23. BERLAYARLAH JIWA YANG BABAK BELUR

38 8 8
                                    

Salam ALLGRASR Salam Satu Jalan!

"Sedihnya bukan yang pertama kan? maka berdirilah, lanjutkan hidupmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sedihnya bukan yang pertama kan? maka berdirilah, lanjutkan hidupmu."
**

23. BERLAYARLAH JIWA YANG BABAK BELUR

Deru ombak nyaring di telinga, seperti lagu yang tak pernah usai. Hembusan angin malam, dingin dan tajam, terasa menusuk kulit. Meski begitu, laki-laki dengan jaket ALLGRASR yang menempel erat di tubuhnya tampak tak terganggu. Ia tetap duduk dengan tenang, enggan beranjak dari tempatnya.

Atroska, Alam, dan Egon berdiri tertegun. Mereka menatap punggung laki-laki yang tampak tidak bergeser sedikitpun dari posisi awal kedatangannya. Untuk hidup yang diusahakan layak oleh Mami, laki-laki itu jelas kecewa ketika di cap sebagai seorang pembohong, sejak kecil didikan Mami dan Papi pada lelaki itu adalah perihal menghargai, wajar jika ucapan Giara masih betah berdiam di kepalanya.

Ketika rasa peduli dianggap tidak lebih dari kebohongan, rasa sakitnya begitu nyata. Apa gunanya menjadi orang baik, jika baik sekalipun masih dianggap tidak tulus?

"Paksa pulang aja gimana?" tanya Egon menatap kedua temannya.

"Jangan Gon, biarin dia nikmatin kecewanya sendiri, lebih lama," balas Alam. "Kasih waktu buat Jeka memproses ketenangan dalam diamnya."

Egon menangguk. "Gue nggak nyangka Jeka jadi segitunya. Mana dari tadi nempelin Atroska mulu." Egon melirik Atroska yang tampak tenang dengan mata elangnya. "Jeka harus lo kuliahin 3 sks tentang rasa peduli yang nggak boleh dikasih secara seluruh, Ska."

"Boleh dikasih seluruh Gon, asal target lo paham maksud lo, asal dia nggak keliru," jawab Atroska.

"Giara keliru. Lebih tepatnya dia lagi panik, isi kepalanya penuh, dia nggak tau lagi mau lampiasin ke siapa dan sialnya, si cowok penyuka pantai itu yang kena ledakannya," sebut Alam.

Egon menatap lurus ke arah Jeka, matanya penuh pemahaman. "Dua sisi, mereka punya point masing-masing yang bikin ego itu menang. Giara ngerasa di tekan dan Jeka ngerasa tulusnya di sia-siakan."

"Lalu menurut lo berdua, point mana yang lebih sakit?" tanya Atroska.

"Jeka," kata Alam. "Meluk luka orang lain itu nggak enak, pun nggak ada fungsinya buat hidup Jeka, tapi selayaknya peduli yang dia agungkan tadi, dia nggak peduli kalau kelak juga ikut ngerasin lukanya. Lebih tepatnya, dia nggak tau bentuk pulang dari luka itu seperti apa, anggap aja berontaknya Giara adalah bentuk luka buat Jeka."

"Fasenya jelek banget," cibir Egon. "Tapi menurut gue lebih sakit jadi Giara. Hidupnya dipermainkan oleh kendali manusia yang empatinya nggak berfungsi. Di SMARYA dia mati-matian bertahan sendirian, dia di tekan sana sini, dalamnya udah babak belur, gue yakin banget."

Raganya utuh namun jiwanya sudah lebur separuh. Di kepala Egon itulah kalimat yang bisa mengambarkan Giara. Di tengah kehidupan masa remaja yang seharusnya mencari jati diri, perempuan itu malah sebaliknya, ia sibuk mencari rupiah untuk keberlangsungan hari.

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang