prolog

1.5K 72 93
                                    

"Taruh hape nya. Makan yang bener" Jeandra yang mendengar suara papahnya langsung mematikan ponsel nya dan kembali melahap masakan mamahnya dengan cepat.

Bianka- mamah Jean hanya menggeleng melihatnya. Jeandra melirik jam dinding kemudian mata nya membelalak. Ia meneguk air minum nya hingga tandas tak tersisa satu tetes pun. Jeandra mengecup punggung tangan kedua orang tuanya lalu pergi.

"Jean berangkat" pamit nya kemudian berlari keluar.

***

Para siswa/i maupun guru-guru sudah berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara bendera yang rutin di lakukan setiap hari Senin. Jeandra yang notabenenya ketua osis pun bertindak untuk mencari siswa/i yang membolos.

Ia mengelilingi koridor yang sepi. Sesekali ia mengecek setiap ruangan kelas. Kini langkahnya mengarah ke depan, gerbang yang sudah tertutup dengan satpam berjaga di sana.

"Pak, kalau ada yang telat, bilang ke saya"

"Baik"

***

Jevanna Hanindya namanya, gadis unik nan cantik. Ia menoleh ke kanan-kiri melihat situasi, ia akan memanjat tembok karena gerbang utama sudah di tutup oleh satpam yang berjaga. Ia tersenyum merekah saat melihat sekelilingnya aman. Ia menjalankan aksinya memanjat tembok.

Dengan rok nya yang pendek, Jevanna lebih gampang untuk memanjat, di tambah ada tumpukkan box di sana.

Jevanna kembali tersenyum saat sudah sampai di atas. Tinggal loncat dan... Selesai. Senyumnya menghilang ketika melihat lelaki berdiri di belakangnya dengan bersedakep dada.

Jevanna melihat name tag lelaki itu. Jeandra Arshaka.

Jeandra mengelilingi Jevanna dengan santai. Ia melihat penampilan Jevanna yang menurutnya tidak pantas untuk seorang pelajar.

"Rok kependekan, dasi tidak di pasang, terlambat, apa itu mencerminkan seorang anak pelajar... Jevanna?"

Jevanna merotasikan bola matanya. "Lagian belum mulai 'kan upacara nya?" Jevanna melakukan hal yang sama seperti Jeandra lakukan.

"Memang belum, kalau lo nggak pake rok kependekan sama pasang dasi, lo nggak bakal di hukum. Tapi lo nggak lakuin itu semua, dan terpaksa gue harus hukum lo" setelahnya Jeandra menyeret Jevanna ke barisan kelas nya.

Upacara berlangsung. Jevanna mendengus kala pidato si kepala sekolah tak kunjung selesai. Semuanya mengeluh kepanasan, termasuk Jevanna yang sedang mengipasi dirinya dengan tangan.

Sementara itu, Jeandra sedang berjaga di belakang. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh siswa-siswi, sampai netra nya melihat Jevanna yang sedang berjongkok.

Upacara itu selesai, ini yang di tunggu oleh siswa/i sejak 30 menit yang lalu. Sia-sia saja kepala sekolah berpidato sementara semua siswa/i sibuk dengan dunia nya sendiri.

"Untuk seluruh siswa-siswi yang tidak memakai atribut lengkap jangan bubar terlebih dahulu! Ke tengah lapangan sekarang!" Suara Jeandra menggema di seluruh penjuru sekolah.

Semua yang tidak memakai atribut langsung mendesah pasrah. Namun tidak dengan Jevanna yang tersenyum miring. Ia mengambil tas nya berniat pergi ke kantin. Tapi-

[✓] Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang