9. TAWA DI ATAS RODA KEHIDUPAN

53 7 9
                                    

Hallo warga, akhirnya ketemu lagi!
Aku udah era libur nih, kawan kisah Untuk Jeka Kastria sampai ending ya❤️‍🩹 aku juga mau lanjutin revisi Untuk Atroska I. Semoga moodku bagus selalu ya❤️‍🩹

 Semoga moodku bagus selalu ya❤️‍🩹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Salam ALLGRASR Salam satu jalan!

"Senja dikala hati tidak melihat dari sisi jatuh cinta."

**

9. TAWA DI ATAS RODA KEHIDUPAN

Suasana kelas perlahan berubah sebab jam pelajaran terakhir di hari kamis yang panjang ini selesai. Gemuruh tawa dan suara obrolan yang sebelumnya memenuhi ruangan mulai meredup. Satu per satu siswa membereskan buku dan alat tulis mereka, mengemasnya ke dalam tas dengan gerakan yang cenderung tergesa-gesa, seolah tak sabar untuk segera meninggalkan bangku mereka.

"Mau langsung pulang Dam?" tanya Jeka sembari melihat ke luar jendela kelas yang memperlihatkan matahari sore dengan sinar yang lembut, menciptakan bayangan panjang di lantai kelas yang bersih.

Dama menggeleng. "Mau jemput adik gue dulu dirumah temannya, Papa minta tolong gue soalnya."

"Gue aja yang jemput, gue nggak pernah ngerasain punya adik gimana, seru nggak?"

"Kita bareng aja, lo ikut gue jemput adik. Posisi anak tengah kayak gue selalu punya dua presepsi Jek, ada menyenangkan dan tidaknya tapi gue selalu bersyukur."

"Sabar lo lebih luas dari bumi, jadi gue nggak heran sama jawaban lo barusan." Perihal Dama dan segala hal yang lelaki itu jalani, Jeka tau betul cara Dama mengelola perasaanya dengan baik.

"Jadi anak tengah itu adalah posisi separuh yang nggak utuh, posisi bayang-bayang, posisi yang kalau hilang pun nggak akan berpengaruh sehebat hilangnya posisi anak pertama," ucap perempuan dengan mata yang sibuk menatap langit-langit kelas. Ia masih duduk tenang dengan buku yang berada di mejanya, Desena Amgora.

"Nggak salah tapi nggak sepenuhnya benar Ora," balas Dama. "Mau sulung, tengah, bungsu bahkan tunggal, bagi orang tua mereka punya peran masing-masing."

Ora menghela napas panjang. "Gue anak tengah juga Dam, gue tau rasanya."

"Rasa coklat kan?" tanya Jeka dengan senyum khasnya. Tangannya dengan lincah memindahkan cemilan favoritnya dari tas ke atas meja Ora. "Enak loh Ora, rasa coklat itu enak, nih, buat lo, nanti kalau ngerasa jadi anak tengah itu nggak enak, kasih tau gue, biar gue kasih rekomendasi rasa baru, vanila, stroberi, taro, tiramisu. Tenang aja, masih banyak lagi rasa yang berbeda."

Ora tersenyum simpul, sambil merapikan buku catatannya. "Terima kasih Jeka, nanti kalau udah nggak tau mau kemana, gue cari lo, tapi harapan gue semoga nggak akan pernah kebingungan tentang arah kehidupan."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang