8. PETA DESTINASI

86 9 10
                                    

Warga harus Vote, comment ya!
Selamat membaca❤️‍🩹

Warga harus Vote, comment ya!Selamat membaca❤️‍🩹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam ALLGRASR Salam satu jalan!

"Seperti lukisan indah di kanvas, perasaan perlu diperhatikan detailnya agar kesan yang dihasilkan benar-benar memukau."

**

8. PETA DESTINASI

Pameran lukisan setiap satu tahun sekali jatuh di hari sabtu pada pertengahan semester ganjil. Beragam goresan indah berhasil memutar isi kepala bagi setiap yang menatapnya. Tentang apa makna, rasa, bentuk dan ungkapan yang ingin dibagi sang pelukis.

"Pelukis adalah manusia paling pintar dalam menyalurkan perasaan," kata Egon sambil mengamati lukisan abstrak di depannya.

"Kenapa gitu?"

"Mereka nggak butuh orang lain untuk mendengar keluh kesah, Jek. Cukup duduk dengan peralatan perang andalan, dunia akan terus berjalan," jelas Egon.

Lelaki dengan mata tenang itu tersenyum. "Sulit, gue nggak bakat."

"Lo emang nggak punya bakat," cibir Egon.

"Kayak lo punya aja." Jeka tertawa. "Mau jadi pelukis atau engga dunia akan terus berjalan. Lain kali pinter dikit."

"Beda bodoh," dengus Egon, "Pelukis itu menyalurkan apapun yang dia rasa melalui lukisannya dan secara nggak langsung dia nggak mau ngerasain hal itu sendirian, pelukis sengaja bawa orang lain buat ngerasin perasaan yang sama tanpa bercerita sama kayak penulis."

"Okay, bisa di terima otak gue," setuju Jeka.
Masuk akal.

"Berfungsi otaknya?" tanya Egon. Jeka mengangkat bahu acuh, suasana hatinya sedang baik, malas sekali jika harus meladeni Egon yang suka berbicara seenaknya.

"Ke pameran sama lo nggak seru, bawel." Jeka melangkah menjauhi Egon ketika matanya menangkap salah satu stand lukisan yang betemakan alam semesta.

"Lukisannya indah tapi lebih indah yang ngelukis," gombalan dari Jeka berhasil mengundang tawa team pelukis yang ada di stan ini.

"Gombal gembel, itu lukisan Praja," cibir perempuan dengan lesung pipi itu. Latuzeva Meiza.

"Yah, lo nggak bilang sih kak. Malu ini gue, sorry bang Praja gue nggak maksud," ucap Jeka dengan cengiran khasnya, ia malu tapi siapa peduli, toh, orang-orang yang ada di stan ini sudah mengenal Jeka.

"Jadinya lukisan gue indah nggak?" tanya Praja menatap Jeka menyelidik.

"Tetap indah bang, kalau nggak indah namain aja indah," balas Jeka sambil menyelipkan candaannya.

Praja menggeleng. "Bocah SD masuk SMA ya gini."

Latu yang sudah hafal bagaimana tingkah juniornya hanya mampu tersenyum. Sejak mengenal Jeka hidup Latu selalu di penuhi tawa. Laki-laki itu juga selalu ada untuknya, sangat bisa di andalkan.

UNTUK JEKA KASTRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang