Bagaimana caranya Jevanna mendreksripsi kan semua ini? Jevanna tidak tau, setelah 3 hari terjebak di kota Jakarta sendiri, akhirnya mereka sedang perjalan menuju kota yang mereka tinggali, Bandung. Tentu saja Jevanna senang karena bisa bertemu lagi dengan Jeandra dan keluarga Arshakala.
Padahal saat itu Jevanna sudah menyerah untuk mencari cara menghubungi keluarga Arshakala dan teman-temannya. Dia berfikir akan terjebak di sini selamanya, sendiri.
Namun semua usaha Jevanna tidak sia-sia, dirinya di pertemukan lagi dengan lelaki yang sedang menyender di bahu nya.
"Ayo main game" Jeandra mendongak meminta persetujuan dari Jevanna.
"Game apa?"
"Tebak-tebakan yang kalah cium" Jeandra tersenyum melihat reaksi Jevanna.
"Ih nanti orang tua lo denger" Jevanna mencubit pinggang Jeandra. Yang di cubit memegangi pinggangnya sambil terkekeh.
"MAMAH, PAPAH SI JEANDRA MAU MAIN GAME— hmptt!" Pricilla kesusahan bernapas sebab Jeandra membekap mulutnya dengan tangan besarnya. Memang Pricilla duduk sendiri di tengah, mamah dan papah nya di depan sementara Jeandra dan Jevanna di belakang, kenapa di belakang kan di tengah masih muat? Biasalah pak Jeandra ini modus jadi maunya di belakang.
"Game apa?" Mamahnya memicing curiga sambil menatap mereka bergantian.
"Game, ya game" Jeandra menggaruk kepalanya dengan tangan sebelah kirinya, tangan kanan nya setia membekap mulut lebar Pricilla.
"Ih itu lepas dulu tangannya!" Jevanna menarik tangan Jeandra yang masih membekap mulut Pricilla, tidak perduli dengan Pricilla yang sedang mencari oksigen.
"Awas main game nya macem-macem"
"Ga, mah—"
"Ga! Jeandra mau main game tebak-tebakan yang ga bisa jawab di cium!" Serobot Pricilla dan langsung menghindar saat Jeandra ingin menangkapnya kembali. Ia sudah berada di depan mamahnya. Papah kuwalahan sendiri karena keributan yang mereka lakukan.
"Si bungsu udah berani macem-macem sekarang ya?" Jevanna menyimak, menyimak pertengkaran mereka yang tak ada habisnya sambil mengemil Chiki yang ia beli sebelum perjalanan ke Bandung.
"Kan bercanda mah? Orang kita ga jadi main itu," elak Jeandra.
"Tapi pernah kan cium Jevanna?"
"Pernah" cicit Jeandra.
"Berapa kali?"
"Satu, mah"
"AH YANG BENER?! JEVANNA NYA JUGA PERNAH KAN CIUM LO?" Sekarang Pricilla yang menjadi kompornya.
"HEH CIUM NYA DI MANA?"
"Di mata,"
"Di pipi," imbuh Jevanna dengan santai masih memakan Chiki keju itu.
"Ih parah kalian, ini udah melanggar hukum perpacaran, harusnya ga sampai cium-cium gitu, mamah nikahin nih"
"Emang Jevanna nya mau, mah sama modelan Jeandra?"
"Mau aja kalau banyak duitnya" jawab Jevanna.
"Dih matre!" Sembur Pricilla.
"Kalau gue ga matre nanti kedepannya mau makan apa? Batu? Pasir?" Jevanna rolling eyes setelah mengucapkan itu.
"Udahlah diem, tidur. Masih jauh ini"
***
Setelah 2 setengah jam duduk di mobil, akhirnya mereka sampai di depan rumah keluarga Arshakala. Mereka semua keluar sambil membawa tas gendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Sweet Enemy
Fiksi Remaja[sequel My Perfect Husband] Siapa sangka dari musuh menjadi pacar? Siapa sangka dari tetangga menjadi pacar? *** Bertemu Jevanna itu tidak ada di list kehidupan Jeandra. Cewek cantik yang unik dengan segala tingkahnya. langganan menjadi sasaran huku...