20. PERAYAAN GARIS EDAR

58 9 7
                                    

Hallo warga!
Comment and Vote ya!
Salam ALLGRASR! Salam Satu Jalan!

Hallo warga! Comment and Vote ya!Salam ALLGRASR! Salam Satu Jalan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Raganya sudah berusaha keras selama tinggal di bumi."

**
20. PERAYAAN GARIS EDAR

Banyak manusia yang berlari-lari riang, namun, sial, perannya malah sebagai yang kelimpungan.

Di koridor utama SMARYA, suasana terasa sangat bising. Suara tawa, obrolan, dan langkah kaki yang sibuk bersatu dalam sebuah simfoni yang sulit diabaikan. Di tengah keramaian itu, Giara berjalan dengan hati-hati, berusaha untuk tetap fokus pada pikirannya. Namun, setiap kali ia mendekati kelompok-kelompok yang berbincang, namanya jelas terdengar disebut-sebut.

"Gue kalau jadi Ora sih nggak mau damai sama sekali. Giara itu emang kasar ya orangnya?" tanya salah satu suara yang terdengar penuh rasa ingin tahu.

"Diam dulu, orangnya lagi jalan santai tuh! Ntar lo di tampar juga, mau?" jawab suara lainnya dengan nada sinis.

Giara menundukkan kepalanya, berusaha mengabaikan obrolan yang semakin nyaring. Namun, setiap kata yang menyebut namanya seperti sengatan yang menambah kegelisahannya. Ia berharap bisa menghilang dari keramaian ini, tetapi jalan menuju kesunyian sepertinya masih sangat jauh.

"Kalau dia nyerang, artinya orang tua dia gagal mendidik. Orang tua yang nggak siap jadi orang tua, wajar aja nggak bisa sepenuhnya membentuk anaknya."

Tanpa pikir panjang, Giara berhenti dan berbalik menuju kelompok yang sedang berbicara. Wajahnya memerah, ada emosi yang mati-matian ia kendalikan. "Kalian pikir kalian tahu segalanya tentang gue dan keluarga gue?" suaranya meninggi, membuat semua orang menoleh, terkejut. Banyak sesak yang sukar diucap.

Kelompok itu terdiam sejenak, tampak tidak menyangka melihat kemarahan Giara. Salah satu dari mereka, perempuan yang tadi berbicara, mencoba menjelaskan dengan gugup. "Eh, kami cuma—"

"Cuma apa?" potong Giara dengan tajam. "Menghina orang tua gue dan meremehkan seolah-olah kalian tahu segalanya? Itu bukan hal yang bisa dianggap remeh. Kalian nggak berhak menilai orang lain berdasarkan sedikit yang kalian dengar dan lihat."

Perempuan dengan bandana putih di kelompok itu mencoba menenangkan. "Maaf, Giara. Kami nggak bermaksud—"

"Jangan berlagak baik sekarang," kata Giara, menatap mereka dengan tajam. "Kalau kalian nggak punya sesuatu yang baik untuk dikatakan, lebih baik diam."

Giara melangkah cepat, berusaha menjauh dari kerumunan yang penuh dengan tatapan heran. Namun, sebelum ia sempat benar-benar pergi, perempuan yang tadi mencoba menenangkan situasi itu dengan gerakan cepat menarik tangan Giara.

"Hei, tunggu!" teriaknya.

Giara berhenti, berbalik dengan tatapan sinis. "Apa lagi?"

Perempuan itu berdiri di hadapan Giara, wajahnya merah karena kemarahan. "Gue merasa dipermalukan sama tindakan lo barusan. Gue cuma berbicara, pun kalau penilaian gue salah, gue udah minta maaf, tapi lo terlalu arogan buat dengerin penjelas gue."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang