PROLOG

295 35 22
                                    

Bismillah, semoga kisah ini bisa berlayar lama.

Sebelum benar-benar sama, silahkan follow dan vote, terima kasih.

Kisah Jeka Kastria aku tulis agar kalian bisa lebih bersyukur, lebih menerima dan lebih kuat.

**

Sempurna milik dia terlalu berharga jika disandingkan dengan perjalanan saya.

**

Langkah lelaki dengan senyum khasnya itu terhenti, matanya melirik ke atas saat rintik hujan mulai menari di udara. Wajahnya yang semula berseri-seri kini dihiasi oleh ekspresi ragu, namun tetap penuh pesona. Dalam sekejap, keheningan menggantikan riuh rendah kota, dan aroma tanah basah memenuhi udara, menciptakan suasana yang tenang namun penuh misteri.

"Baru jam 7 padahal, udah hujan aja, nggak keren." memang terdengar seperti bentuk penolakan namun cowok itu terkekeh pelan.

Suara ponsel yang bersumber dari saku celananya membuat sosok itu tersenyum kecil, "Pasti Mami." tebaknya.

"Dengan anak kesayangan Mami disini." sapanya lantang.

"Anak kesayangan Mami dimana? "

"Masih di Gor Mi, kejebak di parkiran, hujan soalnya."

"Mau di jemput?" dari suaranya terdengar ada rasa cemas di seberang sana.

"Nggak papa Mi, anak geng motor nggak boleh takut hujan. Jeka kan keren."

Jeka Kastria. Cowok yang mampu menyalurkan rasa bahagianya kepada semua orang. Cowok yang memiliki pesona berbeda, cowok yang bisa berteman dengan siapa saja.

"Hati-hati ya."

"Mami sudah di rumah? "

"Mami masih di jalan, macet, inget bosok hari pertama kamu di SMA, jangan sampai sakit ya."

"Siap Mami sayang, hati-hati Mi." setelah mengatakan itu Jeka menyimpan kembali ponselnya.

"Beruntung banget gue punya Mami." Mata yang biasa di tatap dengan aura ceria itu sudah berkaca-kaca. Rasanya udara menipis di tempat ini. Jika diingat hal terbelakang hidup memang menyajikan banyak pelajaran.

Jeka duduk di jok motornya. Matanya dengan tenang menatap setiap sudut tempat ini.

"Itu manusia? " Diseberang jalan sana, samar-samar di pengelihatanya ada sosok perempuan yang duduk di depan toko buku yang sudah tutup.

Setelah memastikan bahwa yang ia lihat benar manusia, Jeka tanpa berlama-lama langsung menghidupkan motornya.

Motor Jeka berhenti tepat di depan toko itu. Wajah murung sosok perempuan yang tengah menatap keranjang bunga miliknya membuat Jeka ikut tersenyum kecut.

Langkah Jeka mendekat kearah sosok yang sama sekali tidak mengubris kehadirannya.

"Gue mau beli bunganya." kata Jeka sembari mengeluarkan dompet miliknya.

Perempuan itu menatap Jeka sejenak, "Udah nggak dijual, beli di tempat lain aja." suara itu pelan namun masih bisa Jeka rasakan sedihnya.

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang