10. PANTAI DAN GARIS HIDUPNYA

53 7 3
                                    

Hallo warga!! Ramaikan dulu nih, aku udah up 2 BAB berturut-turut ❤️‍🩹

Hallo warga!! Ramaikan dulu nih, aku udah up 2 BAB berturut-turut ❤️‍🩹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Salam ALLGRASR Salam satu jalan!

"Pantai itu istimewa."

**

10. PANTAI DAN GARIS HIDUPNYA

Di sebuah rumah berpagar tinggi milik Jeka, Pasukan Benteng, duduk di ruang tamu. Mereka berkumpul dengan pembahasan masa transisi dalam menjalani kehidupan SMA. Jeka menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan camilan dan minuman ringan untuk menemani obrolan mereka.

"SMA beneran beda banget sama SMP," kata Egon sambil menyeruput frappuccino-nya. "Di IPA, gue ngerasa tugas dan pelajarannya lebih menantang."

"Bilang aja lebih sulit," cibir Jeka.

"Iya sulit, gue juga ngerasa gitu," sambung Utra dengan antusias. "Pelajaran biologi sama kimia itu seru, tapi juga butuh fokus ekstra. Beban sih tapi buat masa depan apa salahnya."

Perihal masa depan yang selalu diusahakan, ada kalanya manusia harus berpikir akankah sampai dimasa itu. Namun, tentang manusia dan angkuhnya tidak akan pernah selesai pembahasannya.

Alam mengangguk. "Gue lihat jadi anak IPS juga nggak kalah sibuk. Mereka ada pelajaran sosiologi yang fokus memperlajari tentang perilaku manusia dan masyarakat."

Dama, yang duduk di samping Alam, menambahkan. "Semua udah punya bagian sulit masing-masing. Kita juga dikasih kesempatan untuk memilih, mau jadi generalis atau jadi spesialis."

"Gue jadi generalis aja, supaya tau banyak hal. Gue mau bisa di segala mata pelajaran," ujar Egon.

Jeka tertawa kecil. "Kalau lo sanggup sih bagus tapi menurut gue lo bisa jadi spesialis aja udah luar biasa banget. Semua orang tau kapasitas otak lo, Gon. Jangan dipaksa gitu."

"Ngeremehin ciptaan Tuhan dosa tau Jek," balas Egon.

Atroska, yang diam-diam mendengarkan, ikut menimpali. "Semangat banget bahas masa depannya. Mau berjuang buat siapa?"

Dama tersenyum. "Buat raga yang jadi donatur kehidupan, Ska. Buat diri sendiri juga. Menurut gue punya mimpi besar itu keharusan."

Atroska terdiam. Kebingungan melandanya. "Gue nggak tahu mau berjuang buat siapa. Hidup versi gue nggak cukup menarik."

Alam mendengus sinis. "Di kehidupan lo ada gue, kita, mustahil nggak menarik."

Egon menambahkan. "Ska, lo terlahir dengan banyak kelebihan asal lo tau, jadi jangan fokus ke hal-hal yang nggak bisa lo jadikan alasan."

Dama menepuk bahu Atroska dengan lembut. "Gue selalu ngerasa nggak berguna saat lo punya pikirkan bahwa hidup lo nggak menarik. Ska, suatu saat lo pasti akan menemukan alasan lo."

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang