17. DAN, JAKARTA MURAM KEHILANGAN

58 9 3
                                    

Hallo warga! vote and comment ya!

Salam ALLGRASR, Salam satu jalan!

"Kenangan yang abadi, atau sekadar catatan singkat yang terlupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenangan yang abadi, atau sekadar catatan singkat yang terlupakan."
**

17. DAN, JAKARTA MURAM KEHILANGAN

Udara malam yang dingin dan basah menyelubungi Giara saat hujan turun dengan derasnya. Ia merapatkan jaket di tubuhnya, seolah mencari kehangatan dari rasa dingin yang bukan hanya datang dari cuaca, tetapi juga dari kekhawatiran yang menggelayuti hatinya. Matanya tak lepas memandang sosok pria yang terbaring lemah di depannya—Papa, cinta pertama yang selalu ia kagumi dan sayangi.

Dalam perjalanan hidupnya, Giara telah menetapkan banyak impian, salah satunya adalah membuka toko bunga di sudut kecil kota yang ia cintai, Yogyakarta. Namun, ketika sang Papa kembali jatuh sakit dan sisa tabungan keluarga yang mulai menipis, Giara tahu bahwa ada hal yang lebih penting daripada mengejar mimpinya sendiri. Uang yang selama ini ia tabung dengan susah payah, yang seharusnya menjadi modal untuk florist impiannya, kini ia relakan untuk biaya rumah sakit Papanya.

Bagi Giara, tidak ada yang lebih berharga daripada keluarga. Segala yang ia miliki, termasuk mimpinya, ia taruh di belakang demi sosok yang telah mengajarkannya banyak hal tentang cinta, pengorbanan, dan arti sebenarnya dari sebuah keluarga.

Pintu berderit pelan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan senyum lembut yang tak pernah pudar dari wajahnya—Nirsa Upara, Mama Giara.

Giara menatap Mamanya dengan mata yang lelah. Ia telah menghabiskan hari-harinya di rumah sakit, dengan rasa khawatir dan cemas, memantau setiap perkembangan kecil dalam kondisi Papanya. Namun, di balik keletihannya, ada juga rasa lega saat melihat Mamanya yang selalu kuat.

Mama melangkah mendekat, mengulurkan tangan dan menyentuh lembut bahu Giara, seolah memberinya kekuatan. "Pulang aja ke rumah ya, Nak," ucapnya dengan suara lembut yang selalu bisa menenangkan hati Giara. "Istirahat dulu. Papa aman sama Mama."

"Giara mau nemenin Mama jagain Papa." Netra mata perempuan itu berpusat pada sosok yang sedang tertidur.

"Pulang ya?"

Giara terdiam sejenak, mencoba melawan dorongan untuk tetap tinggal. Namun, ada sesuatu dalam suara Mamanya yang meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia mengangguk perlahan, meskipun berat untuk meninggalkan Papa. "Iya, Ma. Tapi kalau ada apa-apa, Giara langsung ke sini, ya?"

Mama tersenyum lagi, kali ini lebih lebar, dan mengangguk. "Iya. Mama akan selalu kasih kabar. Yang penting sekarang kamu jaga kesehatanmu juga."

Giara menarik napas dalam-dalam, merasakan hangatnya pelukan Mamanya sebelum akhirnya melangkah keluar, menuju rumah yang selalu menanti dengan kehangatan dan cinta, tak peduli seberapa lama ia pergi.

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang