Hutang

24 10 15
                                    

Happy reading!!

Don't be a silent readers!

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

"Salahku dimana, huh?!" Teriak Heeseung. Padahal ini masih jam sarapan, tapi mereka sudah bertengkar tepat di meja makan.

"Pikir sendiri! Seharusnya kau sadar kau yang membentakku duluan!" Bentak Sinhee balik.

Jiyeong mengerutkan keningnya, "Ada apa ini?" Tanyanya.

"Tanya idolamu itu," Jawabnya sembari menekankan kata 'idolamu', "aku tidak mau berurusan lagi dengannya." Lanjutnya.

Heeseung mengernyit, "Halo tuan putri, bisakah kau ulang kata-kata terakhirmu? Bukankah sama saja dengan pesan yang kau kirim?"

Sinhee menggerutu tidak jelas. "Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak mengirim pesan apapun padamu!" Bentaknya lagi.

Heeseung mendelik, kemudian dia mengambil ponselnya, menunjukkan pesan yang dimaksud kepada Sinhee.

Namun Sinhee tidak mau melihat pesan yang dimaksud. Dan malah Karina yang penasaran isi dari pesannya.

"'Aku membencimu'? Maksudnya?" Tanya Karina pada Heeseung.

Heeseung menggeleng pelan. "Kau bilang, kau tidak ingin berurusan lagi denganku? Baiklah. Aku tidak akan membantumu lagi jika kau sakit." Ancamnya.

"Terserah." Balas Sinhee cepat.

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

Jiyeong bersembunyi di belakang villa, dia memanfaatkan keadaan saat ini karena Heeseung dan Sinhee masih bertengkar.

Setelah memastikan situasinya aman, dia menelpon seseorang.

"Halo?" Sapa Jeyoung. "Jadi berapa yang harus aku bayar?" Tanyanya. Benar. Selama ini mereka berdualah yang bekerja sama untuk menhancurkan hubungan Sinhee. Ralat bertiga.

"Kenapa kau tidak memberitahu kekasih Sinhee adalah Heeseung?"

"Setahuku mereka hanya dekat."

Jiyeong menyelipkan rambutnya yang menghalangi ke telinga. "Dengar. Aku tidak bisa terus menerus berbohong padanya, karna cepat atau lambat mereka pa-."

"Kita putus!" Jiyeong terkejut mendengar suara Sinhee yang terdengar sampai luar. Ia jadi memastikan lagi tidak ada orang lain disana.

"Lupakan, aku akan menelponmu lagi nanti." Ucapnya, lalu mematikan telponnya dengan cepat.

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

Sinhee sudah masuk ke kamarnya lagi. Ia membanting pintu dengan keras.

Lee Han (teman kampus Sinhee yang kebetulan teman SMA Heeseung) menatap Heeseung. "Cepat minta maaf padanya." Ucapnya pelan.

Heeseung mengela napas kasar. "Tapi-"

"Tidak ada tapi." Potong Kimji (sahabat Lee Han). "Aku dan Lee Han akan membantumu berbicara."

"Tapi-"

"Kubilang tidak ada tapi." Kimji berkacak pinggang. "Sebenarnya kau tulus ingin bersama Sinhee tidak sih?"

Heeseung menggeleng pelan. "Dia-"

PLAK

Satu tamparan mendarat di wajah Heeseung. "Percuma saja kita bantu!" Bentak Lee Han. "Ayo Kimji, untuk sementara kita jauhi saja dia."

Setelah mereka berdua pergi, beberapa orang di sana jadi ikut meninggalkan Heeseung, menyisakan Heeseung dan Beomgyu.

"Kau tidak akan pergi seperti mereka?" Tanya Heeseung rendah.

Beomgyu menggeleng pelan. "Aku percaya padamu. Tapi mereka saja yang tidak memberikan kesempatan untuk kau berbicara."

Heeseung tersenyum tipis. "Gomawo."

Beomgyu mengangguk sembari menepuk-nepuk pundak Heeseung. "Jadi apa yang ingin kau katakan?"

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

Ningning menunduk. "Maaf eonnie, aku malah menuduhmu. Aku pikir foto yang diberikan itu asli." Sesalnya.

Karina menggeleng. "Tak apa. Kau tidak perlu meminta maaf, karna itu semua bukan salahmu."

Ningning langsung memeluk Karina sembari menitikkan air matanya. Beberapa kali ia meminta maaf pada Karina.

Disisi lain, Giselle sedang memandangi keluar jendela. Sebenarnya dari sini hanya terlihat halaman belakang dari villa, yang mana hanya terlihat tanaman hias dan dua orang yang sedang berbincang.

Ya. Dua orang. Dan sepertinya Giselle pernah melihat dua orang itu. Tapi siapa?

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

Bu Mina dan suaminya duduk di sofa. Mereka baru sampai ke Seoul hari ini. Bu Ha-ri yang meminta mereka datang ke sini karena ingin mempercepat pertunangan anak mereka.

Bu Ha-ri membawakan minuman untuk mereka. "Silahkan diminum."

Bu Mina tertawa canggung. "Tidak perlu repot-repot." Katanya, lalu meminum sirup yang diberikan.

"Tidak masalah," Bu Ha-ri ikut tertawa. "Omong-omong, kira-kira kapan waktu yang tepat untuk pertunangan anak kita?"

"Karna pergaulan anak kami terlalu liar, saya sarankan pertunangannya akhir bulan ini atau bulan depan." Saran Ayah Sinhee.

Bu Mina mengerutkan keningnya. "Sayang, apakah akhir bulan ini tidak terlalu cepat?"

Bu Ha-ri tersenyum, "Berarti bulan depan?"

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

"Aku sudah bilang aku tidak mau dijodohkan! Kenapa eomma masih saja memaksaku?! Wae?!" Bentak Sinhee. "Asal kau tau, eomma. Aku sudah mempunyai pacar, dan aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja." Lanjutnya.

Lee Han dan Kimji yang mendengarnya saling pandang. "Bukankah tadi pagi mereka sudah putus?" Bisik Lee Han.

Kimji mengangguk. "Mungkin tanpa kita ketahui mereka sudah berbaikan?"

Lee Han menautkan alisnya, "Secepat itu?"

Kimji menoleh kearah Sinhee sebentar.

"Akan kutunjukan nanti! Dia lebih baik dari Haru." Ucap Sinhee penuh penekanan.

"Entahlah, tapi kurasa iya." Katanya.

Sinhee memutar bola matanya. "Batalkan saja, aku tidak peduli keluarga mereka marah atau tidak. Lagipula Haru saja tidak menyukaiku."

"Haru menyukaimu! Buktinya Haru yang membantu biaya kehidupan sehari-harimu." Ucap sang Ibu. "Ingat, kau yang memaksa untuk tetap kuliah, padahal kau sendiri tau bagaimana keuangan kami kan? Dan kau sendiri yang menerima bantuan dari Haru dan keluarganya."

"Lantas?" Balas Sinhee malas. "Apakah maksudmu itu adalah hutang? Jika jawabannya iya, nanti akan aku bayarkan semua hutangku padanya."

❦❦𝟚𝟘𝟘𝟙❦❦

Tbc

Wah kayaknya beberapa part lagi 2001 beres deh ㅠㅠ

Makasih yaa buat kalian yang udah mau baca ceritanya sampai saat ini, tunggu part selanjutnya yaa

Vote and comment jangan lupaa

2001 | Lee Heeseung (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang