicaranya.

"bersiap-siaplah, untuk sore nanti"gus han.

Setelah mendengar perkataan gus han, ia hanya melirik sedikit lalu kembali fokus kedepan, tidak ada respon apa pun dari reyna, dan itu tentu membuat gus han semakin penasaran pada gadis angkuh itu, dengan begitu juga gus han semakin yakin bahwa dia spesial.
"tau apa dia tentang hidupku"batin reyna sambil melanjutkan langkahnya.

                                             by_shenn@

Cinta terhalang nasib dan nasabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang