15. IRAMA WAKTU

47 11 8
                                    

Warga, vote and comment ya!

Salam ALLGRASR, Salam satu jalan!**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam ALLGRASR, Salam satu jalan!
**

"Tidak apa-apa jika masih belum dianggap ada oleh dunia."

15. IRAMA WAKTU

Sudah seminggu Giara tidak ke sekolah dan menghilang tanpa kabar. Dalam keheningan hari-hari yang berlalu, Jeka tak pernah berhenti mengunjungi rumah perempuan itu. Langkahnya pelan, seperti setiap ketukan di pintu rumah yang sepi, berharap akan ada suara. Namun, hening yang terus menyambutnya hanya memperdalam rasa cemas di hatinya. Di tengah kebingungannya, Jeka tetap berharap, dengan keyakinan bahwa di balik pintu yang tertutup itu, Giara mungkin akan segera pulang.

"Ada nggak?" tanya Egon yang berdiri di gerbang.

Jeka menggeleng. "Nggak ada."

Egon berpikir sejenak sebelum menyarankan. "Ayo pulang, istirahat. Gue yakin Giara itu ke Jogja, aman sama orang tuanya."

Jeka menatap Egon dengan ragu, sejenak membiarkan kepalanya mencerna. "Bisa jadi dia nggak di Jogja, Gon."

Kejadian dimana Giara menangis di SMARYA masih enggan meninggalkan kepala Jeka, senyum dan binar mata perempuan itu seolah berbicara bahwa rapuhnya bukan lah bualan semata.

"Di Jogja, percaya sama gue."

Jeka menghela napas, kemudian tersenyum tipis. "Percaya sama lo? nggak dulu!"

"Kurang ajar!" dengus Egon yang disambut dengan tawa Jeka.

Mereka mulai melaju di atas motor, meninggalkan rumah Giara. Jalanan di sekitar mereka sepi, namun lampu-lampu jalan yang mulai bersinar di kejauhan.

**

Suara mesin yang menggelegar tiba-tiba tertutup oleh dering telepon yang nyaring. Jeka mengerutkan dahi, melihat ke arah sakunya dan kemudian menghentikan motornya dengan cekatan di pinggir jalan. Egon yang ada di belakang mengikuti setiap gerakan Jeka dengan tatapan penasaran.

Jeka mengeluarkan telepon dari sakunya dan melihat nama yang tertera di layar. "Tumben," gumamnya sendiri. Jeka menjawab telepon itu dengan nada ceria. "Iya, tunggu ya 15 menti sampai, masih ada satpam kan? tunggu disana." Jeka berbicara pelan namun jelas terdengar oleh Egon.

Setelah Jeka menutup telepon dan memasukan ponsel ke saku celananya. Egon bertanya. "Siapa yang lo suruh tunggu 15 menit?"

Jeka kemudian berbalik menatap Egon dengan senyum yang sedikit canggung. "Kak Latu, lo balik duluan aja, gue mau jemput dia ke SMARYA."

"Keren juga jadi second choice," ejek Egon.

Jeka tersenyum kecut, jelas merasa sedikit tersindir. "Mulut lo! gue cuma mau bantuin soalnya gebetan dia nggak bisa jemput, kasihan sendirian udah mau gelap."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang