22. HANYA MEMBUANG WAKTU?

35 10 4
                                    

Hallo warga!
Aku kebut nih, mau ketemu ending kan?
Ayo kerja samanya
Vote and comment ya!
Salam ALLGRASR, Salam Satu Jalan!

Hallo warga!Aku kebut nih, mau ketemu ending kan?Ayo kerja samanyaVote and comment ya! Salam ALLGRASR, Salam Satu Jalan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagian mana yang harusnya di koreksi?"

**

22. HANYA MEMBUANG WAKTU?

Pagi yang mendung seolah mendukung sendu di hati Giara. Senyum perempuan yang terkenal galak namun selalu cerah itu padam. Raganya lelah pun jiwanya sudah lebih dulu kalah.

Kesenangan masih panjang dan layak diusahakan, maka berjalanlah dengan tenang ditengah bisingnya gelombang.

Salah satu kutipan yang Giara baca sebelum tidur masih berdiam di kepalanya. Pikirannya seperti belitan awan hitam yang menggelayut rendah, memudarkan harapan, seperti terjebak dalam siklus tak berujung.

Di tengah hiruk-pikuk pikirannya, Giara terkejut saat dorongan tiba-tiba membuatnya jatuh. Lututnya menghantam lantai dengan keras, menyisakan rasa sakit yang menjalar ke seluruh kakinya. Ia menggigit bibirnya erat-erat, menahan ringisan, namun matanya menatap tajam ke arah perempuan yang berdiri di hadapannya.

Perempuan itu mengenakan bandana putih yang mencolok, dan Giara tau perempuan itu, sosok yang kemarin menghina orang tuanya dengan lancang. Giara berdiri dengan susah payah, menahan nyeri di lututnya dan menatap nyalang ke arah perempuan itu.

"Minta maaf!" ucap Giara dengan suara yang sangat rendah, siapapun yang mendengarnya tentu tau bahwa Giara sedang berusaha mengendalikan dirinya.

"Buat apa?"

"Minta maaf!"

"Nggak jelas," sebut perempuan berbandana putih itu. Giara melirik name tag-nya, Siska Dwiasada.

"Lutut gue berdarah karna ulah lo dan masih bisa sebut gue nggak jelas? otak lo berfungsi nggak?"

Siska memandang Giara dengan sinis, senyumnya terangkat sedikit. "Lutut lo berdarah karna lo nggak bisa jaga diri. Jangan bawa-bawa otak kalau lo juga nggak tau cara memfungsikannya, insiden di perpustakaan udah jadi bukti kalau otak lo yang nggak berfungsi, dasar arogan!"

Giara tidak dapat menahan amarahnya. "Dari kemarin lo terlalu ikut campur sama urusan gue. Lo ada masalah apa sebenernya sama gue?"

Perempuan itu tertawa kecil, seperti menyaksikan tontonan yang menghibur. "Lo terlalu emosional, Giara. Semua ini cuma permainan kecil yang lo ciptakan sendiri."

"Permainan kecil?" tanya Giara. "Hidup gue bukan permainan, berhenti ikut campur, sebelum gue beneran punya masalah sama lo!"

Siska mengangkat bahu dengan santai. "Gue cuma memberi lo pelajaran. Lo harus merasakan akibat dari tindakan lo sendiri." Siska menatap Giara tajam. "Dunia ini keras, dan lo harus siap menghadapi kenyataan, terlebih dari apa yang lo perbuat. Lo itu cewek kasar, nggak layak ada di SMARYA."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang