Fourteen

364 47 6
                                    

1 Januari 20xy, pukul 00.58 JST

Saat tahun baru, sudah sepatutnya penduduk di Jepang pergi ke kuil untuk berdoa. Dan di sinilah sepasang anak kembar berambut rumput laut itu berdiri. Mereka berdua sedang menunggu giliran untuk berdoa. Kuil sangat padat karena orang-orang yang berlomba-lomba untuk berdoa di sana.

Setelah berdoa, Izumi dan (name) juga melihat-lihat jimat keberuntungan yang dijual di sekitar kuil itu dan juga mencoba ramalan keberuntungan. 

Oh! Asal kalian tahu, sekarang (name) sedang menggunakan kimono yang warnanya senada dengan warna matanya dengan motif bunga sakura di beberapa bagian. Kimono inilah yang diberikan Izumi sebagai kado natal. 

Setelah puas mengelilingi kuil, mereka berdua duduk di salah satu bangku taman di dekat kuil sambil meminum minuman yang mereka beli di sekitar kuil juga.

"Kenapa kita tidak pergi nanti pagi saja?" sang adik mulai bertanya.

"Bukannya besok kau sudah harus kembali ke Florence? Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu sebelum kau kembali ke sana..." aura di sekeliling Izumi terasa suram. 

Siapa yang tidak merindukan adiknya jika berpisah selama 3 tahun? Padahal sebelumnya mereka selalu berdua, menempel layaknya prangko.

"Begitu ya...tapi tumben nii-chan mau jujur, biasanya kan tsun-tsun mau bilang begitu~" oh ayolah (name), kapan lagi melihat seorang Sena Izumi yang jujur tanpa memikirkan gengsinya.

Wajah Izumi memerah mendengar perkataan adiknya, sungguh adiknya ini senang menjahilinya.

"Sudah berapa kali ku bilang kalau aku tidak tsundere!"

"Hahaha liatlah wajah nii-chan memerah seperti tomat di kebun mama."

Setelah puas menjahili kakaknya, (name) memperbaiki posisinya dan mengatur nafasnya. Bibirnya terangkat membentuk senyuman lembut sambil menatap ke bawah.

"Sebenarnya aku juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan nii-chan. Aku tidak ingin kembali ke sana. Di sana tidak ada nii-chan, aku sendirian dan tidak ada teman mengobrol di rumah selain nenek di samping rumahku. Aku ingin kembali ke masa lalu di saat kita masih selalu bersama."

Dengan sekali hembusan, (name) mengatakan itu tanpa mengangkat kepalanya. Izumi terdiam mendengar perkataan adiknya. Sungguh dia paling lemah jika menyangkut adiknya. Mungkin orang-orang pikir kalau Izumi itu siscon tapi nyatanya dia hanya ingin melindungi adik perempuan yang paling dia sayangi itu.

"A-aku..."

Kepala Izumi menoleh ke sang adik saat kembali mendengar suara adiknya tapi kali ini terdengar bergetar. Begitu terkejut Izumi saat melihat mata (name) yang sudah membentuk bendungan air mata.

"H-heii tenanglah." Izumi berusaha menenangkan adiknya.

"Aku...aku hanya ingin tinggal di sini bersama nii-chan, mama dan papa, tapi kenapa mama malah memintaku sekolah di sana? Apa...karena aku tidak berbakat? Apa karena aku tidak seperti nii-chan?"

"Tidak! Jangan berkata begitu!"

"Ah...maaf...mama melakukan ini pasti demi kebaikanku kan? Ya itu pasti, kan?"

(name) menatap Izumi sambil tersenyum dengan air matanya yang mengalir di pipinya yang putih itu. Izumi merasa pilu melihatnya. Sang kakak menarik adiknya ke pelukannya, menyalurkan kehangatan agar sang adik lebih tenang.

Waktu berlalu begitu cepat. Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Sena bersaudara sudah berada di depan pintu rumah mereka. Tidak ada yang membuka suara selama di perjalanan pulang tadi. Begitu mereka pintu, seorang wanita paruh baya menyambut mereka.

Twins?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang