24. KETIKA DUNIA MAJU, RAGANYA MUNDUR

36 6 3
                                    

Salam ALLGRASR, Salam Satu Jalan!

"Diterima dengan layak adalah harap setiap makhluk bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diterima dengan layak adalah harap setiap makhluk bumi."
**

24. KETIKA DUNIA MAJU, RAGANYA MUNDUR

Di tengah bisingnya jam istirahat pertama di SMARYA, perpustakaan tampak seperti sebuah oasis yang tenang di tengah hiruk-pikuk kenyataan. Kebanyakan siswa berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut dan bersosialisasi, sementara Giara memilih untuk menghabiskan waktu bersama tumpukan buku.

Di meja bacanya yang terletak di sudut ruangan, ia tenggelam dalam lautan catatan, menikmati kedamaian yang hanya bisa ditemukan di ruang yang sepi ini. Giara terus memfokuskan perhatian pada halaman-halaman yang terbuka di depannya, seakan dunia di luar perpustakaan menghilang sejenak.

Utra, dengan gerakan santai, menggeser kursi dan duduk di sebelah Giara, mengisi ruang kosong di meja yang sama. "Sibuk banget, bikin apa, Ra?" tanyanya sambil menatap buku tebal di tangan Giara.

Giara, mengangkat pandangannya dari halaman yang sedang dibaca, menjawab. "Resume sejarah kemerdekaan, Tra."

Utra mengangguk paham dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam, lalu meletakkannya di meja. "Lo mau nggak, Ra?"

Giara menoleh sebentar dan tersenyum sopan. "Nggak, terima kasih."

"Gue salah pesan, Ra. Ini nasi goreng udang. Gue alergi udang, jadi sayang kalau dibuang. Buat lo aja."

Giara masih tampak ragu. "Tra, gue nggak bisa terima."

Utra memaksa dengan senyum kecil. "Nggak apa-apa, Ra. Lagian, mending dimakan daripada dibuang."

Melihat ketulusan dalam wajah Utra, membuat perasaan Giara tidak enak, akhirnya ia mengangguk. "Terima kasih, nanti gue ganti sama bunga buat Mama lo."

"Ra, gue nggak minta ganti apapun, jadi nggak usah ya," sebut Utra. "Ayo makan, nanti jadi nggak enak."

"Lo mau?"

"Lanjut, Ra. Gue duduk disini nggak masalah kan?"

"Duduk aja." Giara mulai membuka kotak nasi goreng itu. Sambil menikmati nasi gorengnya, Giara melirik Utra dan bertanya. "Tumben nggak sama teman-teman lo?"

"Lagi pada mencar, Ra." Laki-laki itu merubah posisi duduknya menghadap Giara. "Gimana hubungan lo sama Jeka? Masih selisih paham?"

Giara cukup lama terdiam, masih mencerna dengan baik apa yang Utra tanyakan. "Iya, masih. Kita berdua emang agak susah nyambung akhir-akhir ini."

"Kuncinya komunikasi, Ra."

"Gue nggak bisa memahami sudut pandangnya kali ini."

Utra mengangguk, memahami situasi tersebut. "Pernah coba ngobrol baik-baik? Mungkin bisa cari jalan tengah."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang